Pada suatu hari, Ratih yang mengalami banyak kemalangan secara tidak sengaja melakukan perjanjian jiwa. Jiwanya masuk ke dalam tubuh seorang wanita yang pemalas dan di benci suaminya. Permintaan dari jiwa wanita itu, Ratih harus membuat suami dan keluarganya tidak membenci dirinya lagi. Sanggupkah Ratih mengubah takdirnya ?
Kabur
Di suatu malam yang gelap, seorang gadis sedang meringkuk di suatu kamar yang terkunci dan gelap, tubuhnya gemetar ketakutan, bajunya telah terkoyak tidak beraturan. Bahkan, banyak bercak darah di lantai. Semangat hidupnya telah meredup setelah mahkotanya direnggut secara paksa oleh ayah tirinya. Tidak ada satu orangpun dari saudaranya yang peduli padanya. Mereka semua menolak saat dirinya datang dan meminta izin untuk menginap di rumah mereka. Gadis itu terus menangis walaupun dia sudah berusaha menahan air matanya. Tiba-tiba, terdengar kegaduhan dari luar, salah satunya berasal dari suara orang yang sangat dia takuti. Ya, ayah tirinya.
"Ayah, kita tidak bisa terus menerus mengurungnya disini. Dia bisa mati jika ayah memperlakukannya seperti itu" ujar seorang wanita.
"Aaah tau apa kamu, pulang sana! Jangan ikut campur urusan orang tua!" ujar ayahnya.
Ayah kandung dari gadis yang disekap itu telah meninggal karena kecelakaan. Dua tahun kemudian ibunya menjalin hubungan dengan laki-laki yang lumayan mapan. Selama ibunya masih hidup, laki-laki itu tidak pernah bersikap kurang ajar. Namun semua tabiatnya berubah ketika ibunya mulai sakit-sakitan. Laki-laki itu sering mabuk-mabukan, bahkan sering memukuli ibunya yang sedang sakit. Gadis itu pernah mencoba melindungi ibunya, namun dia juga ikut terkena sabetan ikat pinggang ayah tirinya itu. Setelah ibunya meninggal, tindakannya semakin menjadi-jadi, terkadang dia membawa pulang seorang wanita yang entah dari mana asalnya. Setiap hari, dia hanya berfoya-foya menghabis harta peninggalan ibu gadis itu. Puncaknya, ketika semua uang telah habis dia tidak bisa lagi bersenang-senang dengan gadis diluar sana, hingga akhirnya ayah tirinya itu merenggut mahkota miliknya. Jika dia ingin melarikan diri, dirinya akan mendapatkan pukulan dan siksaan tiada henti disekujur tubuhnya. Bahkan yang terakhir kali, dirinya dipukuli dan dikunci di sebuah ruangan yang gelap karena berusaha kabur.
Gadis di luar ruangan itu adalah saudara tirinya. Dia sangat iba pada saudara tirinya, dia tau apa yang ayahnya lakukan pada saudara tirinya, rasanya dia ingin menghajar ayahnya yang biadab ini, namun apalah daya seorang gadis yang berusia lima belas tahun karena ayahnya tidak segan-segan untuk memukulnya jika dia membuka pintu itu. Gadis itu tidak punya pilihan lain selain pulang mematuhi ayahnya, namun hati kecilnya terus memberontak. Akhirnya dia memutuskan untuk berpura-pura pergi dan mengendap-endap menuju pintu belakang. Dia mengambil kursi dan memasangnya di depan pintu dapur. Tangannya masuk melalui ventilasi di atas pintu dan mendorong kaitan kunci secara perlahan-lahan. Hanya Tuhan yang tau betapa takutnya dia jika ketahuan oleh ayahnya. Namun dia benar-benar ingin menolong kakak tirinya yang selalu bersikap baik padanya. Akhirnya, gadis muda itu berhasil membuka kunci pintunya. Dia sangat berhati-hati menggeser pintunya, khawatir jika pintu itu berderit ketika di buka. Gadis itu berjalan merayap di lantai dan mengintip keadaan di depan kamar kakak tirinya dikurung. Ayahnya masih berada disana sambil minum. Gadis muda itu tidak memiliki pilihan lain kecuali menunggu ayahnya benar-benar mabuk atau tertidur sambil bersembunyi dibalik pintu dapur. Waktu berlalu, ayahnya sekarang telah mabuk, dia melihat ayahnya yang berjalan sempoyongan itu merogoh sakunya dan berusaha membuka pintu kamar. Namun dirinya gagal karena terlalu mabuk, akhirnya sang ayah pergi ke gudang dan mengobrak-abrik barang di sana, dia berteriak-teriak sambil mencari linggis. Gadis muda itu dengan cepat berlari mengambil kunci yang tergeletak di lantai, lalu membuka pintunya. Walaupun cahaya didalam ruangan itu kurang jelas, namun dia terkejut melihat kondisi kakak tirinya.
