Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jiwa Yang Tertukar

Jiwa Yang Tertukar

Akoyapearl

5.0
Komentar
228
Penayangan
15
Bab

Perempuan cantik dari jerman bernama "Rose" yang tinggal di bali selama lima tahun pindah ke bogor. Menjalin hubungan dengan pria indonesia, awalnya hidup mereka baik-baik saja tetapi setelah "Herdi" bertemu dengan seorang perempuan bernama "Ningsih" perilakunya semakin aneh di tambah mengeluh makanan sehari-hari. Suatu ketika herdi masuk ke kamar mandi tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi rose isterinya. Dan, rose berubah menjadi herdi membuat swift ketakutan hingga mengusirnya dari apartemen. Mereka berdua panik hingga stress. Namun lambat laun herdi mulai terbiasa menjadi perempuan terkadang memanfaatkan tubuh rose agar usahanya lancar karena sudah berhenti bekerja sebagai arsitek. Beberapa pria hidung belang kerap menggoda herdi tetapi ia pandai karate sehingga tak ada seorangpun yang berani menyentuhnya. Sementara rose yang terjebak di tubuh herdi menjadi pria kemayu yang sering di tindas.

Bab 1 Pertemuan Pertama

Perempuan berambut keriting pirang berjemur di pantai dengan pakaian yang tipis dan minim. Sambil melentangkan tubuhnya menghadap matahari yang bersinar cukup terang.

Ia ingin kulitnya sedikit kecoklatan seperti eksotis menurut mereka kulit putih tidak menarik, banyak perawatan kecantikan di luar negeri menggunakan alat canggih untuk merubah warna kulit tetapi tidak di anjurkan untuk usia kurang dari 18 tahun.

Seorang pria berjalan sambil mendengarkan musik menggunakan celana pendek dan telanjang dada. Berteriak cukup keras hingga membuat telinganya berdengung.

"Bisakah mengurangi volume suaramu" teriak rose yang berjalan mendekati pria itu. Sambil menaruh kedua tangannya di pinggang dan melotot kesal.

"Oh maaf nona aku tak mendengar apa yang kamu katakan, coba katakan sekali lagi." Ujar pria berwajah manis.

"Jangan berteriak aku pusing mendengar suaramu." Sahut perempuan berambut pirang.

Ia menganggukkan kepala lalu membuka kacamata hitamnya yang besar.

Mengedipkan mata berkali-kali sedikit gugup rupanya pria yang ia marahi mempunyai wajah yang tampan.

"Maaf aku permisi ke kamar mandi ya kamar mandi benar" lalu berjalan cepat sambil melepas sandal.

"Oke juga bule itu" ujar hardi mengikutinya dari belakang. Kemudian duduk di depan pintu kamar mandi.

"Aku salah memarahi orang ternyata dia sangat tampan benarkan swift??" Ujarnya bertanya pada teman perempuan yang sedang menyisir rambut.

"Menurutku biasa saja rose aku tak suka pria asia kekasihku di inggris lebih tampan" sahut swift pada perempuan itu yang bernama rose.

"Kalau begitu seleramu membosankan. Pria asia berbeda mereka terlihat baik tidak seperti di negara kita banyak pria hidung belang." Sambil menggunakan lipstik.

"Kamu salah tidak semuanya begitu aku berani taruhan" sambung swift menggebu-gebu.

Mereka berjalan keluar sambil mengikat rambut pria itu sudah ada di depan menghalangi jalan. "Minggir aku tak ada waktu bermain-main" ujar rose.

"Aku tidak bermain denganmu. Siapa namamu cantik." Sambil tersenyum. Akhirnya menyodorkan tangan "Rose" singkat.

"Namaku hardi, bolehkan kita berbincang-bincang di sana" telunjuknya mengarah ke suatu tempat saung kecil terdapat meja dan kursi dari kayu.

"Baiklah tapi hanya 30 menit saja. Aku ada urusan" ia menganggukkan kepala kemudian berjalan sambil sedikit menoleh pada wajah rose.

"Jangan melihat wajahku terus menerus aku bukan cermin" sambil duduk. Sementara swift meninggakan mereka berdua memesan es kepala muda.

"Jujur aku kagum melihat wajahmu yang cantik. Isteri idaman" tertawa tipis.

"Masih jauh membahas pernikahan aku masih muda usiaku 22 tahun" sontak herdi melongo.

"Tetapi terlihat lebih dewasa ya ku kira 30 tahun" menggelengkan kepala sambil menggeserkan gelas lalu menghirup sedotan.

"Terima kasih, siapa namamu." Ujar herdi pada temannya. "Swift" sahutnya perlahan.

Setelah beberapa jam mereka semakin akrab lalu bertukar nomor telepon. Swift yang tampak bosan mengajak rose kembali ke hotel tetapi sulit. Akhirnya berinisiatif pulang lebih dulu.

Herdi semakin berani mendekati rose lebih dekat lagi, mereka saling merangkul padahal baru saja kenal. Swift yang tak menyukai herdi seolah-olah muak melihatnya.

"Pria tak tahu malu" ujar swift bergumam dalam hatinya. Kemudian masuk ke dalam mobil menggunakan taxi online.

