/0/25602/coverorgin.jpg?v=f78608e96138309796e790df68c40154&imageMogr2/format/webp)
"Malam ini terasa sangat panas."
Hani Paulla, gadis cantik bermata bulat—usianya 22 tahun. Ia berdiri di atas balkon kamarnya. Menatap langit yang dipenuhi dengan bintang.
Hani menggunakan piyama yang begitu seksi dan transparan, karena malam ini cukup panas.
"Siapa yang memabukkan pintu?" Hani mendengar suara pintu kamarnya terbuka.
Hani lantas bergegas menuju ke kamarnya. Ia terbelalak saat melihat sang Kakak berdiri di depan pintu kamar yang sudah tertutup.
"Kak Yuan, kau mau ngapain?" tanya Hani.
Yuan tersenyum nakal, perlahan ia berjalan mendekati Hani—gadis seksi yang ternyata adiknya. Hani juga baru bekerja menjadi sekretaris di perusahaan Yuan Andersson.
"Kakak mau ngapain?" Hani semakin panik saat Yuan, sang Kakak, semakin mendekat.
Yuan membuka kancing kemejanya dan melepas kemejanya, kemudian melemparnya.
Hani menelan ludahnya susah payah saat melihat dada bidang sang kakak yang kotak-kotak.
"Kak... " Hani berusaha menghindar, namun Yuan malah semakin dekat dan mendorong tubuh Hani sampai terhempas ke atas ranjang. Yuan berada di atas tubuh Hani.
"Berapa harganya untuk semalam?" tanya Yuan tersenyum nakal.
"Hah?" Hani membulatkan pupil matanya sempurna. "Aku tidak mengerti dengan pertanyaan Kakak," ucap Hani bergetar.
"Jangan pura-pura bodoh, Hani. Bukankah selama kamu tinggal di London, kamu sering melakukannya?" Yuan tersenyum menyeringai.
"Melakukan apa?" tanya Hani panik.
"Jual diri!" Yuan berbisik.
Kemudian, Yuan mengambil ponselnya di saku celananya, ia menunjukkan video ketika Hani menggunakan pakaian seksi jalan dengan pria tua. Ternyata diam-diam Yuan mencari tahu tentang Hani.
"Video ini sudah cukup membuktikan kalau kau bukan cewek baik-baik! Membuktikan bahwa kamu di luar sana bekerja menjadi sugar baby, dan menjual tubuhmu pada pria pria tua kesepian. Bukan, begitu?"
"Kak, itu.... Itu cu— "
Tak mau mendengar penjelasan dari Hani, Yuan langsung mengecup bibir Hani dengan rakus meski tanpa balasan namun Yuan tetap melumat bibir Hani yang menggoda ini.
Kedua tangan Yuan bergerilya menyentuh buah dada milik Hani yang montok dan membuat Yuan tergoda untuk menjadi sosok bayi.
"Ah... " Hani sedikit mendesah ketika tangan Yuan masih menyentuh buah dada miliknya.
Yuan. tersenyum nakal, dia sangat suka dengan suara desahan kecil yang ke luar dari mulut sang adik.
Yuan lantas melumat bibir Hani dengan sangat rakus membuat Hani semakin kesulitan melawan, napasnya terasa sesak sampai ia refleks membuka mulut dan akhirnya ciuman itu semakin dalam hingga terdengar suara decapan.
"Ah!" Suara desah kembali lolos dari mulut Hani ketika lidah Yuan menjelajah jenjang leher Hani yang mulus.
Hani semakin bergairah, begitu juga dengan Yuan. Keduanya kini mulai menikmati permainan panas tersebut.
"Ah, Kak!" rancu Hani ketika lidah sang kakak bergerilya di area perutnya sampai ke daerah sensitif karena kini tubuh keduanya sudah sama-sama polos.
Yuan tersenyum nakal saat milik Hani sudah basah.
"Kau menyukainya?" tanya Yuan berbisik.
Hani merasa malu untuk mengakuinya, ia memilih diam dan menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.
Rumah tampak sepi. Orangtuanya lagi pergi ke London mungkin sampai seminggu di sana.
Yuan akan segera memasukkan miliknya ke tubuh Hani.
"Kak, pelan-pelan," pinta Hani ketakutan.
"Pelan-pelan? Bukankah kau sudah terbiasa?" Yuan tersenyum mengejek.
Hani mengigit bibirnya ketika milik Yuan yang perkasa itu akan memasuki miliknya.
"Mengapa sangat sempit?" bisik Yuan sambil menaikan satu alisnya saat dirinya kesulitan memasukan sesuatu kedalam tubuh Hani.
Ssshhtt
Hani menggigit bibirnya, menahan perih yang luar biasa.
"Uummmph saaakiiiiitt, Kak, sakiiiittttt!" Rancu Hani sambil memukul-mukul punggung Yuan.
"Aaaaaa!!!!!" teriaknya lagi sampai meremas kuat rambut Yuan tatkala milik Yuan sudah berhasil masuk.
"Oh, ughh ... " Yuan mendesah karena nikmat.
/0/13401/coverorgin.jpg?v=3d8df5fbd594f89d3fb5ffd01438f306&imageMogr2/format/webp)
/0/17910/coverorgin.jpg?v=3990dd583fb4dc94a1b14b2ec024bccb&imageMogr2/format/webp)
/0/18824/coverorgin.jpg?v=dd98140633e26b2633176819c42f74f4&imageMogr2/format/webp)
/0/7203/coverorgin.jpg?v=4ad306f8eba8a9e0bb9b5d9d4e5ecbc1&imageMogr2/format/webp)
/0/24347/coverorgin.jpg?v=666de77ca3973db3eb04724e57c20e17&imageMogr2/format/webp)
/0/16900/coverorgin.jpg?v=dc44248f1eddbf3ec2f3185d5a9341b9&imageMogr2/format/webp)
/0/28732/coverorgin.jpg?v=e8a0b4534d7994c926bb454fbf8339ea&imageMogr2/format/webp)
/0/12827/coverorgin.jpg?v=98e8c94e6c32338a89aa8c2d007b7b10&imageMogr2/format/webp)
/0/29606/coverorgin.jpg?v=43de8d7d2e394f3d3f370d1b2566c8f7&imageMogr2/format/webp)
/0/14868/coverorgin.jpg?v=ed691902cab62c9f9016d20bc582a957&imageMogr2/format/webp)
/0/12753/coverorgin.jpg?v=30f189ccce34b86d3dfb76da73c6e95f&imageMogr2/format/webp)
/0/3092/coverorgin.jpg?v=6017a83f5795db14f6aeff4606c5d9c3&imageMogr2/format/webp)
/0/25071/coverorgin.jpg?v=20250626210823&imageMogr2/format/webp)
/0/15897/coverorgin.jpg?v=7a676661d11e3a9172f85a345ac3258a&imageMogr2/format/webp)
/0/17361/coverorgin.jpg?v=02ed18d5ec951a7c5577f9a36e9138b0&imageMogr2/format/webp)
/0/7432/coverorgin.jpg?v=cdad065e9d03d2602fa89d649f5f3d93&imageMogr2/format/webp)
/0/12634/coverorgin.jpg?v=5cc210e46ea5ee389a0a2e1911a32a2e&imageMogr2/format/webp)
/0/21447/coverorgin.jpg?v=2bae48a320ec295bdd25136279d814da&imageMogr2/format/webp)
/0/16017/coverorgin.jpg?v=99dc715da7f8e84d484e8c156e7fdc74&imageMogr2/format/webp)
/0/16712/coverorgin.jpg?v=6446d851c8c0d77c944e63be16a4d2b4&imageMogr2/format/webp)