"Kakak!" Panggilnya
"Jangan, jangan dekati aku, pergi, pergi!!" Teriak kakak tirinya.
"Sssttt Kak Ratih, ini aku, aku Ayu kak, kakak" panggil Ayu menyadarkan kakaknya yang terlihat ketakutan.
"Ayu? Mana dia?" Tanya Ratih.
"Ayah di gudang kak, ayo cepat pergi dari sini kak, ini pakai jaketku. Kakak bisa jalan?" Tanya Ayu.
Ratih mengangguk dengan cepat, walaupun area intim dan kakinya begitu sakit, namun saat ini dia harus berhasil keluar bagaimanapun caranya. Ratih berdiri dan berjalan dengan tertatih. Ayu yang tidak tega segera memapahnya berjalan menuju pintu belakang. Tidak lupa dia juga kembali mengunci pintu itu dan melemparkannya ke bawah sofa. Ayu bergegas menyusul Ratih yang tertatih berjalan mendahuluinya.
"Ayo kak, kita harus segera menjauh dari sini, sebentar lagi teman-teman ayah akan tiba" ujar Ayu sambil berbisik.
Benar saja, tidak lama setelah Ayu dan Ratih berhasil keluar dan berjalan agak jauh, rumah Ratih terlihat kedatangan beberapa laki-laki. Ratih tidak bisa membayangkan jika Ayu tidak menyelamatkannya, mungkin dia akan digilir malam ini. Membayangkannya saja Ratih merinding dan badannya kembali gemetar.
"Tidak apa-apa kak, sekarang kakak aman, ayo kak, sedikit lagi kita sampai ke motor Ayu. Ayu sengaja parkir agak jauh biar dikira sudah pulang" ujar Ayu yang mengerti bahwa kakaknya sedang ketakutan.
"Iya, terima kasih Yu" ujar Ratih.
Saat Ayu dan Ratih bersiap naik motor, tiba-tiba ada sebuah suara yang berteriak memanggil mereka.
"Hei, berhenti, Ratih kembali kamu" teriak orang itu.
"Ayu, cepat pergi, kakak akan masuk ke dalam hutan saja" ujar Ratih.
"Tapi kak" sanggah Ayu
"Cepat, mereka pasti bisa dengan cepat menangkap kita kalau kita pergi bersama" ujar Ratih sambil berlari memasuki hutan.
Rumah ibunya Ratih adalah rumah yang sudah lama dia tempati sejak kecil, itu sebabnya Ratih mengetahui seluk beluk disekitar rumah mendiang ibunya itu. Ratih adalah anak yang ceria dan pintar, dia memiliki dua kakak perempuan, namun dirinya yang paling disayangi oleh kedua orang tuanya. Kedua kakaknyapun menjadi iri dengan semua perhatian yang di berikan oleh ayah dan ibunya kepada adiknya itu. Itulah sebabnya, mereka sama sekali tidak mau menolongnya saat dia mengalami kesulitan.
Dia berencana menuju danau yang ada di balik hutan ini, dia ingat bahwa disana ada sebuah pondok yang bisa digunakan untuk bernaung malam ini. Ratih terus berjalan walaupun tertatih-tatih, malangnya dia terus di kejar sampai ke dalam hutan. Hutan yang gelap itu memiliki jalan yang licin dan berbatu. Ratih yang sudah kelelahan dan menahan sakit dari tadi, sudah tidak fokus lagi dan akhirnya terjatuh ke dalam tebing yang curam dan terjal. Kepalanya terbentur batu, darah mengucur deras dari balik rambutnya. Kakinya patah karena terjatuh dari ketinggian dua puluh meter. Matanya mulai meredup, namun sayup-sayup dia melihat bayangan yang berwarna biru terang namun tidak menyilaukan mata, bayangan itu menari-nari di hadapannya sambil berkata yang tidak begitu jelas dia dengar seperti merapalkan mantra, dia hanya mendengar yang terakhir saja dengan jelas.
"Gadis yang malang, semoga kau menemukan kehidupan yang bahagia di kehidupan selanjutnya" ujar bayangan biru itu.
setelah itu nafasnya semakin lemah dan matanya tertutup.
Buku lain oleh Lasierra
Selebihnya