/0/13428/coverorgin.jpg?v=f5f1ee039192fbc2be110670d4476ba9&imageMogr2/format/webp)
Episode 1- Maya Bekerja di Kota
Maya Syaqilla.. Gadis kampung yang sangat ramah, humble, suka menolong sesama dan baik hati kini sudah mulai beranjak dewasa. Karena kehidupan di kampung yang serba kekurangan membuatnya nekat ke ibukota untuk mengubah nasib, Maya adalah anak pertama dari 3 bersaudara dan semua adik-adiknya masih sekolah.
Maya tidak mau terus menerus menjadi beban kedua orang tuanya yang bekerja sebagai buruh tani di lahan orang dengan upah yang tidak seberapa, bisa untuk makan saja mereka bersyukur, maka dari itu tekad Maya sudah sangat kuat dan juga bulat untuk mengubah nasib keluarganya agar lebih baik, kalau bukan dirinya maka siapa lagi? Adik-adiknya masih sangat kecil jika harus diterpa betapa kejamnya dunia.
Selesai makan siang, Maya bergegas mencuci piring dan kembali duduk di tanah yang beralaskan tikar kumuh.
"Bu... Pak… Ada yang mau Maya sampaikan," ucap Maya terlihat serius dan kedua orang tuanya kini fokus dengannya.
"Apa yang ingin kamu bicarakan nduk?" tanya Ibunya yang bernama Tinah.
"Iya kamu mau ngomong apa to nduk kok kelihatannya serius sekali, tumben," ucap Tejo juga penasaran.
"Memang ini hal yang serius, Maya memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan sekolah dan Maya ingin bekerja di kota saja, Maya ingin nantinya hidup kita lebih enak," ucap Maya dengan penuh hati-hati.
"APA?? BAPAK GAK SETUJU, KAMU PIKIR HIDUP DI KOTA ITU ENAK? KAMU PIKIR GAMPANG CARI KERJA DI KOTA, HAH?" pekik Tejo menolak.
"Tapi pak.. Maya kasihan sama adik-adik yang setiap hari sering menahan lapar dan tidak bisa seperti anak lainnya, biarkan Maya saja yang merasakan itu semua pak jangan sampai adik-adik Maya merasakannya," ucap Maya memohon.
"BAPAK MASIH MAMPU MEMBIAYAI KALIAN APALAGI UNTUK SEKOLAH, JANGAN SIA-SIAKAN BEASISWA YANG DIBERIKAN OLEH SEKOLAHAN," pekik Tejo tak senang.
"Maya sebenarnya juga ingin sekolah setinggi mungkin, Pak, tapi sayangnya keadaan yang tidak berpihak pada Maya, izinkan Maya bekerja di kota pak," pinta Maya berlinang air mata.
"Kamu mau kerja apa to nduk? Pengalaman juga belum ada nantinya bakal susah untukmu melamar pekerjaan," tanya Tinah sambil berlinang air mata.
"Nanti Maya cari info dulu yang penting Ibu dan Bapak mengizinkan," ucap Maya.
"Orang tua mana yang ikhlas melepas anaknya bekerja jauh di kota orang nduk, berat hati Ibu," ucap Tinah tak rela.
"Maya janji tidak akan mengecewakan kalian," rengek Maya.
"Sekali bapak bilang gak ya gak," bantah Tejo yang langsung bergegas pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Bu... Huhuhu kenapa bapak galak sekali sama Maya, apa salah Maya?" tanya Maya menangis.
"Bapakmu cuma gak mau pisah darimu nduk, kamu anak tertua jadinya bapak mana ikhlas membiarkanmu bekerja di kota, lebih baik pikirkan ulang," ucap Tinah memberitahu.
"Maya sudah memikirkannya matang-matang," ucap Maya sangat yakin.
"Itu mungkin pemikiran sesaatmu saja, coba pikirkan kembali, Ibu mau kembali kerja dulu," ucap Tinah lalu pergi melanjutkan pekerjaannya.
"Pokoknya aku harus bekerja di kota, mulai hari ini aku harus cari info," gumam Maya menyeka air matanya.
Setelah kepergian kedua orang tuanya kini Maya mendatangi rumah kerabatnya untuk menanyakan info pekerjaan di kota, namun sayang temannya tidak ada infromasi apapun lantaran mereka masih tetap melanjutkan pendidikan.
"Maaf banget, May, aku gak bisa bantu soalnya aku mau lanjut sekolah," ucap Eka tak enak hati.
"Gak papa kok memang aku aja yang salah karena menanyakan lowongan pekerjaan sama orang yang belum bekerja, maaf sudah ganggu waktunya," ucap Maya sedikit sedih.
"Apa kamu sudah memikirkan matang-matang untuk bekerja di kota? Kamu gak mau gunain beasiswa yang diberikan sekolahan?" tanya Eka.
"Enggak ah, dapat beasiswa juga nantinya aku masih harus membayar beberapa keperluan dan lain-lainnya, malah yang ada semakin membebani orang tuaku, jadi lebih baik aku bekerja saja," ucap Maya optimis.
/0/16452/coverorgin.jpg?v=160ff56ff55019775ce87beb40539ccf&imageMogr2/format/webp)
/0/12390/coverorgin.jpg?v=20250122183159&imageMogr2/format/webp)
/0/16864/coverorgin.jpg?v=adf95f7a3362026d360844632bb99819&imageMogr2/format/webp)
/0/13545/coverorgin.jpg?v=92a81c562eb3e669253ed2ccef5f987f&imageMogr2/format/webp)
/0/13464/coverorgin.jpg?v=20250123145259&imageMogr2/format/webp)
/0/12544/coverorgin.jpg?v=4952d36cc27d13df824bb23b5af10b98&imageMogr2/format/webp)
/0/3502/coverorgin.jpg?v=329e28e2f3fbcd0a44963e4f911b409c&imageMogr2/format/webp)
/0/16153/coverorgin.jpg?v=20240218183845&imageMogr2/format/webp)
/0/30691/coverorgin.jpg?v=dcfd293ed4ecd50f1a2adda1ce0fa51f&imageMogr2/format/webp)
/0/13557/coverorgin.jpg?v=fc94ee21ff3cb328b0874d2e8f3d6d46&imageMogr2/format/webp)
/0/18874/coverorgin.jpg?v=20240730192754&imageMogr2/format/webp)
/0/15126/coverorgin.jpg?v=20250123120533&imageMogr2/format/webp)
/0/19827/coverorgin.jpg?v=20250207145217&imageMogr2/format/webp)
/0/29128/coverorgin.jpg?v=678a54cfd5d890246a6ff81bb3bc8de9&imageMogr2/format/webp)
/0/15746/coverorgin.jpg?v=dd951388bf1506d99ea44810f630efd4&imageMogr2/format/webp)
/0/9295/coverorgin.jpg?v=a0f7c3bac77f643079e98db620e8b81a&imageMogr2/format/webp)
/0/29173/coverorgin.jpg?v=1dcb4e2f61ac8c9239f0cd7c6807ea17&imageMogr2/format/webp)
/0/17365/coverorgin.jpg?v=20240419163749&imageMogr2/format/webp)
/0/17095/coverorgin.jpg?v=20240419170159&imageMogr2/format/webp)