TALAK SETELAH AKAD

TALAK SETELAH AKAD

Rora Aurora

5.0
Komentar
8.1K
Penayangan
65
Bab

Menikah dan hidup bersama sampai akhir hayat adalah impian setiap wanita. Namun, semua itu pupus oleh sebuah keputusan yang sangat mengejutkan. Kinarsih menjadi janda di malam akad pernikahannya. Sebuah awal yang membuat hidupnya terus membawa noda. Doa-doa dendamnya yang selalu dilangitkan membawa karma pada hidup Badai_ mantan suaminya. Mampukah Rian Si Playboy meluluhkan hati batu Kinarsih? Bagaimana mereka akan menemukan hati yang damai? Akankah kebahagiaan bisa direguk bersama? Mungkinkah Badai dan Kinarsih kembali rujuk? Yuk ikuti kisahnya sampai selesai ya Sobat😇

Bab 1 TIDAK BERTUAH

"Paman ...."

Wak Yanto memberikan perhatian kepada suara yang sedang memanggilnya.

"Saya talak satu, Kinarsih Aninda," suara Badai pelan tapi pasti.

Terdengar oleh semua pasang telinga di sana. Semua terhenyak, tak ada yang bicara. Hening dan hampir menghilangkan kewarasanku. Apa yang barusan kudengar? Sepertinya telingaku sedang rusak.

"Anak setaaan!!!!!!" teriak Wak Yanto menghambur menyerang Badai.

Ia menendang brutal pada Badai yang sedang duduk. Tidak lebih dari dua jam yang lalu, laki-laki itu mengesahkanku sebagai istrinya. Sangat lancar sekali lidahnya menyucapkan kalimat syahadat lalu di iringi kalimat akad. Lalu sekarang dia mengucapkan kalimat talak. Apa dia sudah kehilangan akal sehatnya?

Semua orang di sana dengan cepat menarik tubuh Wak Yanto agar menjauh dari Badai. Tubuh tuanya terhuyung jatuh. Kopiah tanda kemuliaannya jatuh begitu saja, terinjak oleh kerumunan yang mencegahnya berbuat lebih. Wak Yanto mengamuk tak terkendali.

"Lepas! Lepaskan! Jangan halangi aku untuk membunuh manusia iblis ini! Tak punya hati nurani, biadab!!!"

Wak Yanto berusaha melepaskan diri dari orang-orang yang memeganginya.

"Waaak!!!" teriakku menghampirinya.

Bahkan aku sampai terjatuh karena menginjak mukenahku sendiri. Aku langsung memeluknya dan mengusap dadanya yang terasa panas. Mungkin deritaku tak sebanding dengan rasa malu Wak Yanto. Aku ditalak setelah hitungan jam setelah disahkan. Andai telingaku ini pekak saja, itu lebih baik daripada mendengar ucapan kejam yang keluar dari mulut laki-laki yang seharusnya kupanggil suami.

"Minggir Arsih! Anak dajjal ini semakin menginjak-injak kehormatan keluarga ini. Dengan tulus kuserahkan keponakanku padamu, tanpa memberatkanmu sedikit pun tapi kalian anggap sampah!!!" teriak Wak Yanto menatap sekelilingnya.

Kemarahannya sungguh membuat siapa pun merinding. Tampak semua yang ada di sana hanya diam menyaksikan Wak Yanto terus mengumpat dan mengamuk. Wak Erni hanya meruncingkan matanya sinis menatap kami. Tak ada sedikit pun ia merasakan penderitaan suaminya apalagi kepedihanku.

"Maaf ya Yan, di sini Badai sudah memenuhi permintaanmu 'kan, menikahi Kinarsih," ketus ibunya Badai tanpa beban. Bahkan sekarang wajahnya terlihat lebih santai daripada saat aku akan dinikahi. Sungguh hitamnya hati manusia.

"Lalu dengan seenaknya dia menceraikan keponakanku setelah akad dalam hitungan jam?! Kalian keterluan! Tak punya perasaan!"

Wak Yanto melempar Badai dengan air gelas mineral yang tersusun rapi di depannya. Melempari berkali-kali hingga air gelas mineral itu hampir habis. Beberapa pecah dan menyemburkan air hingga Badai basah kuyup.

