TALAK SETELAH AKAD
Duar
u pingsan, aku tidak tahu. Dengan tubuh lemah, aku berusaha bangkit. Samar mataku menoleh jam
aranya yang melingking benar-benar membuat gendang teling
rlahan masih berusaha menjaga keseimbangan
an kamu jam
ak. Permisi, takutnya makin siang," uc
ditariknya dengan sangat keras. Aku langsung tersung
kali, Wak! Jangan!
r wanita baik-baik, wanita soleha, taat agama, k
n Arsih!" teriakku
bentur dan seketika terasa berdenyut nyeri isi otakku. Hanya air mata yang terus mengalir untuk mereda
ang tega mencoreng nama baik keluarga! Dimana kami letakkan wajah kami kare
r sama Badai, pasti lah bencana ini tidak akan
kat
aaa
menutup mulut dengan air mata yang semakin deras. Ingin rasanya aku melawan tapi itu mustahil. Dia uw
salahkan orang lain atas dosa besarmu. Kamu yang terlalu gatal jadi perempuan!" berang Wak
! Ingat, kamu itu di sini hanya keponakan suamik
gkuk ketakutan. Setelah kejadian semalam, bagaimana aku bisa
ampun atas semua dosa besar dan kecilku, yang terlihat mau pun yang tersembunyi. Meskipun aku penuh n
usak, namaku sudah hancur, tidak ada lagi yang bisa kubanggakan dari diriku ini. Demi apapun, jika bunuh diri itu boleh, sungguh aku ingin bunuh diri. Ooh ... nasib jiwa di kandung badan. Menyesal tidak merubah situasi, tapi aku benar-benar dalam kegamangan. A
sih
udara sebagian namun tetap bisa membuat sakit telingaku bersama hatiku. Dia benar-benar tak peduli, jika suaranya yang memanggilku seperti majikan itu d
ceplok untuk Rasyid. Jangan boros bumbu. Kopi buat uwakmu juga belum. Sa
n yang lalu, ia memang seperti itu. Bagai ratu tak pernah mau menyentuh pekerjaan rumah. Aku hanya berusaha menarik napasku dalam-dalam lalu kuhembuskan perlahan. Sabar
Nak," ucapku mengelus p
bawang merah kupas seperti bangkai yang membuat perutku seperti diaduk. Berkali-kali aku mencob
alam kehidupanku jika hanya menamba
m. Badai menikahiku lalu menalakku begitu s
mu!" teria
membuatkan kopi untuk suaminya sendiri ia segan. Dengan cekatan, segera kusiap kopi lalu bergeg
i biasa meletakkan cangkir be
arahan dan kekecewaan yang kental. Aku kembali menunduk lalu melihat ke arah tempatnya biasa menyimpan kopiah. Selalu set
Arsih simpan di dalam," t
udah tercoreng oleh arang aib yang begitu hitam. Aku
Laki-laki yang menjadi waliku, pengganti ayahku sudah kuhancurkan harga dirinya. Bibirku bergetar bersamaan dengan tubuhku
ebih baik unt