Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
"Jadi kau kalah judi lagi?" tanya Sandra dengan mata berkaca-kaca.
Dion Moris, ayah Sandra tak menjawab, dia hanya tertunduk menyadari jika dia memang pria bodoh yang tak juga sadar jika sikapnya ini benar-benar membuat putrinya susah.
"Papa, jawab aku? Jadi aku harus kembali ke kamar Owen dan melayani pria jahat itu lagi?"
Hmm!
Dion mengangkat wajahnya sedikit lalu meraih dagu Sandra yang hanya bisa menahan rasa kecewanya pada sang ayah.
"Harusnya kau berhenti, Papa. Tak boleh kembali ke meja judi. Tempat itu jahat!"
"Iya! Iya! Aku janji ini yang terakhir. Ini tak akan terulang lagi!"
"Yakin?" Mata Sandra menetaskan lagi air mata, sungguh ini janji yang sekian kali yang membuatnya sangat membenci pria tua di depannya.
Baru sehari lalu dia terpaksa harus dijemput mobil Owen Grey, anak pemilik kasino yang tak rela Dion pulang dengan keadaan kalah tanpa bisa membayar dan kali ini dia harus kembali membayar kekalahan ayahnya di meja judi dengan tubuhnya.
"Aku tak sanggup, Papa!" kenang Sandra pada kejadian yang kedua kalinya ini.
"Aku mohon!" Seperti biasa Dion berlutu di depan putrinya, dia menarik-narik rok hitam Sandra seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan permen.
"Tapi aku malu harus tak berbusana di depan pria itu?"
"Tapi itu lebih baik dari pada papamu mati ditembak timah panas kan?"
"Apa?" Sandra meraih ujung kerah baju Dion lalu menatap tajam mata pria tua tukang judi itu. "Kau bilang lebih baik aku telanjang dari pada kau mati?"
Dion tak berani menatap mata Sandra, dia tau ini tak pantas dia lakukan tapi bagiaman lagi, saat berada di ruangan penuh uang itu dia lupa segalanya.
Setan seakan menggelitikinya terus hingga menaikkan taruhan dan akhirnya kembali menelan kekalahan. Mata Sandra berkaca-kaca melihat mata Dion menolak melihatnya lebih dalam.
Tin!
Mobil Owen tiba di halaman rumah reot Keluarga Moris dan itu artinya Sandra harus pergi melayani pria hidung belang itu lagi.
"Pergilah! Kau tak mau aku mati, kan?" desis Dion dengan mata yang melirik keluar rumah dengan ketakutan.
"Dengar! Ini yang terakhir. Kalau sampai kau kembali melakukan kebodohan yang sama, aku yang akan menembak kepalamu dengan timah panas," Sandra melangkah lesu membuka pintu dan melihat wajah Owen Grey, pria hiper yang tersenyum miring ke arahnya.
"Hai, Sandra! Kau siap!" tegas pemilik mobil mewah berwarna merah itu sembari membukakan pintu untuk Sandra.
"Hai,"
"Ayo, aku sudah tak sabar!" desisnya kemudian menutup pintu saat Sandra yang pasrah duduk di kursi kemudi.
Dion yang melihat kejadian ini hanya terkekeh senang di dalam rumah. Yang dia tau saat ini ketakutannya akan ancaman Owen Grey si putra pemilik kasino sudah hilang meski artinya dia harus menggadaikan kekalahannya di meja judi dengan putrinya.
Sandra yang duduk di samping kursi kemudian hanya bisa duduk dengan ketakutan, matanya sesekali melirik ke arah Owen yang menggunakan parfum beraroma tajam dan cincin di seluruh jarinya.
Jangan salah, semua cincin ini menghiasi jarinya bukan tanpa alasan, kalau dia marah benda keras itu bisa saja melayang ke pipi mangsanya dan tentu Sandra tak mau itu terjadi.
Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya sebuah gerbang besi besar terbuka di depan mobil dan tanpa menunggu Owen segera memarkirkan mobil di sudut halaman luas itu.
Dua orang pelayan wanita mendekati mobil lalu membukakan pintu untuk Sandra dan Owen.
Mereka menatap Sandra dengan sinis, maklum mereka tau betul kalau Owen membawa wanita berarti wanita ini akan segera jadi santapan murah untuk putra pemilik kerajaan judi di Kota London ini.