Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Lala membuka kelopak matanya perlahan sembari memegang kepalanya yang terasa berat dan pusing. Pandangan pertama yang dia lihat adalah ruangan yang begitu asing baginya.
“Akh!” Lala meringis merasakan kepala pening yang tak tertahan, kelopak matanya terbuka lebar. “Ini di mana?” gumam Lala bingung. Dalam hati bertanya, mengapa dan kenapa dirinya bisa berada di ruangan asing.
"Akhirnya kamu sadar juga, bocah!" Terdengar pita suara seorang laki-laki, yang sama asingnya pula. “Dua jam kamu pingsan membuatku bosan.”
Lala kaget. Jadi, selama dua jam dirinya pingsan?
Kepala Lala menoleh ke sumber suara, melihat lelaki berbadan besar, tinggi dan tegap.
Lala mengeryit bingung sekaligus takut. "K-ka, ka-kamu siapa?" tanya Lala tergagap, menelan ludah susah payah. Di saat keadaan seperti ini, sialnya Lala merasa tenggorokan kering.
Lelaki itu tersenyum smirk melihat gadis itu ketakutan. "Aku Glenn Sabastian, lelaki yang akan meminta pertanggung jawaban padamu!" jelas Glenn, sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Lala. Jarak antara wajah keduanya hanya beberapa senti saja.
Lala termenung melihat mata Gleen. “Kenapa matanya begitu indah?” batin Lala. Tanpa disadari Lala mengagumi tatapan mata lelaki itu. Sungguh demi apapun! Baru pertama kali Lala melihat mata hazel sangatlah indah.
"Siapa sebenarnya lelaki itu? Pertanggung jawaban apa? Apa dia telah memperkosaku? Tapi kenapa dia malah minta pertanggung jawaban? Omong kosong apalagi? Huh!!" Lala bertanya-tanya pada dirinya sendiri, seperti mencari sepenggal cerita dari riwayat yang tidak tahu kapan dimulainya?
"Hei, bocah! Kenapa kau diam saja?“
Lala tersadar. Dia hanya menatap mata Glenn sebagai jawaban.
“Apa kau sedang menyusun rencana untuk melawanku, bocah licik?" tanya Glenn.
"Ti-ti-tidak" jawab Lala gagap sambil memijit pelipisnya, dia masih merasakan pusing ditambah kebingungan situasi ini. Apa yang terjadi dengan dunia Lala?
"Jangan berpura-pura bodoh! Kamu Lala mahasiswa Fakultas Sastra di Universitas Nuansa, 'kan?" tebak Glenn seperti mengirimkan potongan puzzle untuk membantu Lala menemukan apa yang sebenarnya terjadi.
Lala semakin yakin jika ayahnya ada di balik semua ini. Karena hanya ayahnya yang sangat membenci jurusan itu.
"Siapakah anda sebenarnya?" tanya Lala memberanikan diri. Sedetik kemudian dirinya menyadari jika volume suaranya terlalu kecil.
"Hah!? Aku tak mendengar. Apa kau belum makan sampai nggak bisa berbicara sedikit keras?"
“Aku haus. Tolong berikan segelas air putih,“ pinta Lala merasa dehidrasi.
Glenn berjalan ke meja, mengambil sebotol air mineral. "Menyebalkan sekali bocah ini, beraninya menyuruhku," rutuknya dalam hati. “Minum!” ucap Glenn sambil melempar asal ke arah lala.
Lala yang merasa kehausan segera menangkap dan meminumnya, setelah itu dia bertanya serius pada Glenn.
"Siapa kamu yang sebenarnya? Dan apa maumu?"
"Ha ha ha... kamu harus bertanggung jawab!" jawab Glenn tegas.
"Maksudmu?" Lala tak mengerti.
"Jangan berpura-pura tidak tahu, gadis gembel!" bentak Glenn dengan tatapan tidak bersahabat sama sekali pada gadis yang ada di depannya itu.
Lala semakin tak mengerti maksud lelaki arogan yang tidak tahu sopan santun ini.
Lala baru sadar, ternyata dirinya telah diculik oleh Glenn.
"Untuk apa kau menculikku?" tanya Lala memberanikan diri.
"Hahaha .....“ Tawa Glenn begitu menggelegar. ”Kau sungguh lucu gadis miskin, kau kira kamu itu siapa? Sehingga aku menculikmu! Kau bukan dari keluarga kaya dimana orang tuamu bisa menebusmu?" hina Glenn dengan tertawa meremehkan.
Lala semakin tak mengerti apa yang terjadi. Dengan sorot memohon dan berkata, "Aku mohon katakan. Ada apa ini sebenarnya?"
"Sungguh kau benar-benar gadis miskin yang terobsesi menjadi orang kaya, lihatlah siapa dirimu? Jika kau tidak mampu kuliah sebaiknya di rumah saja membantu ibumu mencuci piring, itu akan terlihat lebih manis."
Lala kembali menatap Glenn, sungguh ciptaan yang sempurna, wajahnya bisa dikatakan jauh dari kata jelek, tapi kenapa tidak singkron dengan setiap omongannya yang seperti iblis, siap menyakiti lawan bicaranya.
"Maaf aku tidak mengenalmu, dan seingatku aku tidak punya urusan apapun denganmu!" ucap Lala bangkit sambil membenarkan tali tasnya, hendak keluar dan meninggalkan Glenn.
Tapi tindakannya kalah cepat dari Glenn, Glenn memegang kedua pundak Lala dan menghempaskannya ke kasur. Tatapan lelaki itu terus membuatnya bingung. Apakah dia akan memperkosaku? Lala menutup mukanya dengan kedua tangannya saat muka itu hampir mendekati wajahnya.
"Ha ha ha ...! Kamu kira aku doyan sama perempuan miskin sepertimu nona Lala, bahkan wanita paling populerpun akan bertekuk lutut kepadaku,” ucapnya sombong.
Lala mengintip ekspresi lelaki itu dari celah-celah jarinya. Ah, tampan dan membuat jantung Lala berdetak dalam tempo yang membingungkan. Huh kenapa dirinya malah mengagumi lelaki itu? "Stop ini bukan waktu yang tepat untuk mengaguminya," protes batin Lala.
Jangan-jangan dia sindikat perdagangan manusia?