"Kami tidak pernah menyangka juga Badai akan menceraikan Kinarsih. Itu sudah murni keputusannya. Kita 'kan tidak bisa memaksa anak kami mencintai Kinarsih," sambut ayah badai yang berkumis tebal itu.

"Kinarsih sedang meng---. Astagfirullah ya Allah ... astagfirullah ...."

Wak Yanto tersendat lalu terus berdzikir, mengelus dadanya. Sesekali ia memegangi perutnya. Pasti ia sangat merasa kepedihan yang mendalam. Aku hanya bisa terus menangis di sampingnya.

Badai yang sedari tadi meringis kesakitan berusaha bangkit.

"Maafkan saya, Paman. Saya tidak bisa memaksa hati saya. Yang penting saya sudah menikahinya seperti keinginan Paman," ujar Badai takut berani, berlindung di balik punggung ayahnya.

"Anjing! Tapi tidak begini caranya setan! Kamu semakin menginjak harga diri keluargaku dan kehormatan putriku!"

Seolah tak peduli, Badai menatapku. Aku menunjukkan air mataku padanya, mengharapkan hatinya iba padaku. Aku masih berharap dia meminta maaf, meski tidak padaku tapi pada pamannya.

"Maafkan aku Kinarsih, aku tidak bisa terus mencintaimu," ucapnya parau.

"Tidak, Badai! Jangan ceraikan aku! Bagaimana dengan ...."

Aku tercekat, tak mampu meneruskan ucapanku. Hanya air mataku yang terus jatuh tanpa jeda hingga membuatku tersendat-sendat.

"Kita sampai di sini saja. Jangan cari aku lagi. Kamu bukan siapa-siapa bagiku," ujar Badai tanpa beban. Sekarang ia sedang melangkah keluar tanpa sekali pun sudi menoleh.

Aku langsung lemas. Tak ada tenagaku meski hanya sekedar menarik nafas. Ini hantaman yang sangat kuar biasa memporak-porandakkan hatiku. Melihat ayah dari janinku menjauh yang diikuti kedua orang tua dan saudaranya, jantungku seperti menyusut. Mereka sama sekali tidak menatapku apalagi menenangkanku. Aku mengerti sekarang, betapa busuknya keluarga itu.

Wak Yanto dibawa masuk ke dalam kamarnya. Ia dipapah oleh sahabat-sahabatnya yang ikut menyaksikan pernikahan yang mungkin hanya aku yang mengalaminya sepanjang sejarah hidup mereka. Dinikahi lalu diceraikan di waktu yang sama. Sungguh kemalangan apa lagi yang tidak aku rasakan?

"Masuklah ke kamarmu, Kinarsih. Kamu janda sekarang, jaga sikapmu," sinis istri pamanku meninggalkanku. Suaranya berlalu begitu saja. Aku bangkit dan berlari akan menyusul masuk ke dalam kamar Wak Yanto. Namun, perempuan kriting itu menepisku dengan sangat kasar.

"Wak, tolong. Arsih mau melihat keadaan Wak Yanto. Bantu Wak! Biarkan Arsih melihat kondisinya. Biasanya kalau dipijit telapak kakinya, Wak Yanto lebih baik."

"Heh! Sudah kau bawa kehinaan di keluarga ini, masih berani kamu sok peduli dengan keluarga ini! Kamu tahu, kamu itu pelaku yang telah sangat kejam mencoreng kehormatan keluarga ini Arsih! Minggir kamu! Bisa mati suamiku melihatmu sekarang!"

Tak peduli kepala dan bahuku terbentur dinding, aku benar-benar berusaha masuk namun dengan sangat tidak berperasaan, Wak Erni menjambakku lalu mendorongku dengan keras. Ya Allah, sudahlah sakit di hati ini tak berperi, ditambah pula dengan siksaan fisik dari wanita yang seharusnya bisa memberikan kasih sayang, setidaknya rasa kasihan.

"Pergi kamu, perempuan pembawa sial!"

Pintu itu berhasil ditutup dan tinggallah aku yang masih mematung, seolah malam ini seperti mimpi terburuk. Bagaimana bisa laki-laki yang kuyakin menjadi pelabuhan terakhirku memperlakukanku sekejam ini? Ini sangat kejam. Lebih baik dia tidak menikahiku daripada diangkat seperti ratu, dijanjikan harapan lalu dibuang tercampakkan seperti ini.

"Badai ... mengapa kamu setega ini?" lirihku sendirian dalam gelapnya kamarku.

Aku merasa lebih nyaman tanpa penerangan. Amat pekat seperti kehidupanku yang tak bertuah. Yatim saat usia tujuh tahun dan hidup dalam kemiskinan bersama sosok ibu selama sepuluh tahun. Genap tujuh belas tahun, aku kehilangan ibuku untuk selamanya. Di usia yang dinantikan para remaja karena begitu manis namun bagiku adalah awal dari lengkapnya kesengsaraan hidupku. Lalu sejak menjadi yatim piatu, aku harus tinggal bersama uwakku, kakak laki-laki dari ayahku.

Hidup rupanya makin tidak bertuah karena di sini, aku tidak diterima oleh istri dan anaknya. Aku seperti menjadi alas kaki, benar-benar tidak dihargai. Menjadi pembantu rasanya lebih bernilai karena mereka tidak hanya memanfaatkan tenagaku, tapi juga mengoyak-ngoyak rasa percaya diriku sebagai manusia yang merdeka.

"Ibu ... Bapak ...!!!"

Aku terus memanggil kedua orang tuaku. Tangisku tak terhenti. Aku meraung, meratap dan memukul diriku sendiri. Beberapa kali kutemukan diriku tersadar seolah bangun dari tidurku. Lalu aku kembali mengingat aroma parfum yang kusukai, terakhir pergi meninggalkan kepingan hatiku yang remuk redam tak bersisa lagi. Aku terus menangis hingga aku tidak mengingat apa-apa lagi.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rora Aurora

Selebihnya

Buku serupa

Mengandung Anak Tuan Serigala

Mengandung Anak Tuan Serigala

Linsing
5.0

Fang Yi Lan adalah seorang mahasiswi jenius dari jurusan kedokteran. Walaupun memiliki otak yang jenius, tetapi Yi Lan benar-benar buruk dalam menilai seorang pria. Di hari ulang tahunnya yang ke-20, Yi Lan tidak sengaja memergoki kekasihnya sedang berselingkuh dengan adik tirinya. Belum cukup sampai disana, Ayahnya malah menyuruhnya untuk merelakan kekasihnya untuk adik tirinya itu. Selain itu, dia malah dipaksa untuk menerima lamaran dari seorang pria hidung belang. . Yi Lan tentu saja tidak bisa menerima keputusan Ayahnya. Dia langsung memberontak sejadi-jadinya. Dia merasa takdirnya benar-benar kejam dan tidak adil. Dengan segala daya upaya, Yi Lan akhirnya berhasil melarikan diri dari rumah Ayahnya. . Di dalam pelariannya, Yi Lan tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang sedang terluka parah. Pria itu berwajah sangat tampan dan dingin. Tubuhnya juga terlihat sangat kekar dan kuat. Tetapi sayangnya, ketika pria itu pingsan, pria itu tiba-tiba berubah wujud menjadi seekor serigala hitam yang berbulu lebat. . Yi Lan benar-benar terkejut saat melihat perubahan pria itu. Dia refleks langsung berusaha untuk melarikan diri. Tetapi sayangnya, hati nuraninya sebagai seorang dokter melarangnya untuk meninggalkan pria itu. Karena dibebani oleh rasa iba, Yi Lan akhirnya menolong pria itu. . Setelah luka-lukanya diobati, pria itu akhirnya kembali berubah wujud menjadi manuisa. Tetapi sayangnya, bukannya berterima kasih kepada Yi Lan, pria itu malah mengigit leher Yi Lan sampai meninggalkan jejak. Setelah itu, pria itu langsung memperkos4 Yi Lan dengan ganas. . " Wangimu benar-benar enak Nona..., mulai malam ini, kau adalah pasanganku, aku akan membuatmu mengandung anak-anakku... !!" . Yi Lan hanya bisa menangis histeris saat diperkos4 oleh pria itu. Dia merasa nasibnya benar-benar sangat buruk. Kesialan menimpanya tanpa henti. Seandainya memungkinkan, dia ingin mati sekarang juga.

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku