Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terbelenggu Cinta CEO Kaya

Terbelenggu Cinta CEO Kaya

Puppypaw

5.0
Komentar
11
Penayangan
32
Bab

Varisha, seorang gadis cantik yang menjalani kehidupankeras dan penuh perjuangan harus menanggung tanggung jawab besar untuk keluarganya. Namun, ketika sebuah tawaran pernikahan tiba-tiba datang dari Arshaka, seorang pria tampan dan kaya yang penuh dengan rahasia gelapnya sendiri, dunianya yang sederhana menjadi runtuh. Dalam kehidupan yang penuh dengan pengorbanan, Varisha menemukan dirinya terjebak dalam pernikahan yang tidak pernah dia inginkan. Demi melindungi keluarganya, dia harus mengorbankan cinta dan kebahagiaannya sendiri. Ketika masa lalu Arshaka dan niatnya yang sebenarnya terungkap, Varisha harus menemukan kekuatan untuk menjalani pernikahan yang rumit ini. Di tengah kesulitan hidup dan perasaannya yang terkekang, akankah Varisha menemukan cahaya di tengah gelapnya kehidupan barunya, atau akankah dia terus terperangkap dalam permainan takdir yang tak pernah dia bayangkan?

Bab 1 Memberi Pelajaran

“Jika ada lagi yang Anda butuhkan, silakan panggil saya," kata Varisha dengan suara lembut setelah meletakkan pesanan yang dia bawa dan menuangkan segelas wine merah dalam gelas kosong di hadapan Arshaka.

Varisha bersiap untuk mundur dan memberi Arshaka ruang untuk menikmati hidangan. Namun, saat ia hendak pergi, tiba-tiba tangannya ditahan oleh pria itu. Varisha terkejut dan menoleh, matanya bertemu dengan mata tajam Arshaka. Dengan lembut, Varisha bertanya, "Apakah ada yang bisa saya bantu lagi, Pak?”

Selama beberapa saat, mereka hanya saling menatap dalam keheningan. Tidak ada kata-kata yang diucapkan. Arshaka tampaknya sedang memikirkan sesuatu dengan serius. Kemudian, Arshaka melihat ke arah name tag Varisha dan membuka suara dengan dingin, "Yang saya butuhkan saat ini adalah kamu, Varisha.”

Varisha tercengang. Dia berusaha keras untuk menahan kekesalannya, menelan ketidaknyamanan yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Dengan tenang, dia melepaskan tangan Arshaka yang memegangnya.

"Saya minta maaf, Pak, tetapi saya harus kembali bekerja," ujar Varisha dengan sopan.

Arshaka tersenyum sinis, dan tatapannya yang tajam tidak pernah meninggalkan wajah Varisha. "Saya telah memesan seluruh restoran ini, dan saya hanya ingin kamu yang melayani saya," katanya dengan suara yang tetap dingin.

Varisha menghela napas dalam-dalam, mencoba untuk tetap tenang. “Baiklah, Pak, apa yang ingin Anda bicarakan atau butuhkan dari saya?"

Arshaka tersenyum puas, lalu berkata, "Saya ingin kamu duduk dan menemani saya makan."

Varisha berpikir sejenak. Tidak ada pilihan lain selain menuruti permintaan pelanggan. Dia akhirnya mengangguk, meskipun dengan keraguan yang terasa begitu dalam. Dengan hati-hati, dia duduk di hadapan Arshaka.

Arshaka mulai mencicipi steak di hadapannya, tetapi matanya tetap tertuju pada Varisha. Ada sesuatu yang intens dalam tatapannya yang membuat Varisha merasa tidak nyaman. Meskipun ia mencoba untuk tetap profesional, tetapi perasaan ketidaknyamanan itu tak terhindarkan.

“Kenapa hanya diam? Apa kamu tidak menyukai makanannya? Kalau kamu tidak suka saya bisa memesankan makanan lain,” ujar Arshaka.

