Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Lelaki berkacamata dan bertubuh kurus itu terlihat begitu ketakutan, seperti tengah melihat sesuatu yang sangat mengerikan dan memang begitulah yang terjadi. Usaha untuk memasuki alam astral kali ini berbenturan dengan energi dahsyat yang berasal dari kegelapan yang pekat. Napasnya terlihat tersengal-sengal, keringatnya mengucur deras, dan tubuhnya terlihat bergetar hebat.
Lelaki itu mencoba berkonsentrasi kembali, tetapi gagal lagi. Ada satu kekuatan dahsyat yang menyerangnya kembali, seperti hendak menghalangi dirinya masuk lebih dalam.
Namun, ia pantang untuk menyerah. Sudah banyak dimensi gaib ia masuki dan sudah banyak pula tantangan dan godaan yang serupa ia atasi. Kali ini benar-benar dikerahkannya seluruh kemampuan yang ia punya. Ia melepas bajunya dan mengatur posisi bersila dengan mengatupkan kedua telapak tangan di depan dada.
Seketika mulai memancar sinar kebiruan dari tengah-tengah alisnya, kemudian menyebar merangkumi seluruh tubuhnya. Cahaya halus itu menyebar dan membungkus dirinya seperti benteng pelindung yang melindungi serangan dari luar.
Blarrr!
Sebuah ledakan dahsyat terjadi. Ledakan yang timbul dari benturan energi dua alam yang berbeda. Ia terpelanting dan kemudian membentur meja di belakangnya.
Benteng yang ia bangun gagal dan tertembus energi yang menyerangnya.
Kini, di hidungnya terlihat mengalir darah segar.
"Siapa kau sebenarnya?!" Lelaki itu bertanya setengah berteriak, tetapi tak ada yang menjawab, sebab memang hanya dia sendiri manusia yang berada di situ.
"Aku tak ingin mengusikmu, hanya ingin tahu dunia kalian demi ...." Belum sempat ia meneruskan kata, serangkum energi berbentuk cahaya merah kehitaman menyerang dirinya hingga membuatnya terpelanting ke belakang lagi. Kali ini tubuhnya membentur tembok dengan keras.