Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Luka yang teramat dalam menimbulkan dendam pada diri Melani. Ketika ia melihat laki-laki yang dibencinya begitu tertawa riang bersama dengan seorang wanita di dalam restoran itu. Hatinya bergemuruh sesak. Rasanya sakit begitu tercabik-cabik saat melihat paras laki-laki itu malah bahagia di atas penderitaannya. Mulai dari situ, ia mulai menyelidiki semuanya. Tak hanya itu saja, ia menginginkan hidup mereka hancur dan tak akan merasakan kebahagiaan lagi.
"Itu dia!" Tangan Melani terkepal kuat dan gigi bergemeretak, jiwanya begitu membara ingin membalaskan dendam ini.
Di sinilah Melani berada. Ia mengikuti ke mana laki-laki itu pergi. Ia tahu di mana letak rumahnya, serta tempat kerjanya, segalanya tentang sang lawan.
Pandangannya intens, tertuju pada mereka berdua yang sedang bersulang ria sambil menenggak wine putih. Tiba-tiba, wanita yang duduk di samping laki-laki itu mulai beranjak. Tatapannya tajam ke arah wanita itu yang sedang berjalan, mungkin menuju ke toilet.
"Ini kesempatan buat aku," ucapnya meyakinkan diri.
Melani memutuskan masuk ke dalam restoran itu dengan langkah yang melenggak-lenggok. Ia mengenakan dress berwarna hitam yang mengekspose belahan dadanya. Semua mata para laki-laki kini tertuju padanya. Ia mulai mendekati si laki-laki itu dengan caranya.
"Boleh gak duduk di sini sebentar?" tanya Melani dengan senyum genitnya.
Tanpa sempat dijawab oleh laki-laki itu, ia langsung duduk di tempat tanpa menghiraukan sama sekali. Kemudian, ia menatap lawan jenis di depannya.
"Ma-maaf ya, Mba, sebentar lagi, istri saya balik dari toilet. Ini tempat duduk dia," balasnya agak kikuk.
'Cih! Aku muak padamu!'
Umpatan hanya bisa dilakukannya dalam hati. Rasa ingin membunuh laki-laki ini semakin besar. Mendengar suaranya saja, ia sudah terpacu kuat hendak balas dendam.
"Oh ... jadi, ke sini sama istrinya, ya?"
Laki-laki itu mengangguk ke arahnya. Benar saja, si istri pun datang dengan raut wajah bingung.
"Kamu siapa ya, Mba?" tanya wanita itu sambil menunjuk ke arah Melani.
"Hmm ... saya cuman duduk aja tadi sebentar. Anda sudah balik dari toilet, jadi saya pergi aja," balas Melani.
Bukan Melani namanya kalau tidak hebat dalam urusan menggoda. Ia pura-pura tersandung. Ternyata, lawan jenisnya siap siaga menangkap tubuhnya agar tak jatuh. Mereka berdua jadi saling tatap-menatap. Wanita yang menjadi istri dari laki-laki ini pun menarik tubuhnya agar lepas dalam pangkuan.
"Maafkan saya, Mas." Melani mengucapkan permintaan maaf palsu pada targetnya, disertai dengan kedipan mata nan manja.
Plak!
"Jangan macam-macam sama suami saya ya, Mba!" Wanita itu menampar wajah Melani dengan keras.
Wajah Melani ditampar oleh wanita ini. Ternyata, api cemburu sudah mulai berkobar. Terlihat jelas ketidaksukaan si istri padanya. Ia pun menyeringai dan merasa cukup puas. Anggap saja ini sebagai pemanasan.
"Sayang, sudahlah. Dia gak sengaja tadi." Laki-laki itu memegang tangan istrinya.