“Tidak perlu, Pak. Saya hanya sedang tidak lapar,” jawab Varisha dengan cepat sambil menggelengkan kepalanya.

“Apa kamu ingin minum?” tanya Arshaka sambil memberikan segelas wine kepada varisha.

Varisha menolak dengan lembut, "Terima kasih, tetapi saya masih harus bekerja, jadi saya tidak bisa minum."

Arshaka terus menatap Varisha dengan tajam, membuat Varisha merasa sangat tidak nyaman.

“Apa ada sesuatu yang ingin Anda katakan? Kenapa Anda terus menatap saya seperti itu?” tanya Varisha yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya.

“Kenapa Anda meminta saya untuk melayani Anda malam ini? Apa Anda mengenal saya? tanya Varisha lagi ketika melihat Arshaka hanya diam.

“Varisha Octavia, usiamu 19 tahun. Kamu bekerja untuk membantu kehidupan keluargamu. Ayahmu seorang pemabuk yang suka berjudi. Ibumu bekerja sebagai asisten rumah tangga. Kakakmu meninggal karena kecelakaan empat tahun yang lalu, adik perempuanmu masih bersekolah dan adik laki-lakimu sedang menjalani pengobatan. Benar, kan?”

Varisha sangat terkejut mendengar semua informasi tersebut. Matanya membulat dan dia bertanya dengan keras, "Siapa Anda sebenarnya, dan mengapa Anda menyelidiki saya?"

Arshaka mengambil selembar kartu nama dari dalam saku jasnya dan dengan tenang memberikannya kepada Varisha. Mata Varisha terbelalak saat ia membaca nama yang tertulis di kartu itu: "Arshaka Diaksara, CEO dari Diaksara Group."

“Apa yang Anda inginkan dari saya?” tanya Varisha dengan suara yang agak gemetar.

Sebelum Arshaka menjawab, tiba-tiba Varisha merasa dingin menjalar dari atas kepalanya. Air dingin yang sejuk membasahi rambut dan bajunya. Ia menatap ke atas dan terkejut melihat seorang wanita yang tiba-tiba muncul, menuangkan sebotol wine ke atas kepalanya dengan ekspresi marah.

Varisha merasakan sensasi dingin yang menusuk sampai ke tulangnya, dan wine itu mengalir turun dari rambutnya yang indah ke baju kerjanya. Pandangannya terpaku di wajah Arshaka dan wanita itu bergantian.

“Apa yang sebenarnya kalian inginkan?” tanya Varisha kemudian bangkit dari tempatnya dengan kesal.

“Dasar jalang! berhenti bersikap seakan-akan kamu tidak mengerti! Mulai sekarang saya minta kamu berhenti mengganggu Arseno,” teriak wanita itu.

Arshaka mencoba menghentikan saudara perempuannya. Ia berbicara dengan suara yang tenang dan tegas, "Arini, tenanglah."

“Nggak, Kak. Aku mau kasih pelajaran sama jalang ini biar dia nggak seenaknya merayu suami orang.”

Kemarahan Arini semakin menjadi-jadi, dan tanpa memberikan kesempatan pada Varisha untuk merespons, ia menampar Varisha dengan keras di wajahnya. Suara tamparan itu terdengar jelas di restoran yang sepi, dan beberapa rekan kerja Varisha yang melihat kejadian itu terkejut.

Varisha merasakan pipinya yang terbakar dari tamparan keras yang diberikan Arini. Matanya berkilat penuh emosi, dan dia merasa kemarahan yang mendalam merayap naik dalam dirinya. Tangan Varisha mengepal kuat mendengar penghinaan itu, dan ia bisa merasakan wajahnya yang terbakar oleh rasa malu dan kemarahan.

"Apa yang Anda katakan?" kata Varisha dengan suara tegas, meskipun hatinya berdebar kencang.

