/0/20687/coverorgin.jpg?v=cd1175ed73971d72d14a9d65cc1c01ff&imageMogr2/format/webp)
******
"OH MY GOD!"
"Damn! Kau ... sialan!" umpat seorang wanita yang kini sibuk mengibas-ibaskan kertas di hadapannya.
Wanita pemilik mata kucing itu mengerang marah penuh emosi, ketika salah satu pelayan kafe tidak sengaja menumpahkan jus kiwi pesanannya dan mengenai map yang berisikan beberapa lembar sketsa bangunan milik kliennya.
Pelayan itu bergidik ketakutan saat mendengar makian kasar terlontar dari salah satu pelanggan akibat kecerobohannya.
"Ma---, maaf ... Maafkan saya, Nona. Sa---, saya tidak sengaja," ucap pelayan itu dengan gugup penuh dengan rasa bersalah.
Tatapan tajam begitu menghunus tepat menghujam wajah si pelayan.
"Apa? Maaf? Kau buta? Kau tidak lihat semua ini?" bentak pelanggan wanita itu dengan suara lantang.
"Panggil manajer kafe ini. Sekarang juga!" perintah wanita cantik itu pada si pelayan.
Pelayan yang wajahnya sudah pucat pasi itu berjalan mundur lantas segera berlalu dari hadapan wanita yang telah membentaknya kasar dan mencari manager cafe sesuai permintaan wanita cantik itu.
Seorang pria dengan kemeja biru dan dasi bergaris-garis menyilang berwarna merah kontras dengan kemeja yang dikenakannya berdiri di hadapan wanita yang tengah mengibas-ibas lembar demi lembar kertas.
"Maaf, apa ada yang bisa saya bantu? Saya kebetulan manager kafe ini. Perkenalkan nama saya---,"
Belum sempat sang manager berbasa-basi, sang wanita sudah menyemburkan amarahnya lagi.
"Dengar dan lihat semua ini! Semua lembar pekerjaanku basah dan beberapa robek akibat kecerobohan yang dilakukan pegawai kafe anda ini!"
Dengan berkacak pinggang wanita cantik itu memerintahkan manager cafe itu untuk memecat pegawainya. "Aku ingin kau memecat pegawai bodohmu itu!"
Pegawai tersebut menunduk, gemetar ketakutan di belakang managernya mendengar ucapan kejam yang dilayangkan wanita itu untuknya.
"Maaf, tapi pegawai saya tidak sengaja melakukannya, Nona. Dia juga sudah meminta maaf pada---" Lagi-lagi terhenti karena wanita itu sudah kembali menyela.
"Kau dan pegawaimu sama bodohnya! Kalian membuang-buang waktuku. Sialan sekali kafe ini. Sangat tidak bertanggung jawab!" Wanita cantik itu membereskan semua barangnya dan melenggang pergi meninggalkan kafe dengan emosi memuncak.
Seluruh mata memandang wanita yang baru saja melangkah keluar pintu kafe, sedangkan manajer dan pegawai yang melakukan kesalahan tadi masih berdiri kaku mengamati pundak yang semakin menjauh itu.
******
Wanita cantik yang memiliki mata tajam seperti tatapan mata kucing bernama Amanda Altakendra. Seorang arsitek yang namanya sudah tersohor di kalangan pebisnis lokal maupun internasional. Begitu banyak perusahaan yang menginginkan sentuhan tangan wanita itu untuk membangun gedung atau apa pun.
Amanda menghempaskan tubuh dan pinggulnya ke atas sofa empuk di dalam apartemen miliknya. Ia memilih menetap di Indonesia untuk sementara waktu ketimbang ikut bersama kedua orang tuanya di Korea Selatan. Ayah Amanda adalah seorang pria asli Korea Selatan. Ayahnya merupakan seorang pengusaha terkenal dan kaya, memiliki beberapa perusahaan besar di bidang otomotif dan elektronik, sedangkan Ibu Amanda adalah wanita yang berasal dari Manhattan. Untuk itu, Amanda terlihat seperti wanita keturunan yang tampak begitu cantik meskipun gen ayahnya yang mendominasi dirinya.
Wanita itu menghela napas gusar menatap tumpukan kertas di dalam map yang sudah basah dan beberapa yang robek. Kepalanya berdenyut pening memikirkan jika lembaran-lembaran itu merupakan deadline yang akan ia serahkan pada kliennya, seorang pengusaha asal Italia.
"Hei, what's up, Baby! Kenapa wajahmu seperti remasan kertas?" tanya Belina, sahabat terbaik Amanda.
Belina merupakan supermodel Internasional yang namanya sudah tersohor di seluruh dunia. Wanita bermata hijau itu menetap di New York, tapi saat ini ia sedang menikmati cuti panjang dan memilih Indonesia sebagai destinasi kunjungannya. Amanda melemparkan map di hadapannya ke sofa, tempat Belina duduk. Nana mengambil lembaran yang sudah rusak dan juga basah itu, mengangkatnya ke udara dengan mata terbelalak dan mulut menganga.
"What the fvxx! Bagaimana bisa? Inikan ..." Nana tidak menyelesaikan ucapannya.
/0/2502/coverorgin.jpg?v=343a8b6f3985153706818e01452254a5&imageMogr2/format/webp)
/0/19077/coverorgin.jpg?v=20240730192710&imageMogr2/format/webp)
/0/7429/coverorgin.jpg?v=20250122152111&imageMogr2/format/webp)
/0/6446/coverorgin.jpg?v=20250120175952&imageMogr2/format/webp)
/0/3833/coverorgin.jpg?v=20250122110249&imageMogr2/format/webp)
/0/15858/coverorgin.jpg?v=437451542586af31549968a254f81cc6&imageMogr2/format/webp)
/0/18497/coverorgin.jpg?v=20240918152710&imageMogr2/format/webp)
/0/3024/coverorgin.jpg?v=20250120140510&imageMogr2/format/webp)
/0/2647/coverorgin.jpg?v=20250120155740&imageMogr2/format/webp)
/0/2506/coverorgin.jpg?v=32c78671fe86e8b05b896b10e37e08d0&imageMogr2/format/webp)
/0/10495/coverorgin.jpg?v=20250122182731&imageMogr2/format/webp)
/0/2642/coverorgin.jpg?v=20250120162808&imageMogr2/format/webp)
/0/14954/coverorgin.jpg?v=20250123120430&imageMogr2/format/webp)
/0/21121/coverorgin.jpg?v=20250124101352&imageMogr2/format/webp)
/0/29595/coverorgin.jpg?v=1863c7cd647e94c1f3bb15208501b525&imageMogr2/format/webp)
/0/7751/coverorgin.jpg?v=65b95a5604354eb100f8681a7eec7a1d&imageMogr2/format/webp)
/0/11045/coverorgin.jpg?v=20c26a39a6fcfbd103538f6351776873&imageMogr2/format/webp)
/0/10280/coverorgin.jpg?v=20250122182551&imageMogr2/format/webp)