Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Vicy menatap lurus hamparan air di depannya. Lautan lepas dan dalam. Angin laut seakan menampar wajahnya dengan keras. Gaunnya yang tipis dan terbuka membuat angin dengan leluasa mengigit kulit telanjangnya.
Vicy merentangkan kedua tangannya. Seakan bersiap untuk terbang, tapi jelas dia tidak memiliki sayap. Dia hanya ingin menyatu dengan angin, bergerak beriringan mencari kebebasan. Hal yang menjadi keinginannya saat ini. Jiwanya sudah sangat lelah terkekang. Pun dengan hatinya yang mati karena luka mendalam.
Kedua kelopak matanya tertutup, membiarkan rintik air mata mengalir perlahan dan membasahi pipinya. Wajahnya kembali sembab, bibirnya yang merah delima tampak sobek dengan luka yang terlihat masih baru.
Bayangan pertengkaran kemarin kembali terulang. Cacian, kemarahan, serta umpatan yang selalu didapatkannya dari orang-orang yang katanya keluarga. Ini bukan hal baru untuknya. Bisa dikatakan sejak dirinya lahir dan belum mengerti dunia, saat itu pula dirinya diajarkan apa itu luka. Awalnya hanya cacian, sampai berefek pada kekerasan fisik yang kadang membuatnya lumpuh sesaat. Mereka begitu kejam padanya yang lemah.
Saat itu Vicy hanya diam dengan kepala tertunduk. Tidak berani membuka mulut sekadar melakukan pembelaan. Baginya itu jelas hal percuma. Tidak ada yang akan mendukungnya. Sejauh ini Vicy hanya berdiri dengan kedua kakinya sendiri.
“Aku benar-benar lelah,” akunya dengan tatapan sayu. Netranya kembali terbuka, menatap kosong ke depan.
Luka goresan memanjang tampak kemerahan di kulit putih pucatnya. Sebelumnya mungkin dia akan menutupi luka tersebut, berlagak baik-baik saja padahal terluka sangat dalam. Namun pagi ini, saat matahari belum muncul, Vicy ingin menjadi dirinya sendiri. Dia tidak akan menahan laju air matanya lagi. Dia melepaskan topeng kepura-puraan yang selama ini dipakai.