Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PELAKOR SEWAAN

PELAKOR SEWAAN

Puuma

5.0
Komentar
41
Penayangan
1
Bab

Ruminah, seorang janda cantik yang masih segar, sudah dua tahun ia menjanda. Ditinggal mati suami, bukan berarti harus terbelenggu dalam kubangan lumpur kepedihan. Justru ini menjadi awal hidupnya yang baru. Dari dulu, dia selalu saja menerima tekanan baik fisik maupun batin. Bahkan dirinya, hanya dikurung di dalam rumah saja sebagai pemuas nafsu suaminya. Setiap kali pulang kerja, dia harus melayaninya bahkan Ruminah, takut jika harus menolak. Dia tak pernah mengenal apa itu make up, bukan tak mengenal, tapi tak ada kesempatan untuk dirinya mengenal hal seperti itu. Kehidupan Ruminah berubah drastis, semenjak suaminya meninggal dunia. Dia mulai mengenakan make up, berdandan seperti perempuan pada umumnya. Sampai dia disukai banyak pria dan kebanyakan mereka adalah anak orang kaya. Bagaimana kisah kasih cinta, Ruminah? Apa benar dia dicap sebagai pelakor di kampungnya? Atau memang benar dia seorang pelakor?

Bab 1 Pesona Sang Janda

"Ah, lepaskan tanganku sakit tolong," ujar Ruminah berteriak dari dalam rumah.

Namun, tidak ada yang mendengarnya. Siapa sangka seorang lelaki yang dulu menjadi mantan pacarnya kini kembali mengejarnya.

Dia sudah sangat gila, karena dari dulu tidak bisa memiliki Ruminah.

Tapi semenjak suaminya Ruminah meninggal, sudah tidak ada lagi penghalang baginya untuk memiliki Ruminah.

Brakk!

Pintu rumah Ruminah, didobrak oleh seorang pria.

"Mas Alex, tolong aku ... bawa dia keluar dari sini," rengak Ruminah meminta tolong.

Alex Gunawan, seorang duda tampan yang ditinggal mati istrinya. Di mana almarhum sang istri adalah kakak dari Ruminah.

Alex pun juga sudah menikah lagi dan mempunyai dua orang anak dengan istri barunya.

Alex, langsung menarik tangan lelaki itu dan memukulinya.

"Keluar kamu dari sini!" bentak Alex.

"Siapa kamu, berani mengatur hidupku," sahut pria itu menantang.

Alex semakin ganas menghajarnya bahkan sampai dia tak bisa berdiri lagi, dan diseret paksa keluar dari rumahnya Ruminah.

Ruminah hanya bisa menangis, hampir saja harga dirinya direnggut oleh pria brengsek itu.

"Kamu tidak apa, Ruminah?" tanya Alex.

"Aku gapapa, makasih ya kamu udah mau nolongin. Kalau tidak, mungkin aku sudah kehilangan kehormatan yang selama ini terjaga hanya untuk suamiku," ujar Ruminah.

"Iya, sama-sama lain kali kamu kunci pintunya janga sampai ada orang gila seperti dia masuk ke rumahmu," sahut Alex.

"Iya, tapi kamu kok bisa ada di sini rumah kamu jauh padahal?" tanya Ruminah.

"Iya, aku udah pindah rumah itu tepat di depanmu," sahut Alex menunjuk ke arah rumahnya.

"Oh iya, aku turut berduka cita ya atas meninggalnya suami kamu, maaf baru dapat kabar soalnya aku dua tahun terakhir ini pergi ke luar kota," imbuhnya.

"Iya, tak apa aku juga sudah mengikhlaskan kepergiannya kok," sahut Ruminah.

"Kamu, janda dong sekarang?" tanya Alex.

"Iya, emang kenapa?" tanya Ruminah balik.

Alex tersenyum nakal, melihat bodi seksi Ruminah yang semakin cantik saja. Padahal dulu, terakhir dia bertemu wajahnya bahkan tak secantik ini.

"Hey!" bentak Ruminah.

"Eh, aduh apa tadi kamu bilang?" tanya Alex.

"Makanya jangan melamun," sahut Ruminah.

"Aku boleh minta nomer handphone gak?" tanya Alex.

Ruminah mengambil kertas dan langsung menulis nomer teleponnya, lalu memberikannya kepada Alex.

"Emang mau buat apa?" tanya Ruminah.

"Emmm, kalau kamu butuh bantuan langsung aja telepon aku, ini nomernya catet dulu," ujar Alex.

Selesai bertukar nomer telepon, Alex langsung pamit untuk pulang. Ruminah membukakan pintu untuknya, hanya beberapa langkah saja jarak rumah mereka.

Bahkan, Ruminah bisa melihat Alex dari depan rumahnya saja.

"Aku pulang dulu bay," ujar Alex.

"Iya," sahut Ruminah.

Alex berjalan pulang, tapi pandangannya seolah tak bisa lepas dari bodi seksi Ruminah.

Dia tak sadar jika ada istrinya di depan rumah, telinganya langsung dijewer oleh istrinya.

"Aduh, sakit lepasin dong Mah," ujar Alex kesakitan.

"Makanya itu mata jangan gatel, lihat janda cantik dikit aja langsung tergoda," sahut Istrinya.

"Enggak kok, itu mantan ipar aku ya udah masuk yuk," ajak Alex.

Mereka langsung masuk ke dalam rumah, istrinya langsung menutup pintu rapat-rapat. Takutnya, nanti suaminya malah tergoda oleh janda depan rumahnya itu.

Ruminah langsung masuk ke dalam rumah untuk mengambil sapu. Dia menyapu halaman rumahnya, dengan mengenakan daster seksinya itu.

Alex yang baru saja keluar dari rumahnya, langsung terpesona dibuatnya.

"Seksi banget Ruminah, beda sama istriku udah gak cantik jam segini belum mandi lagi," ujar Alex.

Ruminah melihat Alex yang sedang memandanginya, dia langsung tersenyum menyapa.

"Mas, Alex ganteng banget hari ini," ujar Ruminah berbicara dalam hati.

Alex langsung menghampiri Ruminah diam-diam.

"Ruminah, tadi aku telepon kok gak diangkat?" tanya Alex.

"Iya, maaf Mas aku sibuk membereskan rumah sampai tidak sempat memegang handphone," sahut Ruminah.

"Hem, nanti malem boleh gak aku main ke sini?" tanya Alex tersenyum nakal.

"Boleh, emang mau ngapain, Mas?" tanya Ruminah.

"Main aja, tapi jangan sampai ketahuan istriku ya nanti dia marah lagi," ujar Alex.

"Iya Mas," sahut Ruminah.

"Aku berangkat kerja dulu," sahut Alex.

Mas Alex langsung berjalan meninggalkan Ruminah yang masih memegang sapunya itu, dia bergegas menuju ke kantornya.

Ruminah langsung masuk ke dalam rumahnya, hari ini dia hendak pergi ke pasar untuk membeli beberapa keperluan rumah.

Namun, uangnya habis dia sudah tak punya uang. Mau atau tidak, dia harus hutang beras kepada tetangganya.

Sebenarnya sudah ada yang memenuhi kebutuhan hidup Ruminah, yaitu anaknya. Mereka semua sudah bekerja, Ruminah memiliki lima orang anak laki-laki.

Orang lain mungkin sangat bahagia memiliki banyak anak, karena ada yang mereka harapkan jika tua nanti.

Berbeda dengan Ruminah, dia justru hidup sebatang kara semenjak kepergian suaminya. Anaknya sudah melupakan dirinya, dan menganggapnya sudah mati.

Hanya satu orang dari lima anaknya, yang masih mau memberinya uang. Itupun, juga tidak setiap hari.

Ruminah, bergegas ke rumah tetangganya untuk meminjam uang dan beras.

Tok, tok, tok....

Seseorang membukakan pintu untuknya.

"Ada apa?" tanya Lastri tetangga Ruminah yang terkenal tukang gosip itu.

"Mbak, boleh saya pinjam uangnya sepuluh ribu saja untuk membeli beras," pinta Ruminah.

"Tidak, ke mana anak kamu kenapa malah pinjam uang ke saya?" tanya Lastri.

"Mereka belum ada yang pulang Mbak," sahut Ruminah.

"Itu tanggung jawab mereka, kenapa malah minta ke saya?" tanya Lastri dengan nada tinggi.

"Pergi kamu dari sini!" bentak Lastri mengusir Ruminah.

Apalah daya Ruminah, dia hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sekarang.

Dulu, hidup serba kecukupan tapi bagaikan di neraka.

Sekarang, hidup bebas tanpa tertekan namun serba kekurangan, sungguh malang nasib Ruminah.

Dia segera pergi dari rumah Lastri, dan langsung masuk ke dalam rumah. Ketika dia hendak menutup pintu, seseorang mencegahnya.

Ketika dibuka lagi ternyata itu adalah Supri, suami dari Lastri.

"Loh, Mas Supri ngapain di sini?" tanya Ruminah.

"Kamu butuh uang?" tanya Supri.

"Iya Mas, saya belum makan dari tadi bahkan sepeser uang saja tidak punya," sahut Ruminah.

"Saya bisa, membantu kamu tapi dengan satu syarat," ujar Supri.

"Apa, Mas?" tanya Ruminah.

