For 18+ & 21+ Kirana Pratama berusia 25 tahun-driver ojol tersentak kaget saat diberitahu berapa jumlah uang untuk melakukan operasi dan biaya perawatan Malin Pratama ayahnya yang menderita radang otak. Dia mencoba meminjam dari pimpinannya, tetapi yang di dapat dia diberhentikan dari pekerjaannya karena tidak mampu membayar pinjaman terdahulu sekaligus selalu kurang setoran. Sepulang dari tempatnya bekerja, dia dihadang dua mobil berisikan beberapa pria tidak dikenal. Dia pun diculik, lantas dipertemukan dengan Rasta Emilio billionaire muda presiden direktur Emerald Company berstatus duda satu anak. Pria itu mengira dia adalah Chloe Bianco putri tunggal Karan Bianco yang pernah menghinanya di depan para pengunjung di satu club malam. Rasta lantas memperkosanya. Saat itulah pria tersebut tersadar sudah salah sasaran karena tidak menemukan tanda lahir disalah satu pergelangan tangan kanan gadis malang itu, dan juga sang gadis masih perawan. Sang presdir bergegas membawanya ke Austin Hospital karena terjadi pendarahan di liang oasenya sekaligus terluka di beberapa bagian akibat dianiayanya. Masalah tidak sampai di sana, Kirana terpaksa bekerja di rumah bordil sebagai pramusaji karena kepalang meminjam sejumlah uang ke Koh Ahong pemilik tempat tersebut yang adalah tetangganya. Saat itu dia difitnah mencuri arloji milik Hansen salah satu pengunjung yang ternyata teman satu clubnya Rasta. Dia nyaris digilir oleh Hansen dan beberapa pria setelah dicekokan minuman, tapi Rasta cepat menyelamatkannya. Namun kembali kemalangan di dapat, sebab Rasta tergoda mengintiminya, membuat kebenciannya ke pria tersebut semakin besar. Dia bertekad akan membalas dendam ke sang presdir, tapi ternyata dia mengandung benih pria tersebut. Apa yang terjadi selanjutnya?
Kirana driver ojol yang cantik menghentikan motornya di depan rumah, setelah itu dibiarkan dua penumpangnya turun dari motor tersebut. Dia telah mengantar penumpangnya dengan selamat hingga ke tujuan.
Gadis ini menekuni jasa kendaraan online hampir dua tahun, semua demi menopang hidupnya dan Malin sang ayah yang menderita radang otak sejak lima tahun silam akibat mempertahankan toko sembako milik Babah Suk tempat ayahnya bekerja selama ini.
Dia pun memutuskan berhenti kuliah, menjual rumah mereka di Payakumbuh, lantas ke Jakarta untuk membawa sang ayah berobat di rumah sakit khusus menangani masalah syaraf otak.
Uang hasil menjual rumah untuk mengontrak rumah sangat sederhana di gang sempit di kawasan Condet, membangun usaha kecil di rumah dengan berjualan nasi uduk. Hasil dari berjualan dikumpulkan untuk membeli motor second, lantas melamar menjadi driver ojol di Jakjol Company.
Dia melakukan semua ini tiada mengeluh karena menyadari perjuangan sang ayah sangat besar selama ini untuk mereka berdua. Dulu sang ayah adalah Sutradara dan pengusaha sukses. Namun kena tipu rekannya sendiri sehingga seluruh harta habis. Linda sang ibu tidak tahan, lantas kabur dengan membawa saudari kembarnya yang bernama Karina. Sejak itu dia hanya tinggal bersama sang ayah.
"Terima kasih, bu." Terdengar suaranya mengucapkan terima kasih setelah menerima pembayaran dari sang penumpang, dihitung sejenak uang yang diterimanya, lantas segera merogoh tas slempangnya bermaksud hendak mengambil uang kembalian.
"Tidak usah dikembalikan, Mbak Rana." Si penumpang yang adalah ibu paruh baya menghentikan apa yang Kirana lakukan, "Itu ekstra untuk mbak Rana."imbuhnya saat sang gadis memandangnya dengan heran.
"Tapi bu, ekstranya banyak sekali." Kirana memperlihatkan sehelai uang 100 ribu yang diberikan si ibu tersebut.
"Tidak mengapa, mbak." Kekeh sang ibu, "Diterima ya mbak, meski sedikit." Imbuhnya tulus.
