Surya tidak pernah bertemu dan menafkahi kedua anaknya, setelah menceraikan dan mengusir Anaya, istrinya. Tiga belas tahun kemudian, Surya mencari mereka, karena butuh bantuan. Dia berhasil menemukan mereka, tapi keadaan sudah sangat berbeda.
Suara gaduh terdengar saat kakiku menginjak lantai keramik teras rumah. Berkas penting yang tertinggal di ruangan kerja, membuat aku harus memutar balik arah mobil. Jam masih menunjukkan pukul 08.15.
Apa yang terjadi? Mbok Narsih berlari turun dari lantai dua. Wajahnya pusat pasi. Dasternya basah kuyup.
"Tolong. Tolong. Tuan! Non Melisa, Tuan," tubuh wanita paruh baya itu gemetar.
"Ada apa dengan Melisa?"
"Non Melisa pingsan di kamar mandinya. Tangannya berdarah-darah. Saya takut Tuan." Wajah pucat itu di penuhi air mata.
Mbok Narsih memang sangat menyayangi Melisa, putri sulungku. Karena sejak balita, Mbok Narsih yang mengasuh Melisa.
Aku berlari ke lantai dua, letak kamar Melisa ada di pojok setelah kamar utama. Aku terkejut bukan main, saat melihat lantai kamar mandi yang sudah penuh dengan darah. Tubuh Melisa pun bersimbah darah.
Ada darah keluar dari balik dressnya, dan darah di pergelangan tangannya.
Tanpa pikir panjang, aku menggendong tubuh semok Melisa. Membawanya ke mobil. Mbok Narsih masih mengikutiku dari belakang.
"Mbok. Tolong bangunin Nyonya. Suruh menyusul saya ke rumah sakit!"
"Baik Tuan!"
Aku memacu mobil dengan kencang. Mencari rumah sakit terdekat dari perumahan elit yang kami tinggali. Sesampainya di sana, dengan sigap aku masuk ke dalam lobi rumah sakit berteriak dengan kencang memanggil bantuan.
Dengan sigap, seorang dokter muda, mendorong brangkar, mendekatiku dan berkata,
"Mana pasiennya Pak?" matanya menatapku penuh.
Seketika sekujur tubuhku bergetar. Wajah ini? Wajah milik seseorang yang begitu aku kenal. Selama belasan tahun terakhir, aku berusaha mencari sosok dengan wajah ini.
"Pak! Gimana?" suaranya yang sedikit menghentak, berhasil mengembalikan kesadaranku.
"Ma-maaf. Itu. Di mobil saya Dok." Aku menunjuk keluar.
Dokter muda dan dua orang perawat berlari cepat keluar pintu. Aku membuka pintu mobil, dan membantu para perawat itu menurunkan tubuh Melisa.
Melihat keadaan Melisa, brangkar kemudian di dorong sambil berlari oleh para tenaga medis itu, masuk ke ruangan UGD.
"Bapak tunggu sebentar di luar yah. Saya akan kabari keadaan pasien." Dengan senyum ramah dan tenang, dokter muda itu memintaku menunggu, saat tubuhku hampir masuk ke dalam ruangan itu.
Aku mengangguk patuh. Berjalan mondar mandir di depan pintu ruangan. Bagaimana Melisa bisa berdarah seperti itu? Apakah selama ini keadaannya tidak baik-baik saja? Talita. Dia harus menjelaskan semua ini.
Yang aku tau, darah yang mengalir dari kedua paha Melisa, menandakan bahwa anak itu mengalami pendarahan. Di tambah lagi dengan sayatan di pergelangan tangannya.
Akh! Kepalaku pusing. Mana istri dolarku itu?Belum juga muncul. Pertanyaan demi pertanyaan mengerubungi kepalaku.
Ponsel di saku jas berdering.
"Ya. Saya terlambat. Anak saya masuk rumah sakit."
...
"Ia ... Dia kecelakaan. Tolong urus meetingnya Jo. Ambil berkas di rumah sakit ARTAMA. Saya tidak bisa meninggalkan Melisa sendiri. Jika istri saya sudah tiba di sini, saya akan usahakan segera ke sana."
Aku menyugar rambutku. Ini adalah meeting yang penting. Jika investor itu gagal mengulurkan bantuan dana untuk perusahaanku, aku pastikan perusahaan keluargaku akan kolaps.
Astaga. Talita. Lama sekali.
Apa dia tidak mengkuatirkan keadaan anaknya?
Waktu semakin beranjak. Sementara aku berkutat dengan ponsel untuk menghubungi Talita, dokter muda tadi keluar dengan dua orang perawat.
"Maaf Pak. Pasien mengalami pendarahan hebat akibat keguguran. Kami butuh persetujuan anda untuk melakukan tindakan operasi pengangkatan rahim. Jika tindakan ini tidak dilakukan dengan segera, kami takut, nyawa pasien dalam bahaya,"
Aku terkesiap. Apa tadi? Pengangkatan rahim?
"Maaf Dok. Tapi anak saya masih gadis. Dia belum menikah!" suaraku tercekat di tenggorokanku.
Dokter dan perawat itu saling pandang. Dia berbalik dan tersenyum dengan ramah.
"Pasien sudah mengalami keguguran berkali-kali Pak. Tindakan ini adalah langkah terakhir yang bisa kami sarankan kepada keluarga pasien. Jika Bapak setuju, tolong tanda tangani berkas ini, dan segera urus admistrasinya. Kami berjanji akan bekerja dengan maksimal untuk kesembuhan pasien."
Duniaku seakan runtuh, mendengar penjelasan dokter ini. Melisa. Anak yang selalu aku banggakan. Ternyata, sudah mengalami keguguran beberapa kali? Dengan siapa dia hamil? Apa yang aku lewatkan dalam keluarga ini?
"Baiklah Dokter. Lakukan saja yang terbaik. Saya akan menandatangani surat persetujuan ini," dengan tangan gemetar, aku menyambut berkas di tangan suster di samping dokter tersebut.
Setelah menandatanganinya, mereka masuk kembali. Lima menit kemudian, brangkar dengan tubuh Melisa yang terbaring lemah, keluar dari ruang UGD, masuk ke ruangan operasi.
Aku menggapai ponsel di saku. Kembali menelpon Talita. Pada dering ke tiga, panggilanku di jawab.
"Apa Mas?" suara Talita terdengar malas, dari seberang sana.
"Ke rumah sakit sekarang Talita. Melisa akan melakukan operasi pengangkatan rahim. Jika dalam tiga puluh menit kau belum tiba di sini, aku pastikan, akan mencabut semua fasilitas untukmu, anakmu dan keluargamu!"
Klik. Kuusap kasar layar ponsel. Mematikan panggilan sepihak. Lihat saja. Aku tidak main-main dengan ancamanku. Jika Talita tidak datang dalam kurun waktu setengah jam, aku akan melakukan apa yang aku katakan padanya tadi.
Apa yang paling ditakuti istri dolarku itu, selain dari berkurangnya jaminan hidup bagi dia dan keluarganya? Dia bahkan akan tiba di sini, lima menit lagi setelah ponsel aku kembalikan ke dalam saku.
"Mas!" suara Talita memanggilku. Dia berlari di lorong ruangan. Celana jeans, kaos oblong, dan sandal. Tanpa make up, tanpa perhiasan.
Aku menarik nafas. Aku yakin mbok Narsih sudah memberitahukannya tentang Melisa, tapi dia masih enggan menyusulku. Giliran diancam akan mengambil fasilitas, dia langsung datang dengan keadaan berantakan.
Bab 1 Keguguran
27/08/2023
Bab 2 Istri Dolar
27/08/2023
Bab 3 Dia Anakku
28/08/2023
Bab 4 Penyesalan
28/08/2023
Bab 5 CEO Itu, Mantan Istriku
28/08/2023
Bab 6 Bantuan Dari Mantan
28/08/2023
Bab 7 Ditolak
28/08/2023
Bab 8 Mulai Memberi Pelajaran
28/08/2023
Bab 9 Pindah Rumah
28/08/2023
Bab 10 POV Anaya
28/08/2023
Bab 11 Bertemu Talita
28/08/2023
Bab 12 Aluna vs Virgo
28/08/2023
Bab 13 Mengidolakan Adik Tiri
28/08/2023
Bab 14 Di Kampung Anaya
28/08/2023
Bab 15 Tidak Bisa Bertemu
28/08/2023
Bab 16 Dirampok
07/09/2023
Bab 17 Pov Talita
07/09/2023
Bab 18 Jumpa Fans
08/09/2023
Bab 19 Ibu Sakit
08/09/2023
Bab 20 Virgo Ditangkap
09/09/2023
Bab 21 POV Arga
09/09/2023
Bab 22 Kecanduan Narkoba
11/09/2023
Bab 23 Tertangkap Basah
17/09/2023
Bab 24 Radit Pergi Untuk Selamanya
17/09/2023
Bab 25 Tamparan Untuk Talita
17/09/2023
Bab 26 Mengenang Masa Lalu
12/10/2023
Bab 27 Hilda
12/10/2023
Bab 28 Salah Sasaran
12/10/2023
Bab 29 Kami Teman Kak Aluna
14/10/2023
Bab 30 Gagal Move On
14/10/2023
Bab 31 Selamat Ulang Tahun Alisya
14/10/2023
Bab 32 Bertemu Mantan Mertua
21/12/2023
Bab 33 Mertua Talita Meninggal Dunia
03/01/2024
Bab 34 Talita Ditipu Marvel
03/01/2024
Bab 35 Kesempatan Telah Tertutup
03/01/2024
Bab 36 Talak
03/01/2024
Bab 37 Alex dan Niken
03/01/2024
Bab 38 Bos Baru Di Rumah Sakit Artama
03/01/2024
Bab 39 Penggemar Rahasia Aluna
05/01/2024
Bab 40 Penghianatan Anak Tiri
08/01/2024