Rose tampak menikmati pelukan herdi yang merangkulnya dari belakang, menganggap sesuatu yang sudah biasa. Tetapi herdi cepat sekali mengambil keputusan mengajaknya menikah.

"Yakin?? Kita baru saja kenal aku tak percaya" malam itu herdi mengecup pipinya sambil berbisik. "Aku serius, minggu depan deh." Rose langsung membalikkan tubuhnya yang duduk di atas paha herdi.

"Janji takkan mengecewakanku sebetulnya masih sangat muda untukku menikah" sambil mengelus hidungnya lalu mencubit.

"Aku pulang sekarang ya lihat sudah malam" ujar bule itu langsung pergi berlari ke dalam mobil.

"Aku belum puas berbicara dengannya terlalu terburu-buru" lalu duduk sambil merokok.

Sekitar jam 10 malam ia jalan ke dalam vila lalu menyapa beberapa pria yang duduk bersandar sambil bersiul.

"Yuk gabung kemana saja dari tadi hilang" teriak salah satu temannya.

"Cari angin terus ketemu sama yang cantik" tertawa sambil berjalan cepat masuk ke dalan kamar.

Herdi segera kirim pesan lewat ponselnya.

"__Kapan ketemu lagi ya aku kangen" ujar herdi.

"__Besok aku pulang ke jakarta kalau begitu besok satu jam saja menyempatkan waktu bertemu denganmu."

"__Ok ok jangan lupa kecup pipiku ya" sambil mengirim emoji tertawa di akhir percakapan.

"__Katanya mau menikah denganku ya tak semudah itu" sambung rose yang mulai beradaptasi.

"__Ya aku pasti melamarmu tunggu saja tanggal mainnya"

Herdi tak bisa tidur hingga larut malam temannya yang bernama ovi datang menepuk dari belakang sambil mengagetkannya.

"Gimana kalau jantungku copot tidak lucu tau" sambil memainkan ponselnya melihat wajah rose. Ovi mengintip lalu mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi menghadap ponsel milik herdi.

"Eits siapa tuh perempuan itu cantik sekali ah bule nih, tumben kamu tidak cari yang lokal. Biasanya cari yang berambut hitam." Ledek ovi yang berpostur tubuh kurus kering menggunakan kawat gigi.

"Ih apa sih tidak perlu banyak bertanya. Pokoknya aku suka sekali sama bule ini susah di jelaskan dengan kata-kata"

"Masa sih kalau begitu aku boleh dong kenalan. Kasih tau teman-teman ya." Menggoda herdi yang sedang jatuh cinta.

"Eh jangan sembarangan nanti mereka bikin masalah. Aku lagi pendekatan nih serius deh pokoknya mengarah ke sana."

"Mengarah ke sana ke mana her, ke laut???"

"Ke arah pernikahan lah gimana sih"

"Buset cepat sekali mengajak nikah seseorang dalam waktu yang singkat bukankah baru berkenalan. Kita sampai bali saja baru kemarin pagi. Atau memang sudah lama berhubungan denganmu" cerocos ovi.

"Pokoknya aku serius sama rose"

"Wah ketahuan namanya rose. Ya deh aku takkan mengganggumu tapi izinkan melihat bule itu."

"Besok dia pulang aku di beri waktu satu jam. Temannya juga cantik lho namanya swift matanya cokelat dan rambutnya juga cokelat seperti amerika latin." Sambil menggaruk dagu.

"Wah aku bisa naksir nih hahaha. Biasanya wajah latin itu manis sih seperti selena gomes."

"Belum tentu tertarik sama kamu pakai kawat gigi geli lihatnya." Ejekannya semakin frontal mereka saling memukul menggunakan bantal.

Ketiga temannya datang bersorak sambil melemparkan kaus kaki yang bau. Semakin ramai ruangan itu lalu herdi masuk ke dalam kamar mandi membersihkan wajahnya menggunakan sabun pencuci wajah.

Sambil menggosok pipinya yang sedikit kasar, ia sedikit mendekatkan wajah ke cermin lalu mengeluh. "Aku masih kurang tampan. Apakah perlu operasi plastik ke korea. Menghilangkan bekas goresan di keningku ini." Membuka poninya model rambutnya yang mirip dengan artis korea. Namun, wajah 100 persen indonesia. Manis berhidung bangir dan bibirnya tipis.

"Kamu masih mengeluh bekas luka itu her" ujar salah satu temannya yang bernama angga. Yang berdiri di tengah pintu kamar mandi.

"Ya sih tapi aku bersyukur selamat dari kecelakaan itu. Sambil mencuci wajahnya."

"Namanya juga musibah kita tak tahu. Salahku mengajakmu bermain flying fox."

"Tapi ada temanku yang berhasil menghilangkan luka kembali sempurna. Ya di korea kan canggih bisa permak wajah dengan mudah." Angga jalan mendekat.

"Aku juga punya luka yang sangat membekas" lalu berbisik di telinga kirinya "luka hati yang tak kunjung sembuh, gara-gara mantanku" mereka tertawa terbahak-bahak.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku