Bagaimana jadinya jika seorang gadis harus menjadi alat tukar dari hutang sang ayah? Begitulah yang terjadi kepada Elena, gadis 23 tahun yang selama ini bekerja sebagai pelayan di sebuah klub malam. Setelah ibunya meninggal dunia, ayahnya lebih suka mabuk-mabukan dan bermain judi. Sehingga suatu hari hutangnya menumpuk hingga 500 juta di seorang rentenir. Darel, seorang rentenir berusia 3 tahun lebih tua dari usia ayah Elena, memiliki badan gemuk dan perut buncit. Tepatnya usianya saat ini adalah 45 tahun. Saat ini dia sedang meminta Hendrik, ayah Elena untuk membayar seluruh hutang-hutangnya. Akan tetapi Hendrik tidak memiliki uang sepeser pun, dan sebagai janjinya Elena lah yang akan menjadi gantinya. Apakah Elena akan menerima permintaan saya untuk menjadi alat tukar dari hutang sang ayah? Bagaimana hidup Elena selanjutnya? Akankah Elena akan menjadi budak Darel, renternir berperut buncit itu? Baca selengkapnya di Novel Demi Ranjang Panas.
Dua orang pria bertubuh kekar dengan pakaian serba hitam nampak terengah-engah setelah menghabiskan waktu setengah jam bermain kucing-kucingan dengan seorang gadis yang diperintahkan oleh atasan mereka untuk mereka tangkap. Sayangnya, gadis yang mereka incar tampaknya sangat pintar melarikan diri hingga sulit bagi mereka untuk menyeretnya. Salah satu dari mereka kemudian mengambil ponsel, berusaha menghubungi sang atasan agar mereka diberi waktu lebih banyak untuk bisa membawa gadis malang yang dijadikan tebusan hutang oleh ayah kandungnya sendiri itu.
"Halo Bos. Gadis itu kabur Bos, kami kehilangan jejaknya," ujar pria itu dengan nafas terengah karena kelelahan. Malang baginya saat tak ada rasa kasihan yang ia dapatkan dari seberang sana. Ia memejamkan mata dan menjauhkan ponselnya saat seseorang yang ia sebut sebagai Bos malah membalasnya dengan nada tinggi.
"Aku tidak mau tahu, bawa dia ke hadapanku malam ini atau semua hutang Hendrik akan aku potong dari gaji kalian!"
Panggilan itu langsung terputus begitu saja. Tak ingin mendapat masalah lebih lanjut, mereka akhirnya kembali berlari mencari gadis yang melarikan diri dari mereka sejak tadi.
Elena menghela nafas lega setelah orang-orang yang mengincarnya terlihat menghilang dari hadapannya. Akh, sial sekali nasibnya belakangan ini. Padahal baru saja ia bisa hidup tenang setelah pisah rumah dengan Hendrik , ayah tak warasnya yang suka meminjam uang pada rentenir hanya untuk judi dan mabuk-mabukan, setelah mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan di salah satu club malam. Tapi bukannya hidup tenang, sekarang ia malah ikut dikejar oleh dua orang yang mengaku sebagai suruhan rentenir gila itu. Elena sudah berniat baik dengan menyicil uang yang dipinjam sang ayah. Namun betapa kagetnya ia saat ternyata jumlah hutang beserta bunganya lebih dari yang ia bayangkan. Elena semakin dibuat kaget saat mereka dengan gamblangnya mengatakan bahwa ia telah dijadikan ayahnya sebagai bayaran atas hutang-hutangnya dan harus mau menikah dengan bos mereka jika hingga tenggat waktu yang ditentukan gadis itu belum juga bisa melunaskan hutang ayahnya. Tentu saja Elena langsung kabur mendengar hal itu, mana mau ia menikah dengan pria jelek tua bangka. Apa lagi bersanding dengannya yang cantik dan bertubuh bagus ini di atas pelaminan. Aih, Elena bisa gila kalau hal itu benar-benar terjadi.
Sekali lagi Elena mengintip dari balik semak tempat ia bersembunyi dari kejaran dua orang bertubuh kekar tadi. Setelah memastikan bahwa mereka benar-benar pergi, Elena akhirnya keluar dari persembunyiannya dan melangkah cepat entah kemana. Ia tidak bisa pulang lagi ke rumah lamanya atau keberadaannya akan langsung ditemukan lalu ia akan diseret dan dinikahkan paksa dengan rentenir tua itu. Tidak, ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi, ia harus mencari tempat lain untuk ditinggali sementara waktu.
Sepanjang jalan Elena habiskan untuk memaki nasibnya yang buruk. Jangan tanya penampilannya, matanya bahkan berubah hitam karena make up-nya pun luntur, rambut panjang bergelombang yang mulanya ia cepol rapi kini terurai berantakan, dress ketat atas lutut yang ia kenakan juga tampak kusut. Tak sampai di situ saja, kesialan sepertinya enggan meninggalkan gadis itu, terbukti dari teriakan keras yang keluar dari bibir mungil merah meronanya saat tumit high heelsnya patah.
Dengan rasa jengkel yang teramat sangat, gadis berusia 23 tahun itu akhirnya mengangkat high heelsnya dan melemparkannya sembarangan. Ia berniat melangkahkan kakinya kembali, namun tiba-tiba seseorang menghentikan langkahnya.
"Mampus aku," umpat Elena dalam hati. Ia menelan ludah gugup saat di depannya berdiri sesosok pria bertubuh kekar. Pria yang sama dengan yang mengejarnya mati-matian tadi, pria yang sama yang mengatakan akan menjadikannya sebagai istri dari atasannya, dan pria itu ... kini berdiri di depannya dengan seringai lebar di wajahnya yang memiliki bekas luka.
"Ada kucing besar!" teriak Elena berusaha mengalihkan perhatian. Ia tertawa canggung saat pria di hadapannya tidak tertipu sama sekali. Tepat saat gadis itu berbalik berniat kabur, tubuh mungilnya menabrak satu orang lagi yang tubuhnya sama kekarnya dengan yang tadi. Akhirnya gadis itu hanya bisa berteriak minta dilepaskan saat tubuhnya dipanggul bak sekarung beras.
Elena mengerjap pelan, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina ambernya. Ia bangkit dari baringnya, seketika tersentak saat di hadapannya tersaji adegan klise yang sering ia tonton di dalam drama. Ayahnya yang sedang berlutut di hadapan seorang pria jelek, buncit, dekil, dan berumur.
Elena menghela nafas saat lagi-lagi ia harus ikut memikul beban Hendrik , ayahnya. Sial sekali hidupnya terlahir sebagai anak dari pria bajingan itu. Selain menitipkan benih pada mendiang ibunya hingga akhirnya membentuk dirinya, Elena tidak tahu lagi apa fungsi dari ayahnya yang sejatinya tak mau ia akui sebagai ayah itu.
"Oh kau sudah sadar?" tanya pria buncit yang Elena yakini sebagai rentenir yang meminjamkan uang pada ayahnya.
"Belum," jawab Elena kesal. Bukan salahnya juga kan? Sudah tahu mata gadis itu terbuka lebar sekarang, untuk apa lagi bertanya dia sudah sadar atau belum?
"Hei bocah! Kau sudah dijadikan ayahmu sebagai jaminan atas hutang-hutangnya. Semua itu sudah tertera di atas materai, aku bisa memasukkannya ke penjara kalau kau tidak bersedia melunasi hutangnya."
Elena berdecak kesal. Semakin kesal saat Hendrik menatapnya memelas, seolah berharap putri satu-satunya itu akan mengasihaninya.
"Aku bersedia, tapi aku butuh waktu untuk itu. 500 juta itu bukan uang yang sedikit paman!"
Alis pria buncit itu berkedut saat panggilan aneh itu diberikan padanya.
"Namaku Darel jangan panggil paman. Aku tidak setua itu. Umurku baru 45 tahun," sahut pria buncit itu memperkenalkan diri. Elena menatap jijik pria tua di depannya itu.
"45 tahun paman bilang tidak tua? Ayahku saja baru 43 tahun. Paman gila ya?"
Darel menyikut perut dua anak buahnya saat terdengar tawa dari mulut mereka. Ia berdehem kemudian, berusaha menunjukkan wibawa di depan Elena.
"Terserah, yang penting sekarang adalah kau harus menjadi istriku untuk melunasi hutang ayahmu. Mau tidak mau, suka tidak suka, kau harus melakukannya."
Elena menangis di dalam hati mendengar kalimat yang keluar dari mulut Darel. Seandainya tak ada undang-undang tentang pembunuhan maka pasti berita tentang pria buncit yang terkapar mati akan diberitakan di televisi besok pagi.
"Tidak! Aku tidak mau, yang benar saja paman? Masa kau mau menikahi wanita yang lebih pantas jadi anakmu!"
"Iya atau tidak?"
Elena menatap wajah ayahnya yang memelas. Tuhan, kenapa tidak Engkau berikan Elena hati yang keras agar mengabaikan wajah pria yang selalu menyusahkannya itu! Tapi tidak, biar bagaimanapun, Elena tidak bisa mengelak kalau yang ia miliki sekarang hanya ayahnya saja. Dengan berat hati, ia kemudian mengangguk pelan, membuat Darel tersenyum lebar di posisinya.
"Baiklah, tapi ada syaratnya! Paman tidak akan mendapatkan keperawananku sebelum perut buncit itu berubah sixpack!"
"Hey bocah, syarat macam apa yang kau ucapkan? Yang punya hutang itu ayahmu! Bukan aku! Enak saja kau berikan aku syarat macam itu!"
"Jika paman tidak mau ya sudah. Aku tidak mau menikah dengan paman. Hutang Ayahku akan aku cicil dari gaji bulananku!"
"Hahaha ... Memangnya hutang ayahmu cuma ratusan ribu? Hutang Ayahmu, itu ratusan juta! Kau tidak mampu melunasinya!"
"Entah itu aku butuh puluhan tahun atau seumur hidupku pun akan aku lakukan untuk membayar hutang Ayahku!" Elena berjalan mendekati Darel sambil merapikan rambutnya dengan manja, kemudian mengibaskan rambut panjangnya ke wajah Darel, sehingga Darel bisa mencium harum rambut Elena. Melihat kemolekan tubuh Elena dari dekat, Darel langsung tergila-gila.
"Apakah paman mau aku membayar hutang Ayahku dengan cara mencicil?" Elena memegang pundak Darel dan berbicara dengan manja.
"Eng-enggak!" Darel gelagapan ketika Elena mendekati dirinya tanpa jarak.
"Jadi apakah paman mau menikahiku dengan menerima syaratku?" Elena mengusap dada Darel dan turun ke perut buncit Darel sambil berkata, "Untuk itu, menghilangkan ini!" Elena mencubit perut buncit Darel.
"Aw ...." Darel kesakitan karena di cubit Elena.
"Setelah itu paman bisa memilikiku seutuhnya," Elena berbisik manja di telinga Darel.
"I-iya ... Mau!" tanpa pikir panjang Darel mengiyakan persyaratan Elena.
"Paman memang terbaik," Elena berbisik sekali lagi di telinga Darel, membuat Darel semakin mabuk kepayang dengan aroma harum dari parfum yang melekat di tubuh Elena.
Tubuh bagai gitar Spanyol, kulit putih mulus, dan wajah cantik Elena adalah aset satu-satunya yang Elena miliki.
Elena perlahan melangkah menjauhi Darel.
"Tunggu!" Darel menghentikan langkah Elena dengan memegang tangan gadis dihadapannya itu.