"Layani saya, sepuas mungkin akan saya bayar kamu berapa pun itu," sahut Supri.

Ruminah terkejut mendengar ucapannya.

Dia berpikir sejenak, udah mengambil keputusan agar tak terjerumus nantinya.

Jika dia menolak, mau makan pakai apa hari ini kalaupun menerima, kehormatan yang dia jaga mungkin akan hilang begitu saja.

Ruminah merasa bingung untuk mengambil keputusan.

"Gimana?" tanya Supri lagi.

Ruminah masih bimbang, takut salah langkah nanti malahan.

"Ah, lepaskan tanganku sakit tolong," ujar Ruminah berteriak dari dalam rumah.

Namun, tidak ada yang mendengarnya. Siapa sangka seorang lelaki yang dulu menjadi mantan pacarnya kini kembali mengejarnya.

Dia sudah sangat gila, karena dari dulu tidak bisa memiliki Ruminah.

Tapi semenjak suaminya Ruminah meninggal, sudah tidak ada lagi penghalang baginya untuk memiliki Ruminah.

Brakk!

Pintu rumah Ruminah, didobrak oleh seorang pria.

"Mas Alex, tolong aku ... bawa dia keluar dari sini," rengak Ruminah meminta tolong.

Alex Gunawan, seorang duda tampan yang ditinggal mati istrinya. Di mana almarhum sang istri adalah kakak dari Ruminah.

Alex pun juga sudah menikah lagi dan mempunyai dua orang anak dengan istri barunya.

Alex, langsung menarik tangan lelaki itu dan memukulinya.

"Keluar kamu dari sini!" bentak Alex.

"Siapa kamu, berani mengatur hidupku," sahut pria itu menantang.

Alex semakin ganas menghajarnya bahkan sampai dia tak bisa berdiri lagi, dan diseret paksa keluar dari rumahnya Ruminah.

Ruminah hanya bisa menangis, hampir saja harga dirinya direnggut oleh pria brengsek itu.

"Kamu tidak apa, Ruminah?" tanya Alex.

"Aku gapapa, makasih ya kamu udah mau nolongin. Kalau tidak, mungkin aku sudah kehilangan kehormatan yang selama ini terjaga hanya untuk suamiku," ujar Ruminah.

"Iya, sama-sama lain kali kamu kunci pintunya janga sampai ada orang gila seperti dia masuk ke rumahmu," sahut Alex.

"Iya, tapi kamu kok bisa ada di sini rumah kamu jauh padahal?" tanya Ruminah.

"Iya, aku udah pindah rumah itu tepat di depanmu," sahut Alex menunjuk ke arah rumahnya.

"Oh iya, aku turut berduka cita ya atas meninggalnya suami kamu, maaf baru dapat kabar soalnya aku dua tahun terakhir ini pergi ke luar kota," imbuhnya.

"Iya, tak apa aku juga sudah mengikhlaskan kepergiannya kok," sahut Ruminah.

"Kamu, janda dong sekarang?" tanya Alex.

"Iya, emang kenapa?" tanya Ruminah balik.

Alex tersenyum nakal, melihat bodi seksi Ruminah yang semakin cantik saja. Padahal dulu, terakhir dia bertemu wajahnya bahkan tak secantik ini.

"Hey!" bentak Ruminah.

"Eh, aduh apa tadi kamu bilang?" tanya Alex.

"Makanya jangan melamun," sahut Ruminah.

"Aku boleh minta nomer handphone gak?" tanya Alex.

Ruminah mengambil kertas dan langsung menulis nomer teleponnya, lalu memberikannya kepada Alex.

"Emang mau buat apa?" tanya Ruminah.

"Emmm, kalau kamu butuh bantuan langsung aja telepon aku, ini nomernya catet dulu," ujar Alex.

Selesai bertukar nomer telepon, Alex langsung pamit untuk pulang. Ruminah membukakan pintu untuknya, hanya beberapa langkah saja jarak rumah mereka.

Bahkan, Ruminah bisa melihat Alex dari depan rumahnya saja.

"Aku pulang dulu bay," ujar Alex.

"Iya," sahut Ruminah.

Alex berjalan pulang, tapi pandangannya seolah tak bisa lepas dari bodi seksi Ruminah.

Dia tak sadar jika ada istrinya di depan rumah, telinganya langsung dijewer oleh istrinya.

"Aduh, sakit lepasin dong Mah," ujar Alex kesakitan.

"Makanya itu mata jangan gatel, lihat janda cantik dikit aja langsung tergoda," sahut Istrinya.

"Enggak kok, itu mantan ipar aku ya udah masuk yuk," ajak Alex.

Mereka langsung masuk ke dalam rumah, istrinya langsung menutup pintu rapat-rapat. Takutnya, nanti suaminya malah tergoda oleh janda depan rumahnya itu.

