Demi hutang judi sang ayah, Sandra Moris terpaksa tidur dengan putra pemilik kasino Owen Grey. Tentu ini hal yang berat baginya pasalnya dia tak pernah melakukan ini sebelumnya bahkan dengan pacarnya. Awalnya Dion Moris berjanji ini hanya sekali tapi sialnya Dion melakukannya berkali-kali hingga rasa cinta mulai dirasakan Sandra dari hubungan ini. Mengira Owen menganggapnya sebagai wanita pujaan hati nyatanya pria hidung belang itu mengganggap ini hanya hiburan gratisnya saja. Tentu Sandra kecewa hingga akhirnya mencoba menggoda Owen dengan sepenuh hati berharap pria tampan ini juga punya rasa yang sama denganya. Mampukan Sandra mendapatkan cinta sejati dari pria yang jelas-jelas hidung belang itu?
"Jadi kau kalah judi lagi?" tanya Sandra dengan mata berkaca-kaca.
Dion Moris, ayah Sandra tak menjawab, dia hanya tertunduk menyadari jika dia memang pria bodoh yang tak juga sadar jika sikapnya ini benar-benar membuat putrinya susah.
"Papa, jawab aku? Jadi aku harus kembali ke kamar Owen dan melayani pria jahat itu lagi?"
Hmm!
Dion mengangkat wajahnya sedikit lalu meraih dagu Sandra yang hanya bisa menahan rasa kecewanya pada sang ayah.
"Harusnya kau berhenti, Papa. Tak boleh kembali ke meja judi. Tempat itu jahat!"
"Iya! Iya! Aku janji ini yang terakhir. Ini tak akan terulang lagi!"
"Yakin?" Mata Sandra menetaskan lagi air mata, sungguh ini janji yang sekian kali yang membuatnya sangat membenci pria tua di depannya.
Baru sehari lalu dia terpaksa harus dijemput mobil Owen Grey, anak pemilik kasino yang tak rela Dion pulang dengan keadaan kalah tanpa bisa membayar dan kali ini dia harus kembali membayar kekalahan ayahnya di meja judi dengan tubuhnya.
"Aku tak sanggup, Papa!" kenang Sandra pada kejadian yang kedua kalinya ini.
"Aku mohon!" Seperti biasa Dion berlutu di depan putrinya, dia menarik-narik rok hitam Sandra seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan permen.
"Tapi aku malu harus tak berbusana di depan pria itu?"
"Tapi itu lebih baik dari pada papamu mati ditembak timah panas kan?"
"Apa?" Sandra meraih ujung kerah baju Dion lalu menatap tajam mata pria tua tukang judi itu. "Kau bilang lebih baik aku telanjang dari pada kau mati?"
Dion tak berani menatap mata Sandra, dia tau ini tak pantas dia lakukan tapi bagiaman lagi, saat berada di ruangan penuh uang itu dia lupa segalanya.
Setan seakan menggelitikinya terus hingga menaikkan taruhan dan akhirnya kembali menelan kekalahan. Mata Sandra berkaca-kaca melihat mata Dion menolak melihatnya lebih dalam.
Tin!
Mobil Owen tiba di halaman rumah reot Keluarga Moris dan itu artinya Sandra harus pergi melayani pria hidung belang itu lagi.
"Pergilah! Kau tak mau aku mati, kan?" desis Dion dengan mata yang melirik keluar rumah dengan ketakutan.
"Dengar! Ini yang terakhir. Kalau sampai kau kembali melakukan kebodohan yang sama, aku yang akan menembak kepalamu dengan timah panas," Sandra melangkah lesu membuka pintu dan melihat wajah Owen Grey, pria hiper yang tersenyum miring ke arahnya.
"Hai, Sandra! Kau siap!" tegas pemilik mobil mewah berwarna merah itu sembari membukakan pintu untuk Sandra.
"Hai,"
"Ayo, aku sudah tak sabar!" desisnya kemudian menutup pintu saat Sandra yang pasrah duduk di kursi kemudi.
Dion yang melihat kejadian ini hanya terkekeh senang di dalam rumah. Yang dia tau saat ini ketakutannya akan ancaman Owen Grey si putra pemilik kasino sudah hilang meski artinya dia harus menggadaikan kekalahannya di meja judi dengan putrinya.
Sandra yang duduk di samping kursi kemudian hanya bisa duduk dengan ketakutan, matanya sesekali melirik ke arah Owen yang menggunakan parfum beraroma tajam dan cincin di seluruh jarinya.
Jangan salah, semua cincin ini menghiasi jarinya bukan tanpa alasan, kalau dia marah benda keras itu bisa saja melayang ke pipi mangsanya dan tentu Sandra tak mau itu terjadi.
Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya sebuah gerbang besi besar terbuka di depan mobil dan tanpa menunggu Owen segera memarkirkan mobil di sudut halaman luas itu.
Dua orang pelayan wanita mendekati mobil lalu membukakan pintu untuk Sandra dan Owen.
Mereka menatap Sandra dengan sinis, maklum mereka tau betul kalau Owen membawa wanita berarti wanita ini akan segera jadi santapan murah untuk putra pemilik kerajaan judi di Kota London ini.
"Ikut aku!" teriak Owen sambil menarik tangan Sandra yan tak siap.
Aduh!
Tarikan itu terlalu kuat hingga Sandra hampir terjatuh karenannya.
Mereka lalu melangkah memasuki rumah dan Sandra sungguh tak berdaya. Wanita ini terlalu penurut padahal dia masih punya kesempatan untuk lari dari hadapan Owen yang sudah sange sejak tadi.
"Bawa dia ke kamarku, mandikan dia dan yakinkan tak ada aroma tak sedap sejengkalpun dari tubuhnya!" perintah Owen saat mereka tiba di anak tangga pertama di rumah mewah itu.
Sekali lagi Sandra menurut saja, tentu dia tak punya keberanian untuk melawan pria bertubuh tinggi ini terlebih ancaman Owen tak pernah ada yang melesat.
Sandra lalu masuk ke kamar Owen, bergegas mandi dan setelah semua seperti pesanan Owen, dua pelayan wanita tadi hanya membiarkan Sandra duduk di pinggir tempat tidur dengan handuk putih melilit di dadanya.
"Bagus!" puji Owen yang baru saja masuk ke dalam kamarnya. "Tinggalkan kami berdua,"
Sandra semakin dalam tertunduk dan kali ini dia mulai menangis ketakutan.
"OH! Jangan menangis, Nona!" Owen meraih dagu Sandra lalu memiringkan dagunya seraya meraih selembar kain yang selalu dia siapkan untuk menutup mata korbannya.
Sandra tau itu, dia membiarkan saja Owen menutup matanya lalu...
Bruk!
Tanpa segan Owen membaringkan tubuh wanita malang itu di atas ranjang sambil terkekeh. "Ayo kita mulai,"
Sandra tak bisa menolak dan Owen yang tak mau kesenangannya ini terganggu kemudian mulai mengikat tangan dan kaki Snadra ke pinggir tempat tidur.
Kuat dia mengikatnya hingga wanita pembayar hutang judi ayahnya itu merintih kesakitan tapi pria hidung belang itu tak peduli.
Blas!
Tangan Owen menarik handuk di dada Sandra kemudian memandangi jengkal demi jengkal kulit lembutnya sambil menurunkan celanannya.
"Aku mulai dari sini!" Owen mendekati bagian perut Sandra dan mulai mengecupnya, awalnya pelan tapi lama-lama lidahnya mampir juga ke bagian sensitif wanita 21 tahun itu.
"Mmmm!" Owen dengan penuh gairah memutar-mutar lidahnya di sela paha Sandra yang hanya bisa merintih antara geli dan perih.
Ahh!
Tak puas dengan lidah, Owen kemudian memasukkan ujung telunjuknya kemudian mulai memutar-mutarnya.
"Ahh!" Sandra melirintih tapi dia tak berdaya. Ikatan tangan dan kakinya terlalu kuat hingga dia hanya bisa merintih dan menahan jemari yang mulai berputar-putar di lubangnya. "Mmm!"
"Ayo, kita tambah!" desah Owen lalu memasukkan jarinya tak cuma dua tapi kini justru tiga. Tentu ini penyiksaan yang luar biasa untuk Sandra yang baru dua kali ini bermain di atas kasur.
"Ah! Sakit, Tuan!" Entah keberanian apa yang merasuki tubuh Sandra hingga dia bisa mengeluarkan kata-kata itu tapi bukannya menghentikan gerakan jemarinya yang makin dalam memasuki lubang Sandra, Owen justru terkekeh seakan kata-kata itu adalah perintah baginya untuk menambah rasa sakit di lubang putri Dion yang masih sempit ini.
"Aku akan tambah dengan yang lebih besar!" ucap Owen lalu mencari posisi untuk menerjang Sandra dengan pedangnya yang panjang dan berurat.
Ahhh!
Owenn!
Bab 1 Pertemuan Kedua
20/01/2024
Buku lain oleh Sisi Ryri
Selebihnya