Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Jalan perniagaan nomer 52, dateng dan elu harus langsung masuk ke kantor. Tanya di mana ruangan tuan Edbert, elu udah ditunggu sama dia."
Indira membaca pesan chat yang dikirimkan oleh Melly, sahabatnya. Setelah satu minggu berkeliling di ibu kota untuk mencari pekerjaan, akhirnya dia bisa mendapatkan kabar bahagia.
"Alhamdulillah, ini beneran ada kerjaan buat gue?"
Indira membalas pesan dari sahabat terbaiknya, tidak lama kemudian Indira mendapatkan pesan balasan dari Melly.
"Iya, buruan datang. Harus sampai dalam waktu tiga puluh menit, kalau nggak cepet datang tuh kerjaan langsung angus."
Indira tersenyum senang, walaupun memang ada rasa takut tidak bisa sampai tepat waktu karena dia harus mencegat taksi atau ojek terlebih dahulu.
"Di mana ojeknya? Oh ya ampun, taksi juga ngga ada!" keluh Indira setelah 5 menit berdiri di pinggir jalan.
Tidak lama kemudian, dia melihat sebuah mobil berhenti tidak jauh dari dirinya. Seorang pria tampan keluar dari dalam mobil itu, dia membuang sebuket bunga ke tong sampah, lalu kembali masuk ke dalam mobil itu.
Sebelum pria itu menutup pintu mobilnya, Indira dengan cepat menahannya. Dia tersenyum canggung lalu berkata.
"Ehm! Maaf, Tuan. Saya boleh numpang, ngga?" tanya Indira.
Pria tampan itu nampak mengernyitkan dahinya, dia merasa heran karena bisa-bisanya wanita itu meminta tumpangan kepada dirinya.
Apakah wanita itu tidak tahu jika dirinya adalah pria terkaya di tanah air, pemilik sebuah perusahaan ternama yang menjadi incaran banyak orang agar bisa bekerja di sana.
Bahkan, tanpa bertanya terlebih dahulu pun seharusnya wanita itu tahu jika dirinya adalah keturunan keluarga kaya. Karena dia dan seluruh keluarganya menggunakan plat khusus untuk mobil yang mereka gunakan.
"Ayolah, Tuan. Saya mau interview di perusahaan Law, kalau telat nanti saya hilang pekerjaan. Tidak tahukah anda jika mencari--"
"Masuklah! Jangan bicara apa pun lagi!" ucap pria itu.
"Terima kasih, Tuan!" pekik Indira.
Gadis berhijab itu langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku penumpang, pria tampan itu langsung mendengkus sebal.
''Pindah!" perintah pria itu.
"Eh? Pindah ke mana?" tanya Indira kebingungan.
"Saya bukan sopir, silakan anda pindah ke depan!" seru pria itu dengan kekesalan di dalam hatinya.
Indira merasa tidak enak hati mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu, tetapi sungguh dia tidak menganggap pria itu sebagai sopir. Dia hanya takut jika pria itu tidak mau duduk dekat dirinya.
"Maaf, Tuan. Iya, saya akan pindah." Indira langsung pindah ke depan dan duduk dengan canggung.
Pria tampan itu langsung melajukan mobilnya menuju perusahaan Law, sesekali dia memperhatikan penampilan Indira dengan ekor matanya. Dia juga memperhatikan wajah cantik wanita itu.
'Cantik! Tapi sayang tertutup,' ucapnya dalam hati.
Tidak lama kemudian, mobil yang Indira tumpangi berhenti tepat di perusahaan Law. Dengan cepat dia berterima kasih dan turun dari mobil mewah itu. Dia bahkan berlari dengan cepat agar bisa segera masuk ke dalam ruangan tuan Edbert.
"Wanita aneh,'' ucap pria itu.
Indira yang merasa waktunya hampir habis langsung masuk ke dalam ruangan Edbert, tentunya setelah dia bertanya terlebih dahulu kepada resepsionis yang ada di sana.
"Maaf karena saya telat satu menit," ucap Indira dengan napas terengah-engah saat tiba di dalam ruangan tersebut.