Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Rasanya baru saja mata pemuda itu terpejam. Namun, ponselnya sejak dua menit yang lalu tak juga berhenti bergetar, seakan ingin mengusik lelap pemuda berkulit putih itu.
Andra Pamungkas mengutuki dirinya yang telah terlupa untuk me-nonaktif-kan benda pipih itu sebelum memejamkan mata.
Masih dengan matanya yang setengah tertutup, jemari Andra meraba permukaan nakas di sebelah kanan tempat tidur. Dapat. Smartphone hitam berlambang apel tergigit, sudah dalam genggaman tangannya. Sedikit memicingkan mata, pemuda itu mengintip ke layar ponsel.
Siapakah seseorang yang berani mengusik tidurnya yang baru beberapa menit berjalan.
Ternyata yang menelepon Andra ialah Tante Siska. Wanita cantik dan seksi berkepala empat yang menghadiahi ponsel berlambang apel tergigit itu kepada Andra sebagai kado ulang tahun pada tahun lalu.
Bagaimana bisa Andra mengabaikan panggilan Tante Siska. Wanita itu saja sangat royal dan selalu menuruti semua keinginan seorang Andra.
"Pagi, Tante Siska." Andra menjawab panggilan telepon dengan suara yang serak.
"Kamu baru bangun, Ndra?"
Andra berdeham satu kali untuk menghilangkan gatal pada tenggorokan. "Lebih tepatnya baru mau tidur, Tante." Andra bergerak sedikit. Bangkit. Dia menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur.
"Duh, maafin Tante, ya ... habis, Tante udah gak sabaran mau ngasih tau sesuatu ke kamu. Suami Tante bakal pergi keluar kota selama dua minggu," ujar Tante Siska terdengar riang dan semringah dari panggilan telepon.
"Waw, asyik, dong, Tante." Nada bicara, Andra buat seantusias mungkin. Biar wanita seksi itu senang dan bakal memberinya hadiah yang lebih banyak lagi.
"Makanya ... nanti kamu ikut Tante jalan-jalan ke villa di Puncak, ya. Temen-temen Tante juga bawa brondong mereka masing-masing." Nada suara Tante Siska manja menggoda. "Masak Tante harus pergi sendirian, sih?"
Andra tersenyum mendengar nada manja pada suara Tante Siska. "Tante atur aja ... apa, sih, yang gak buat Tante."
"Kamu memang the best, Andra." Tante Siska terdengar senang sekali.
Suara gemericik air ikut masuk ke dalam sambungan telepon mereka.
"Tante lagi apa, sih?"
"Mandi. Kamu mau lihat?"
Tanpa sadar jakun Andra bergerak naik-turun. Meski Tante Siska tak lagi muda, dia sangat pintar merawat kulit, badan, dan aset yang wanita itu miliki. Dengan tinggi badan imut 155 cm, tetapi dadanya amat kenyal membusung. Berukuran 38 B.
Body gitar Spanyol dibalut kulit putih terawat yang sering tersentuh lulur dan mandi susu, serta jarang berpanas-panasan di bawah terik sinar matahari secara langsung.
Belum sempat Andra menjawab, panggilan telepon dialihkan menjadi panggilan video. Tante Siska baru saja meminta untuk Andra mengubahnya. Lekas Andra geser layar ponsel ke atas.
Pemandangan syur seketika terpampang di depan mata Andra. Tante Siska polos seperti bayi yang baru terlahir ke dunia, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh sintalnya. Mata Andra ketar-ketir melihatnya.
Tante Siska sengaja meremas sepasang gunung kembar sembari menghadap ke kamera, dengan lidah menjulur menggoda.
"Kamu gak kangen apa, Ndra, sama mereka berdua ini? Hmm?"
Tante Siska memilin puting yang terlihat mengeras. Bibirnya terbuka, mendesah. Dia begitu menikmati setiap sentuhan-sentuhan jemarinya sendiri.
Darah di dada Andra berdesir. Seperti ada sesuatu yang menjalar di dalam tubuhnya. Mengeliat, membuat kejantanan pemuda itu terbangun dari tidurnya.
Benar saja. Milik pribadi Andra menegang. Mengeras seperti ingin keluar dari himpitan celana jeans ketat yang pemuda itu kenakan.
"Tante jahat, ih. Lihat ini!" Andra mengarahkan kamera ponsel ke barang pribadinya sendiri yang menjadi perkasa. Dua detik yang lalu pemuda itu sudah membebaskannya dari cekikan resleting. Rudal kejantanan Andra telah mengacung, memamerkan urat-uratnya yang menyembul.
"Tante bantu, ya. Biar abis ini kamu bisa tidur nyenyak."
Andra mengangguk. Tangannya mulai memilin kepala rudalnya itu. Tatapan Andra tak lepas dari Tante Siska yang semakin menggoda di balik layar ponsel dalam genggamannya.
Lidah Tante Siska terjulur, menjilati bibirnya yang padat berisi. Bulu kuduk Andra seketika meremang. Sentuhan lidah itu masih membekas dan tertinggal dalam memori Andra. Meliuk, basah, dan hangatnya Tante Siska.
Andra semakin mempercepat gerak tangan. "Tante, aku keluarin sekarang, ya, di mulut Tante?"
"Tentu, Ndra. Ayo ... hmmpf. Ah ...." Dua detik kemudian tubuh Andra menegang. Cairan hangat mengalir di sela-sela jemarinya. Dia meraih tisue lalu membersihkan cairan putih kental di seputaran rudalnya.