Ruminah langsung masuk ke dalam rumah untuk mengambil sapu. Dia menyapu halaman rumahnya, dengan mengenakan daster seksinya itu.

Alex yang baru saja keluar dari rumahnya, langsung terpesona dibuatnya.

"Seksi banget Ruminah, beda sama istriku udah gak cantik jam segini belum mandi lagi," ujar Alex.

Ruminah melihat Alex yang sedang memandanginya, dia langsung tersenyum menyapa.

"Mas, Alex ganteng banget hari ini," ujar Ruminah berbicara dalam hati.

Alex langsung menghampiri Ruminah diam-diam.

"Ruminah, tadi aku telepon kok gak diangkat?" tanya Alex.

"Iya, maaf Mas aku sibuk membereskan rumah sampai tidak sempat memegang handphone," sahut Ruminah.

"Hem, nanti malem boleh gak aku main ke sini?" tanya Alex tersenyum nakal.

"Boleh, emang mau ngapain, Mas?" tanya Ruminah.

"Main aja, tapi jangan sampai ketahuan istriku ya nanti dia marah lagi," ujar Alex.

"Iya Mas," sahut Ruminah.

"Aku berangkat kerja dulu," sahut Alex.

Mas Alex langsung berjalan meninggalkan Ruminah yang masih memegang sapunya itu, dia bergegas menuju ke kantornya.

Ruminah langsung masuk ke dalam rumahnya, hari ini dia hendak pergi ke pasar untuk membeli beberapa keperluan rumah.

Namun, uangnya habis dia sudah tak punya uang. Mau atau tidak, dia harus hutang beras kepada tetangganya.

Sebenarnya sudah ada yang memenuhi kebutuhan hidup Ruminah, yaitu anaknya. Mereka semua sudah bekerja, Ruminah memiliki lima orang anak laki-laki.

Orang lain mungkin sangat bahagia memiliki banyak anak, karena ada yang mereka harapkan jika tua nanti.

Berbeda dengan Ruminah, dia justru hidup sebatang kara semenjak kepergian suaminya. Anaknya sudah melupakan dirinya, dan menganggapnya sudah mati.

Hanya satu orang dari lima anaknya, yang masih mau memberinya uang. Itupun, juga tidak setiap hari.

Ruminah, bergegas ke rumah tetangganya untuk meminjam uang dan beras.

Tok, tok, tok....

Seseorang membukakan pintu untuknya.

"Ada apa?" tanya Lastri tetangga Ruminah yang terkenal tukang gosip itu.

"Mbak, boleh saya pinjam uangnya sepuluh ribu saja untuk membeli beras," pinta Ruminah.

"Tidak, ke mana anak kamu kenapa malah pinjam uang ke saya?" tanya Lastri.

"Mereka belum ada yang pulang Mbak," sahut Ruminah.

"Itu tanggung jawab mereka, kenapa malah minta ke saya?" tanya Lastri dengan nada tinggi.

"Pergi kamu dari sini!" bentak Lastri mengusir Ruminah.

Apalah daya Ruminah, dia hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sekarang.

Dulu, hidup serba kecukupan tapi bagaikan di neraka.

Sekarang, hidup bebas tanpa tertekan namun serba kekurangan, sungguh malang nasib Ruminah.

Dia segera pergi dari rumah Lastri, dan langsung masuk ke dalam rumah. Ketika dia hendak menutup pintu, seseorang mencegahnya.

Ketika dibuka lagi ternyata itu adalah Supri, suami dari Lastri.

"Loh, Mas Supri ngapain di sini?" tanya Ruminah.

"Kamu butuh uang?" tanya Supri.

"Iya Mas, saya belum makan dari tadi bahkan sepeser uang saja tidak punya," sahut Ruminah.

"Saya bisa, membantu kamu tapi dengan satu syarat," ujar Supri.

"Apa, Mas?" tanya Ruminah.

"Layani saya, sepuas mungkin akan saya bayar kamu berapa pun itu," sahut Supri.

Ruminah terkejut mendengar ucapannya.

Dia berpikir sejenak, udah mengambil keputusan agar tak terjerumus nantinya.

Jika dia menolak, mau makan pakai apa hari ini kalaupun menerima, kehormatan yang dia jaga mungkin akan hilang begitu saja.

Ruminah merasa bingung untuk mengambil keputusan.

"Gimana?" tanya Supri lagi.

Ruminah masih bimbang, takut salah langkah nanti malahan. Jika dia terima, dia tahu semua ini salah. Tapi, jika dia tolak siapa yang akan mencarikan nafkah untuknya, bahkan dia menjadi pengangguran semenjak kepergian sang suami.

Bersambung ....

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Puuma

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku