/0/19910/coverorgin.jpg?v=0b94ad33c6c25cace4d10e28932213a4&imageMogr2/format/webp)
Abian Bimantara. Anak kamu, Adrian Bimantara.
Oke. Ini mengejutkan.
“Hah?!” Seluruh anggota keluarga Bimantara serentak melongo setelah membaca sebaris kalimat yang tertulis di kertas yang mereka temukan dalam box dimana baru saja mereka menemukan sesosok bayi laki-laki gembul berkulit putih yang menjadi ciri khas keluarga Bimantara–rata-rata memang mempunyai kulit yang putih bersih. Entah laki-laki atau perempuan.
Tuan serta nyonya dan si sulung di kediaman Bimantara langsung mengalihkan pandangan pada si putra bungsu yang juga berada di tempat kejadian perkara dengan tatapan heran sekaligus menyelidik.
Adrian Bimantara dikenal sebagai anak pendiam. Meski begitu, dari kecil hingga dewasa dia tak pernah melakukan hal-hal yang dapat menggunjing keluarga. Anak yang patuh, berbakti, selalu mengedepankan pendidikan hingga dia berhasil menduduki kursi menejer di perusahaan milik keluarga Bimantara. Dia tak punya waktu–atau tak terlalu suka–terlibat dengan seseorang untuk urusan perasaan.
Bisa dikatakan si bungsu fokus pada karir daripada menjalin hubungan dengan seseorang. Walau banyak wanita yang menaruh hati dan berusaha merebut perhatiannya, Adrian tetap tak acuh. Dan lelaki yang sempat dikira aseksual–oleh keluarganya–tiba-tiba memiliki anak?
Hah? Kapan buatnya?!
“Nggak!” pungkas si bungsu merengut. Tidak terima. “Mungkin aja itu bayinya kakak!”
“Enak aja!” Adnan pun tak terima, “Jelas-jelas nama kamu yang ada di sini. Sekarang jelasin sama kami. Kamu hamilin siapa?”
Arah tatapan pasangan Bimantara senior masih terarah pada si bungsu. Ditambah pertanyaan menohok Adnan tadi. Ketiganya berpikir bila Adrian tidak mau bertanggung jawab maka bayi gelap ini dikirim kemari. Untuk membuktikan bila si bungsu Bimantara bersalah.
Hmph.
Tidak ada penjelasan lebih masuk akal dari itu. Mereka bertiga menghela bersamaan. Astaga!
“Aku nggak pernah berhubungan nggak jelas kayak gitu sama siapa pun! Nggak mungkin bayi itu anak aku!” Adrian lagi-lagi membantah. Ya, dia merasa tidak terlibat hubungan asmara atau melakukan pergaulan bebas. Tidak terima dituduh begini. Siapa pula yang membuang si bayi ke kediaman Bimantara dan menumbalkan namanya?
Ketiga anggota Bimantara yang lebih tua dari si bungsu menatap ke arah box berisi bayi gembul yang sedang bermain-main dengan mainan karet yang ada di genggamannya. Nggak jelas, tapi menghasilkan bayi, batin ketiganya sedikit prihatin dengan keadaan si gembul yang tak diakui oleh ayahnya.
“Coba Tes DNA! Hasilnya pasti nggak cocok!” Adrian membangun benteng pertahanan.
Agam Bimantara–sang Kepala keluarga–kembali menghela, “Tenanglah. Kita semua terkejut. Apalagi nama kamu tertulis di kertas itu. Kalau tes DNA bisa ngasih jawaban, kita bakal lakuin.”
“Kalau hasilnya cocok, gimana?” tanya Adnan menghiraukan raut kekesalan di wajah adiknya. Dia hanya ingin mereka menetapkan tindakan jika hasil tes keluar.
Adrian mendengus, “Hasilnya nggak bakal cocok!”
“Udah, udah. Kalau hasilnya cocok tentu kita rawat. Dia adalah keturunan Bimantara. Baru cari ibu kandungnya,” Agam langsung mengacungkan telunjuk ketika si bungsu ingin menyela, “Kalau hasilnya nggak cocok, kita tetap rawat sampai nemuin siapa yang bawa kemari dan balikin bayi itu.”
Adil dan bijak. Semua setuju. Meski Adrian tetap merengut. Untuk sementara sebelum dilakukan tes DNA, bayi bernama Abian itu tetap akan mereka jaga. Rosa langsung mengambil si bayi dari dalam box dan menggendongnya. Menatap dari dekat wajah lucu Abian yang banyak terlihat menuruni gen Bimantara–atau lebih tepatnya Adrian. Ahem.
/0/8502/coverorgin.jpg?v=7273f836dd3d8fa97a33bc1c3b10be7b&imageMogr2/format/webp)
/0/15551/coverorgin.jpg?v=dd954951f08c2968f5b3106644d15b2f&imageMogr2/format/webp)
/0/3061/coverorgin.jpg?v=dc5b9dd0e46a7e68ec1e9a37e19a6b18&imageMogr2/format/webp)
/0/14017/coverorgin.jpg?v=57e051154f489edeb67427c9b6e12968&imageMogr2/format/webp)
/0/6707/coverorgin.jpg?v=51488038aaafd71b32bcc6bbb7b39e71&imageMogr2/format/webp)
/0/14879/coverorgin.jpg?v=ce612bae66998796ab363e2e17406014&imageMogr2/format/webp)
/0/19539/coverorgin.jpg?v=8129e08c5be673a953fc32d0071ef17d&imageMogr2/format/webp)
/0/14181/coverorgin.jpg?v=3bbe7c7150d37d99a6072d3d27f6e6d9&imageMogr2/format/webp)
/0/5264/coverorgin.jpg?v=ded38beacf5dcacf3677a2c3dc63e6a8&imageMogr2/format/webp)
/0/3138/coverorgin.jpg?v=1a4b687a9eba8dbc8bcae1a6d8d3aa0e&imageMogr2/format/webp)
/0/22169/coverorgin.jpg?v=203653b35ca3e02173de51098c3f79bc&imageMogr2/format/webp)
/0/23719/coverorgin.jpg?v=b0f31d54efa502ed420aea6fbd79536b&imageMogr2/format/webp)
/0/22563/coverorgin.jpg?v=c9c59fe75d098b70ecab95c669a925f5&imageMogr2/format/webp)
/0/26901/coverorgin.jpg?v=887e1cf59c6745cabd6ca2d44d2c1d93&imageMogr2/format/webp)
/0/16631/coverorgin.jpg?v=4118de32494a844bd89b800d666018cc&imageMogr2/format/webp)
/0/17268/coverorgin.jpg?v=688568008184e8f8f47c63e7e986b469&imageMogr2/format/webp)
/0/19192/coverorgin.jpg?v=e54dad19d00d05cf0bd66fdbc58f5c5e&imageMogr2/format/webp)
/0/5489/coverorgin.jpg?v=eba8f6a47395b98812effb7679eb4c78&imageMogr2/format/webp)