/0/20663/coverorgin.jpg?v=6507e060d3a914b4ee3ce8a3a17b8c3f&imageMogr2/format/webp)
Lembayung senja menghias jagat raya, membangkitkan seluruh manusia dari segala keluh kesah yang membahana.
Menggelar sajadah dan bersujud tunduk, patuh, taat juga tawadhu pada ketentuan TuhanNya.
Rania menginjakkan kaki di bandara Samsoedin Noor dengan bahagia. Kerinduannya pada kota kelahiran abah demikian menyelusup pori-pori hatinya dan membuatnya tak berdaya.
Rania di terima menjadi salah satu mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta di kota itu.
Banjarmasin, kota seribu sungai dengan ribuan mimpi, harapan, cita-cita juga kenangan. Banjarmasin yang masyarakatnya agamis namun tak ekstrim terhadap agama lain.
Banjarmasin adalah kota paling familiar menurut Rania.
Ia bangga, mimpinya menjadi salah satu mahasiswi universitas itu tercapai kini.
Menjadi mahasiswi fakultas hukum strata 1, lucu memang, sedang ia sendiri sudah menempuh S2 ekonomi di kotanya.
Tapi apapun alasannya mimpi adalah cita-cita yang didekap hingga menembus alam bawah sadar.
Bukan hanya untuk sekedar memahami ilmu hukum agar dirinya tak buta hukum. Namun lebih dari itu. Ada 'hope' yang sedang ia gambar dalam perjalanannya.
Harapan tentang kesuksesan, harapan tentang pembuktian, harapan tentang mewujudkan kerinduan dan harapan tentang terwujudnya pembalasan.
Rania dengan tegap mendorong trolli menuju taxi yang telah ia pesan. Ringan langkahnya menuju sebuah rumah yang di kontraknya melalui media online.
Sebuah rumah mewah dengan perabotan mewah.
Rania sengaja memilih rumah itu bukan hanya sekedar untuk sebuah kenyamanan namun lebih dari itu.
Rania ingin merasa nyaman di rumah yang ia sewa. Merasa nyaman saat menulis dan nyaman saat menjamu kawan.
Rania ingin benar-benar berhasil dengan cita-citanya.
Memasuki perumahan elite di jalan A. Yani membuat Rania merasa perlu membawa pandangannya mengawasi sekeliling. Rumah-rumah bertingkat nan megah.
Dinding putih dan gerbang berpagar tinggi, ornamen minimalis ditambah dengan hiasan sebuah mobil mewah yang sedang dibersihkan oleh sopir pribadi.
Gambaran sorga dunia yang disulam demikian indah.
Rania turun tepat disebuah rumah bertuliskan A. 36.
Seorang wanita bergaun indah disamping sebuah toyota nampak anggun tersenyum ke arahnya.
Rania membalas senyum renyah wanita itu.
"Saya ibu Rumi pemilik rumah ini."
"Oh, saya Rania bu, " suara Rania renyah.
Wanita tersebut membimbing Rania masuk rumah berornamen bunga matahari tersebut. Ruang tamunya sedikit nampak naik dibanding ruangan yang lain. Di ruang keluarga sebuah sofa tanpa sandaran di hamparkan begitu saja di tengah ruangan. Ada karpet berbulu tebal berwarna hijau muda, menutupi sedikit saja kaca lebar yang terhampar dilantai. Ada hiasan tiga dimensi bernuansa kolam ikan di bawahnya.
Rania bangga dengan rumahnya. Setara dengan uang dua puluh juta yang ia berikan satu hari yang lalu untuk sewa rumah ini selama satu tahun.
Rania tidak lagi perduli dengan harga. Honor menulisnya terlalu besar bila hanya untuk bilangan dua puluh juta saja.
Dalam sebulan ia bisa tuntas menulis 10 judul novel. Bila satu novel berharga 200 USD belum termasuk bonus harian, royalti dan koin dari pembaca maka dalam sebulan ia bisa dapatkan lebih dari empat puluh juta hanya dengan menulis novel.
Rania tak perduli dengan letih yang kadang mengoyak-ngoyak dirinya, yang ia tahu ia harus kuat berjuang demi nama baik dan kesetaraan kehormatan di mata masyarakat.
Ia habiskan kesehariannya untuk menulis dan memintal doa pada Tuhan, ia yakin suatu hari apa yang ia pintal akan berbentuk. Dan inilah saatnya.
Inilah saat dimana dirinya merasa punya waktu membuktikan bahwa ia berharga dan layak dihormati.
Ia layak diperebutkan dan diperjuangkan. Ia layak dibanggakan dan dihargai.
Bila hari kemarin ia meminta karena memang ia sedang tak memiliki apapun untuk digunakan. Rania lelah berkejaran dengan hutang dan riba, maka meminta adalah jalan yang ia tempuh. Demi hidupnya, demi anak yang diasuhnya.
Tak malukah dirinya? Malu... pasti. Namun akan lebih malu lagi bila dunia mencatat namanya sebagai wanita tuna susila yang menggadaikan harga diri demi rupiah.
Hari ini, ketika ia berada di bulan ke tiganya melalui kontrak eksclusive bersama sebuah media online. Hari ini adalah hari kemenangan dimana dirinya benar-benar berjaya.
Ia telah memiliki sebuah mobil mewah, memiliki tas bermerk, kosmetik para artis dan perawatan tubuh yang intensive.
Hidup telah ia menangkan.
Hidup telah ia genggam.
"Kalau begitu saya pulang dulu ya mbak.."
"Rania, "
"Oh iya mbak Rania. Ini surat perjanjiannya, semoga saja betah."
"InsyaAllah betah, bu." jawab Rania lugas.
Ia mengantar ibu Rumi keluar dari rumah yang ia sewa. Kemudian Rania berkemas membereskan pakaian yang di bawanya. Sambil sesekali ia benamkan wajahnya diantara ranjang empuk kamar barunya.
Dua kakinya terjuntai di ujung ranjang, ia menghubungi satu nomor di ponselnya.
"Hallo, saya Rania, yang kemarin sempat buat janji."
"Saya butuh dua orang asisten rumah tangga,"
"Iya jadi..."
"Bisa kan ?"
"Oke, terimakasih."
Rania menghela nafas panjang kemudian mendekap bantal harum, merapatkannya di dadanya. Menekan tombol on pada remote AC yang tergeletak di ujung ranjang.
Sebelum tidur ia berujar, tak ada yang tidak mungkin bila Allah mengijinkan.
Keyakinan pada kekuatan Tuhan harus melekat kuat, hingga dalam kondisi apapun seorang hamba tidak akan kehilangan pegangan.
/0/2382/coverorgin.jpg?v=2f9a7be516cc5df3fabcdc4e5d695133&imageMogr2/format/webp)
/0/2918/coverorgin.jpg?v=dd4de52991ab7a4fda6e3def1f6f0e52&imageMogr2/format/webp)
/0/15325/coverorgin.jpg?v=bc443b2fe4f706c1171c34a92edb313f&imageMogr2/format/webp)
/0/18539/coverorgin.jpg?v=0b8f4aca865147f2fd3d53813cb7d7aa&imageMogr2/format/webp)
/0/13356/coverorgin.jpg?v=4e8b16184c509cc48f3da5166ef5c4ed&imageMogr2/format/webp)
/0/23438/coverorgin.jpg?v=b0fa4dd1a63ded9a9391a81cd651be16&imageMogr2/format/webp)
/0/4808/coverorgin.jpg?v=3915812903a3807caa6b58a33ea2fd1e&imageMogr2/format/webp)
/0/17473/coverorgin.jpg?v=6a3e3132eadbb7176df4033e0fcb38d3&imageMogr2/format/webp)
/0/27921/coverorgin.jpg?v=4eda760d43a833803876b057d0adbf78&imageMogr2/format/webp)
/0/14650/coverorgin.jpg?v=dbc5a59a7a20cce61253f607a304874f&imageMogr2/format/webp)
/0/14193/coverorgin.jpg?v=3a852a97f59b1cdaa62fc548642ad4f8&imageMogr2/format/webp)
/0/23628/coverorgin.jpg?v=aa00cb521fffa8c6f930180bf76937e1&imageMogr2/format/webp)
/0/15858/coverorgin.jpg?v=437451542586af31549968a254f81cc6&imageMogr2/format/webp)
/0/2453/coverorgin.jpg?v=20250120162542&imageMogr2/format/webp)
/0/20182/coverorgin.jpg?v=a53e41a2e46325c41c71a0efec4d98b5&imageMogr2/format/webp)
/0/4454/coverorgin.jpg?v=ed5ebcf6d3a160941f315a46bdde27bf&imageMogr2/format/webp)
/0/23223/coverorgin.jpg?v=13fafc757166bcc33aaec03226211df6&imageMogr2/format/webp)
/0/3258/coverorgin.jpg?v=5fb6465f89cc6c5a46aff9806f1bba29&imageMogr2/format/webp)
/0/2850/coverorgin.jpg?v=97f0192d4a1aae7e692969c4bbac8de6&imageMogr2/format/webp)
/0/3577/coverorgin.jpg?v=20250122110013&imageMogr2/format/webp)