Ibu ini salah satu yang berlangganan ojol ke Kirana, sesekali suka melebihkan uang pembayaran karena menyukai kepribadian gadis itu yang sederhana dan pantang menyerah dalam kehidupan yang keras di Jakarta.
Di JakJol Company, bisa meminta driver yang ingin mengantarkan penumpang ke tempat tujuan. Kirana salah satu driver favorit penumpang, karena kepribadian si gadis yang baik tersebut.
Lantas cucu si ibu memberikan satu kantung plastik berisi sekotak makanan ke Kirana.
"Tante Rana." Ditegur si gadis, "Ini untuk kakek Malin dari Ikke ya." Ujarnya.
Si ibu dan cucunya sering mengobrol sama Kirana, sehingga tahu gadis ini tinggal sama sang ayah saja yang butuh berobat rutin ke rumah sakit. Ketulusan si gadis menopang kehidupan si ayah menyentuh, sehingga bukan saja suka melebihkan uang pembayaran, suka memberi makanan atau pakaian.
"Ya Tuhanku," ucap Kirana terharu, "Ikke ama nenek jadi repot terus ini." Ujarnya tidak enak hati.
"Haiyah mbak Rana ngga usah segan." Kekeh si ibu tulus, "Diterima ya mbak, karena tadi Ikke khusus minta saya belikan ayam kremes untuk pak Malin dan mbak." Imbuhnya memberitahu kalau si cucu memang minta dibelikan makanan tersebut untuk Malin dan Kirana.
"Iya bu." Kirana terpaksa menerima, "Terima kasih, bu." Dia mengucapkan terima kasih, "Terima kasih Ikke." Diucap juga terima kasih ke Ikke sambil mengusap sayang kepala bocah berusia 5 tahun ini.
Setelah itu sang gadis pamit karena harus segera ke rumah sakit tempat Malin dirawat saat ini. Dia sedikit memacu lebih cepat laju motornya di jalan raya Ibukota ini. Tidak terasa dia pun sampai di rumah sakit, bergegas memarkir motornya di parkiran basement, lantas segera masuk ke gedung rumah sakit menuju lantai 5 ruang rawat inap ICU.
Malin dirawat di sana sudah tiga hari karena jatuh pingsan di kamar mandi akibat merasa sakit luar biasa di kepalanya.
"Siang, suster Ani." Disapa ramah suster Ani yang mendapat giliran menjaga ICU saat ini.
"Siang mbak Rana." Sahut si suster ramah, "Mbak ditunggu dokter Kansil sedari pagi loh."
Kirana terdiam mendengar ini, karena saat Malin diputuskan dirawat di ICU, dokter Kansil yang selama ini menangani penyakit sang ayah sudah mengatakan si ayah segera melakukan operasi, karena ada yang tidak beres di syaraf akibat jatuh di kamar mandi. Dia belum memutuskan setuju sebab masih belum tahu berapa jumlah biaya operasi.
Suster Ani melihat ini menjadi iba karena tahu sang gadis mengalami kesulitan keuangan, lantas hingga saat ini belum juga mendapatkan kartu berobat gratis dari pemerintah, entah apa alasan dari pengurus rukum warga sampai si gadis tidak direkomendasikan untuk mendapat kartu tersebut.
"Saya temui ayah dulu, sus." Terdengar suara Kirana memutuskan menunda menemui dokter Kansil, "Terima kasih sudah menyampaikan pesan dokter Kansil ke saya." Dia juga mengucapkan terima kasih ke suster Ani, lantas mengambil sehelai seragam pengunjung ICU dari lemari di depan desk suster jaga.
Dikenakan segera, lantas bergegas masuk ke dalam ruang dalam ICU, di dekati Malin yang terbaring lemah di mana terpasang alat elektroda di beberapa bagian kening dan kepala, serta di dada. Di hidung sang ayah terpasang selang nasal untuk membantu pernapasannya.
"Ayah." Dia pasang senyum cerah menyapa ayahandanya yang tersenyum melihat kedatangannya. "Maafin Rana ya, tidak bisa selalu disisi ayah." Ujarnya sambil duduk di kursi pengunjung menghadap sang ayah, tentengannya di taruh ke meja.
"Tidak mengapa, Rana." Sahut si ayah dengan suara pelan, "Ayah malah merasa bersalah ke kamu. Karena kejadian itu, ayah menjadi seperti ini sampai sekarang. Membuatmu terbeban berat."
"Ayah, Rana ikhlas melakukan semua ini, karena selama ini ayah pun ikhlas membesarkan Rana." Si gadis meraih tangan kanan ayahnya ini, digenggam lembut, "Ayah yang penting tetap semangat untuk pulih, jadi Rana bersemangat pula bekerja untuk kita berdua."
Si ayah tersenyum haru mendengar ini,
"Terima kasih, Rana."
Kirana hendak memberi jawaban, tapi terdengar suara deheman seorang pria dari arah belakangnya.
"Ehm!"
Si gadis menghela napas pelan tahu siapa pria tersebut yang adalah dokter Kansil. Dia menduga suster Ani menghubungi dokter tersebut yang ruangannya berada di sebelah ruang ICU ini, memberitahu kedatangannya. Sebenarnya tidak masalah karena hubungan dia dengan sang dokter sangat baik.
Yang menjadi masalah dia mengalami kesulitan keuangan. Hasil kerjanya sebagai driver ojol hanya mencukupi biaya hidup sehari-hari dan obat rutin ayahnya. Bahkan seringkali untuk mencicil pinjaman yang dipinjam untuk berobat sang ayah.
"Rana." Terdengar suara si dokter ganteng menegur Kirana. Dokter ini masih lajang, ada tersentuh hati ke si gadis, tapi menyadari sang gadis tidak menaruh hati ke dia. "Bisa kita bicara sebentar di ruangan saya?"
Kirana pelan kembali menghela napas, lantas bicara ke Malin.
"Ayah, Rana tinggal sebentar ya." Dia berpamitan ke sang ayah.
Ayahandanya menganggukan kepala, sudah tahu mengapa dokter Kansil menemuinya. Pasti mengenai kondisi pria ini yang harus segera melakukan operasi.
+++
Kirana terhenyak saat membaca beberapa dokumen persyaratan untuk ayahnya bisa di operasi. Setelah bicara dengan dokter Kansil, dia segera ke administrasi rumah sakit untuk mengetahui persyaratan pasien melakukan operasi yang sudah tentu tercantum pula rincian biaya operasi dan lainnya.
"Mbak Rana." Terdengar suara Ningrum petugas administrasi yang melayani si gadis.
"Emm," Kirana terglegap, "Mbak, apa bisa semua biaya ini dicicil?" ditanya apakah seluruh biaya tersebut bisa dibayar dengan mengangsur.
"Jika di angsur, maka mbak membayar DP dulu sebesar 5 juta." Sahut Ningrum dengan suara ramah di mana memandang iba sang gadis. "Lantas baru di angsur sebanyak 3x."
"3x, mbak?!" Kirana terperanjat mendengar ini,"Apa mengangsurnya bulanan?"
"Tidak mbak, perminggu saja."
Sang gadis kembali terhenyak mendengar ini. Uang sebesar 5 juta mungkin bisa dia usahakan. Tapi untuk mengangsur 10 juta selama 3 minggu berturut-turut, dari mana dia mengusahakannya?
"Baik mbak, saya paham." Terdengar suara gadis itu disertai helaan napasnya, lantas beranjak pergi meninggalkan loket administrasi.
Sebenarnya dokter Kansil sudah menawarkan akan membiayai seutuhnya operasi tersebut, tapi sayangnya si dokter meminta Kirana berkenan menikah dengannya. Si gadis tidak mau karena punya harga diri tinggi. Dia tidak mau menikah hanya untuk memenuhi persyaratan pemberian bantuan.
Kirana segera mengambil motornya ke parkiran sambil terus memikirkan kemana harus meminjam uang sebesar 35 juta tersebut. Akhirnya dia memutuskan menemui Suman direktur Jakjol Company. Berharap bisa kembali mendapat pinjaman untuk biaya operasi dan berobat Malin.
+++
Di dalam ruangan direktur Jakjol Company, tampak Kirana terlihat nelangsa karena Suman menolak pengajuan pinjamannya.
"Maaf Rana," desau Suman memandang si gadis, "Kali ini saya tidak bisa membantumu karena pinjamanmu yang terdahulu belum kamu kembalikan sebesar 20 juta." Ujarnya mengemukan mengapa menolak pengajuan pinjaman sang gadis.
Kirana pelan menghela napas menyadari kesalahannya yang belum mengembalikan pinjaman tersebut ke Jakjol Company akibat kebutuhan berobat Malin bertambah tinggi.
Suman kemudian mengeluarkan sebuah map berisi dokumen, diletakan ke meja tepat menghadap si gadis,
"Rana." Terdengar lagi suaranya, "Mohon maaf mulai hari ini saya memberhentikan kamu dari Jakjol Company."
Kirana terhenyak kaget mendengar ini, menatap Suman tidak percaya.
"Sebenarnya kerja kamu bagus," masih terdengar suara sang direktur, "Tapi akhir-akhir ini setoran dari kamu berkurang, mungkin karena kamu lebih banyak mengurus ayahmu, sehingga tidak mengambil orderan dari kantor ini."
Si gadis menghela napas pelan menyadari di Jakjol Company memang semua driver diberikan kewajiban harus menyetor sekian rupiah setiap hari dari fee yang diberikan penumpang. Dalam sehari pun driver diwajibkan minimal mengambil order pesanan sebanyak 20 orang.
Dia akibat mengurus Malin yang sebelumnya juga dirawat di ICU karena patah tulang pinggang akibat terjatuh pingsan gegara serangan sakit di kepala menjadi tidak memenuhi aturan tersebut.
Suman menghela napas pelan, lantas mengeluarkan satu amplop berwarna coklat, diberikan ke Kirana,
"Ini sedikit pesangon dari perusahaan untuk kamu." Ujarnya memberitahu apa yang terdapat di dalam amplop tersebut.
Kirana menerima ini dengan wajah pilu karena sumber penghasilannya ditutup dengan diberhentikan dari perusahaan. Bagaimana bisa dia mendapatkan sumber penghasilan dengan cepat? Bagaimana pula dia mengatasi masalah pembiayaan berobat Malin?
Bab 1 Kebuntuan Jalan
19/07/2023
Bab 2 Salah Sasaran
19/07/2023
Bab 3 Penyesalan Yang Terlambat
19/07/2023
Bab 4 Memiliki Harga Diri Tinggi
19/07/2023
Bab 5 Dewa Penolong
19/07/2023
Bab 6 Jebakan
19/07/2023
Bab 7 Tuan Presdir Tergoda
19/07/2023
Bab 8 Bidadari Cilik
19/07/2023
Bab 9 Ini Maminya Mayla
19/07/2023
Bab 10 Ada Yang Cemburu
19/07/2023
Bab 11 Menemplak Sang Dokter
20/07/2023
Bab 12 Kasih Sayang Yang Menyentuh
21/07/2023
Bab 13 Menyenangkan Putri Tuan Presdir
23/07/2023
Bab 14 Bahaya Menghampiri
24/07/2023
Bab 15 Akhir Dari Bahaya
27/07/2023
Bab 16 Dukungan Sang Opa
02/08/2023
Bab 17 Membesuk Calon Mertua
03/08/2023
Bab 18 Obat Penyembuh
04/08/2023
Bab 19 Pertengkaran
06/08/2023
Bab 20 Mami, Papi, dan Mayla
06/08/2023
Bab 21 Keduanya Keras Kepala
08/08/2023
Bab 22 Papi Mengalah
08/08/2023
Bab 23 Salah Mengenali
09/08/2023
Bab 24 Berusaha Menghapus Kesal Nona Kirana
09/08/2023
Bab 25 Nah Loh Mulai Cemburu
10/08/2023
Bab 26 Kekasih Rasa Istri
10/08/2023
Bab 27 Peraturan Ala Suami
11/08/2023
Bab 28 Menyesal Terperangkap Cinta
11/08/2023
Bab 29 Maryam bertemu Sang Anak
12/08/2023
Bab 30 Ish, Papi Minta Dimanja Mami
13/08/2023
Bab 31 Gagal Membohongi Papi
13/08/2023
Bab 32 Ancaman Bastian
14/08/2023
Bab 33 Mayla Kena Tampek
14/08/2023
Bab 34 Edgar Turun Tangan
15/08/2023
Bab 35 Hiburan Untuk Bastian
15/08/2023
Bab 36 Menemani Mami Belanja
16/08/2023
Bab 37 Tuan Presdir Terpapar Campak
16/08/2023
Bab 38 Menohok Chloe Bianco
17/08/2023
Bab 39 Nona Menghilang, Tuan Muda Kelimpungan
18/08/2023
Bab 40 Saling Mengungkapkan Kekesalan
18/08/2023
Buku lain oleh Sonya Carter
Selebihnya