Sinopsis Di tengah kampung Serigi, terdapat 2 buah sumber mata air yang begitu deras. Hingga dinamakan mata air kembar, tapi masih menggunakan bambu sederhana yang mengalir dari dalam tanah, entah dari mana datangnya. Sehingga sangat membantu warganya untuk keperluan hidup sehari-hari. Meski kemarau panjang takkan pernah mengering. Tapi di balik itu, tersimpan misteri mistis yang sering meneror siapapun yang sengaja atau tak sengaja melakukan sesuatu yang di larang di tempat sumber mata air kembar itu. Banyak pantangan yang harus dipatuhi jika memasuki wilayah kampung Serigi. Penghuni tempat keramat itu, mata air kembar akan mendatangi rumah kalian yang ia tak menyukai. Selain itu, sederetan kejadian aneh, mistis yang dialami warga setempat atau orang lain yang memasuki wilayah kampung Serigi akan menyimpan banyak cerita... Dan apa saja kejadian mistis itu? Bagaimana dengan suasana mata air kembar itu hingga sekarang?
Part 1. Malam Ada Yang Datang Bertamu
Di pelosok pedalaman desa terpencil, yang masih kurang penduduk itu, terdapat di tengah-tengah kampung ada mata air yang muncul sejak dulu kala, entah kapan, akupun tak mengetahuinya. Terdapat dua buah air yang mengalir deras, masih menggunakan bambu bulat sederhana untuk mengairi air yang deras mengalir begitu saja dari dalam tanah. Panjang bambunya sekitar 2 meteran. Usul punya usul air yang mengalir dari dalam tanah itu, entah dari mana datangnya, karena gak terlalu di atas perbukitan. Tapi terdapat 2 pohon besar yang menjulang tinggi tepat berada di samping kiri mata air kembar itu, jika kita menghadap ke utara.
Saat musim kemarau tiba, rata-rata mata air kecil yang mengairi setiap pemukiman penduduk pasti akan kekeringan. Tapi mata air kembar itu, gak akan pernah berkurang sedikitpun.
Tentu sangatlah membantu warga untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, air buat memasak, mencuci pakaian.
Paling beruntung orang-orang yang tinggal dekat dengan mata air itu. Meskipun rumahku ya, lumayan jauh dari sana, hingga aku bisa aja ke sana sekedar mandi atau mencuci pakaian.Tapi aku gak berani sendirian ke sana karena di sekitar pelataran di kelilingi hutan rimba dan sungai.
"Bang, coba buka pintunya tuh,ada orang yang datang." Pintahku pada suami yang sudah terlelap tidur malam. Sambil melirik jam dinding ternyata sudah pukul 11 malam, tapi kok siapa malam-malam begini bertamu ke rumah ya.
"Gak ada siapa-siapa tuh, dek!" Sahut suamiku saat ke kamar lalu naik ke kasur bersamaku kembali.
"Ya Allah...." Aku tak dapat melanjutkan kata-kataku, karena sudah merinding tubuh ini. Karena jawabannya aku sudah tau, pasti Abang Ali sudah macam-macam di tempat itu, sampai ada teror mendatangi kami saat ini.
"Bang, habis ngapain di sana kemarin sih, Abang tau sendiri kan di sana tuh di larang ngelakuin hal-hal aneh yang dapat mengusik mereka?" Tanyaku, saat kami sedang sarapan di meja makan, namun suamiku hanya menggeleng kepala.
Pagi ini, Abang Ali mau ke sawah menggarap tanah. Hampir 100% kehidupan di desa kami itu petani, pedagang, turun ke sawah, ke kebun coklat atau tanam jagung kuning, beternak sapi, ada juga membuat gula merah dari pohon aren. Rata-rata penghasilan mereka lebih layak untuk bisa menghidupi anggota keluarga mereka. Banyak yang punya rumah bagus, menyekolahkan anak-anak sampai sarjana hanya dari hasil tani mereka.
Penghidupan kami jauh lebih baik dari desa di banding harus ke kota. Mereka harus serba bisa, kerja apa harus ke kota kalau gak ada keahlian.
Malam ini kami mewanti-wanti, apakah ada hal terjadi kembali?
Teror pun Kembali...
"Bang, Abang dengar sendiri kan, di luar pintu ada yang mengetok pintu lagi!" Tanganku pada Abang Ali.
"Iya benar, dek...!"
"Jangan bang, aku takut!" Aku menarik tangan Bang Ali saat ingin beranjak membuka pintu. Sementara aku mengecilkan volume tv, agar kami bisa konsentrasi mendengar ketokan pintu lagi yang lumayan keras.
"Tok...tok...tok.."
"Tok...tok...tok.."
"Tok..tok.."ketukan kedua kali setelah bebetapa saat.
"Assalamu Alaikum..." Salam dari luar sana.
"Waalaikum salam..." Sahut kami berdua, Abang Ali kemudian berdiri bergegas membuka pintu.
Masa iya, hantu bisa mengucapkan salam, batinku. Tapi kan bisa saja mereka berubah menyerupai manusia asli.
"Ali, Lia... kok lama amat bukanya!" Ucapnya, wanita separuh baya itu sambil menggaruk kakinya yang sedang gatal, pasti habis digigit nyamuk karena agak lama berdiri di depan pintu tadi.
"Tante Sinta...?
Bab 1 Misteri Mata Air kembar Yang Tak Pernah Kering
14/10/2024
Bab 2 Part 2. Teror Kembali
14/10/2024
Bab 3 Part 3. Kuburan Sakral
14/10/2024
Bab 4 Part 4. Ngeboncengin Hantu Kakek Tua
14/10/2024
Bab 5 Part 5. Adat Istiadat DiAnggap Syirik
14/10/2024