Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Jika ditanya apa yang Senja Maharani paling kagumi di dunia ini, pasti gadis berambut pendek itu akan menjawab bahwa ia mengitu mengagumi ciptaan tuhan bernama 'Senja'. Bukan, Ia tidak sedang mengagumi diri sendiri, yang ia maksud adalah waktu-waktu saat matahari terbenam. Hatinya begitu tenang melihat kilauan jingga itu bersinar, bagai tenggelam di lautan Sulawesi.
Sore ini, gadis itu menyaksikan matahari yang berpulang dengan beberapa orang turis yang sepertinya juga sedang menunggu pertunjukan alam tersebut. Pantai yang sangat menakjubkan, begitu damai hingga rasanya sekarang deburan ombak seolah sedang mendongeng padanya.
Dalam hati ia bersorak bahwa tidak sia-sia perjalan satu setengah jam yang ditempuh dari kosannya demi bisa menyaksikan pemandangan indah di depan mata sekarang, bahkan mungkin dia akan sekali lagi mengunjungi tempat ini.
Dengan kamera yang selalu ia bawa, si cantik berkali-kali memotret mahakarya tuhan tersebut, serta tidak henti-hentinya melayangkan pujian terhadap objek di depannya.
Cekrekk!
Cekrekk!
Cekrekk!!
Bunyi kamera yang selalu di tekan terus memenuhi pantai yang damai itu, seolah sang pemilik kamera ingin memotretnya sepanjang hidup. Baru berhenti ketika hari benar-benar gelap, warna senja yang indah perlahan memudar berganti dengan malam.
"Kamu suka memotret?"
Senja sontak menoleh ke arah samping, sejak tadi memang bukan hanya dia yang menikmati pertunjukan alam dengan kamera. Ada juga Laki-laki berperawakan tinggi, dengan kamera klasik di tangannya.
"Seperti kamu, benar 'kan?"
Laki-laki itu tersenyum lalu mengulurkan tangan, "Saya Akasa, sudah jatuh cinta dengan senja sedari saya masih kecil."
Senja tentu menerima uluran tangan itu tanpa ragu. "Saya Senja, Mama saya sangat suka dengan senja hingga nama saya begini."
"Woaah, lucky you karna memiliki nama seindah itu."
"Biasa saja Akasa, namamu juga indah. Dalam bahasa Sansekerta, artinya langit. Kamu tinggi, seperti langit," kata Senja sembari menatap langit.
Akasa ikut menoleh, namun kemudian menunjuk ke arah tempat matahari terbenam tadi. "Langit indah ketika bersama senja, bagai pertunjukan Tuhan yang ingin menyampaikan pada umatnya bahwa ada hal baik di penghujung hari ini."
"Kau benar, Tuhan sengaja menciptakan hal seindah ini, juga sebagai pengingat agar kita tahu bahwa yang indah sifatnya sangat sementara," kata Senja menambahkan ucapan dari Akasa.