"Apa yang Anda pikirkan tentang saya, huh? Anda tidak tahu apa-apa tentang hubungan saya dengan Arseno, jadi jangan membuat kesimpulan sembarangan!" lanjut Varisha dengan suara tegas dan tatapan tajam, ia melihat mata Arini yang masih penuh amarah.

Arini terlihat terkejut oleh reaksi tegas Varisha. Dia merasa seakan-akan gadis di hadapannya itu begitu berani karena selama ini tak ada yang bisa membalasnya kembali seperti itu.

Kedua wanita ini saling menatap, saling menilai, dan suasana semakin memanas. Namun, Varisha tidak akan membiarkan Arini mempermalukannya di depan semua orang.

"Anda pikir Anda bisa menyalahkan saya? Apakah Anda merasa lebih baik dari saya?" lanjut Varisha dengan nada tajam.

"Arseno adalah suami Anda, dan dia adalah orang yang harus bertanggung jawab atas perasaannya. Kalau Anda merasa khawatir, bicarakanlah dengannya, jangan bersikap seperti ini."

Arini, semakin marah, mencoba menampar Varisha lagi, tetapi tangan Varisha yang cepat dan kuat dengan mudah menangkis serangan itu. Dia menahan tangan Arini dan dengan wajah yang tenang, menambahkan, "Jangan sekali-kali mencoba itu lagi. Anda harus belajar menghormati orang lain."

Amarah Arini semakin menguap, ia hendak menyiram tubuh Varisha lagi, tetapi sebelum tangannya bisa mencapai sasaran, Arshaka menghentikannya.

Sorot mata Arini meluas melihat Arshaka. Rasa keheranan dan kejutan menghiasi wajah Arini saat dia menatap Arshaka.

"Lepas, Kak. Aku nggak akan membiarkan wanita ini lagi kali ini!" teriak Arini dengan suara yang masih sarat emosi, sambil mencoba melepaskan diri dari cengkeraman kakaknya.

Dengan dingin dan tegas, Arshaka akhirnya menyela, "Cukup, Arini. Biar kakak yang akan mengurusnya dan memberi dia pelajaran."

Arini menatap kakaknya dengan ekspresi kecewa, tetapi akhirnya menurunkan tangannya. Ia melihat ke arah Varisha dengan sorot mata yang penuh kekesalan dan kemarahan, sebelum akhirnya berjalan pergi dari restoran tersebut.

Sementara itu, Varisha masih berdiri di tempatnya, pipinya memerah karena tamparan yang kuat dan wajahnya penuh dengan rasa tegang. Meskipun dia telah memberikan balasan yang setimpal terhadap Arini, dia tidak bisa menghilangkan perasaan malu dan ketidaknyamanan yang melanda dirinya akibat pertengkaran di depan umum ini.

Arshaka mendekat ke arah Varisha. Dia melepaskan jasnya dan menutupi tubuh varisha lalu mengambil napkin dari meja di sebelahnya dan dengan lembut mengelap wajah Varisha yang berantakan karena tumpahan wine. Tatapannya tajam dan berbicara lebih dari kata-kata yang diucapkan. Meskipun dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, Varisha merasakan kehadirannya sebagai ancaman yang sangat nyata.

Varisha merasa tidak nyaman dengan tatapan tajam dan dominan Arshaka. Dia mencoba melepaskan diri dari genggaman Arshaka, melepaskan jas yang telah diberikan padanya.

“Saya tidak tahu apa tujuan Anda sebenarnya, tapi tolong berhenti dan jangan ganggu hidup saya,” ujar Varisha dengan nada yang tenang meskipun tubuhnya masih gemetar.

Arshaka tidak melepaskan Varisha begitu saja. Dia menahannya dengan kuat. “Saya tidak akan berhenti begitu saja karena masih ada beberapa hal yang harus kita bicarakan.”

Setelah mengatakan itu, Arshaka melepaskan genggamannya lalu pergi dengan langkah mantap, meninggalkan Varisha yang menatapnya dengan rasa kebencian yang tumbuh di dalam dirinya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Puppypaw

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku