Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Mobil Mercedes Benz Maybach S-Class warna hitam terhenti di depan gedung bertingkat bertuliskan Micro Technology. Seorang wanita paruh baya turun dan melangkah masuk menuju lobi utama perusahaan IT terbesar ketiga di Indonesia itu.
“Astaga, anak itu benar-benar tidak mengangkat teleponku,” geram Laura, melihat layar ponsel dan terus melangkah. Panggilannya tak dihiraukan oleh Evan.
Kekesalannya semakin bertambah saat menyadari angka di atas lift seolah tak bergerak. Tiga detik yang terasa bagai tiga jam untuk setiap lantai yang dilewatinya.
“Apa dia benar-benar sesibuk itu sampai melewatkan kencan butanya kali ini?!”
Laura melangkah keluar sedetik setelah mendengar denting nyaring bersamaan pintu yang terbuka. Dengan tidak sabaran, dia langsung menuju ruangan di ujung koridor. Wajahnya merah padam, ingin mengomel sekarang juga.
Namun, langkahnya terhenti saat menyadari pintu ruangan anaknya tidak tertutup rapat seperti sebelumnya. Tak hanya itu, Irish—sekretaris pribadi Evan juga tak ada di mejanya, padahal ini masih jam kerja.
“Ke mana dia?” Laura membatin. Entah kenapa mulai merasa cemas. Beberapa kabar miring tentang Irish sudah sampai ke telinganya. Dia takut putra semata wayangnya tersesat dengan sang janda kembang yang mendapat julukan sekretaris meresahkan.
Dan kecurigaannya semakin bertambah saat tak mendapati Evan di mana pun. Ruangannya kosong tak berpenghuni. Hanya layar laptop yang terlihat menyala, dibiarkan stand by begitu saja. Dan matanya membulat tak percaya saat mendengar suara samar dari ruang istirahat.
“Singkirkan tangan Anda, Tuan. Saya bisa melakukannya sendiri.”
Suara Irish yang lembut dan berat berhasil membuat napas Laura tercekat di tenggorokan dan mata membulat seketika. Di usianya yang tak lagi muda, berbagai pikiran buruk merasuk begitu saja ke dalam kepala. Mungkinkah anaknya memiliki hubungan tidak sehat dengan sekretaris pribadinya? Itukah alasan Evan selalu menghindari kencan buta yang telah diatur?
“Sedikit lagi masuk. Diam dan menurutlah.”
“Tapi saya sudah basah, Tuan. Jangan lama-lama. Cepatlah.”
"Diam. Jangan mengganggu konsentrasiku. Aku pasti bisa melakukannya," ucap Evan menggebu-gebu.
Laura hampir tidak bisa berdiri di atas kakinya sendiri saat mendengar teriakan yang keluar dari mulut putra kesayangannya. Ketakutannya sungguh menjadi nyata. Sepasang pria dan wanita di dalam ruangan tertutup, apa lagi yang bisa mereka lakukan selain menyenangkan satu sama lain?
“Jangan bergerak. Tahan sebentar, aku akan keluar.”
Keringat dingin membasahi pelipis Laura bersama detak jantung yang semakin cepat. Menahan gemetar di seluruh tubuhnya, wanita itu mendekat ke arah sumber suara.
Tangan kanannya terulur, meraih handle pintu dan bersiap membukanya. Dia harus menangkap basah wanita yang memanfaatkan posisinya untuk menggoda atasannya. Trauma masa lalu membuat wanita itu jadi mudah curiga. Dia dulu diselingkuhi oleh Papa Evan yang main gila dengan sekretaris pribadinya.
"Mama?!"
Belum sempat Laura menggerakkan tangannya, pintu sudah lebih dulu terbuka. Evan muncul dari sana sambil melepas kancing kemeja. Keningnya berkerut melihat mamanya berdiri dengan wajah pucat dan berkeringat.