"Satu Minggu lagi kita akan selenggarakan resepsi pernikahan yang mewah untuk kita! Biarkan orang-orangku mengantar kalian pulang. Ini untukmu membeli parfum yang seperti kau pakai. Aku sangat menyukai harumnya," Darel mengambil beberapa lembar uang ratusan ribu dari dalam dompetnya.
Seketika mata Hendrik terbelalak memandang lembaran uang tersebut.
"Tidak paman, terima kasih! Aku masih sanggup membelinya sendiri," Elena menolak uang Darel.
"Kalau kau masih menolak, maka hutang Ayahmu hari ini akan ku naikan bunganya!" Darel memberikan uang tersebut kepada Elena. Dengan berat hati, Elena menerima uang tersebut.
Elena dan Hendrik diantar oleh dua orang anak buah Darel. Sesampai di rumah, Hendrik langsung meminta uang tersebut.
"Mana uangmu tadi?"
"Uang ini maksud Ayah?" Elena menunjukkan uang pemberian Darel.
"Mana!" Hendrik berusaha mengambil uang dari tangan Elena tetapi ditepis oleh Elena.
"Sebenarnya apa yang ada di kepala Ayah? Tega sekali Ayah menjadikan aku sebagai jaminan hutang-hutang Ayah sama pria tua, jelek, kucel, hitam, perut buncit kaya' Darel! Astaga Ayah, maksud Ayah apa coba!" Elena yang memiliki watak keras kepala kini sedang menceramahi sang ayah dengan emosi yang memuncak.
"Maafin Ayah, Nak!" Hendrik hanya tertunduk polos bagai anak kucing yang sedang dimarahi majikannya.
"Oh sial! Wajah polos itu lagi, sekali-kali kalau aku sedang marah jangan tunjukkan ekspresi wajah seperti itu bisa nggak sih, Yah! Sudahlah Ayah memang hebat untuk berakting. Aku mau tidur, jangan ganggu aku! Jika ayah mau makan, bikin sendiri mie instan di dapur!" Elena berjalan ke kamarnya.
"Tapi uangnya bagi Ayah sedikit dong!" Hendrik membuntuti Elena yang mau masuk ke dalam kamar.
"Tidak!" Elena menutup pintu kamar dengan keras, tepat di depan Hendrik.
Di dalam kamar, Elena masih ngomel karena kecewa dengan keputusan sang ayah hingga dia tertidur karena kecapekan.
Keesokan harinya, masih sangat pagi tiba-tiba ada beberapa paket datang ke rumah sederhana Elena dan Hendrik. Dari paket kosmetik, perhiasan, tas branded, sepatu hak tinggi, dan satu koper dress import. Kurir yang mengantarkan paket tersebut mengatakan bahwa itu kiriman dari Darel.
Begitu pula dengan hari-hari berikutnya, setiap hari datang berbagai paket untuk Elena. Hingga tibalah satu Minggu yang dijanjikan.
Elena yang lupa jika hari ini hari pernikahannya tiba-tiba dibangunkan oleh pria berparas cantik.
"Hay gadis kecil, cepat bangun! Hari ini hari pernikahanmu, cepat mandi dan kita pergi ke hotel!"
"Hah, siapa kamu! Kenapa kamu bisa masuk kamarku tanpa ijin?" Elena yang baru bangun dibuat kaget dengan pria cantik itu.
"Bangun ... Bangun! Ayo mandi, hari ini hari pernikahanmu, ayo bangun!" Pria itu menarik selimut Elena.
"Pernikahan?" Elena masih tampak berpikir keras.
"Astaga cantik! Iya pernikahanmu dengan Om Darel, nanti sore akan di adakan resepsi di hotel bintang lima. Aku ke sini untuk menjemputmu."
"Oh my God!!"
Bab 1 Sentuhan Membangunkan Hasrat
09/07/2022
Bab 2 Pengantin Pemalas
09/07/2022
Bab 3 Dilarang Mengeluh
09/07/2022
Bab 4 Acara Melempar Bunga
09/07/2022
Bab 5 Jangan Berdrama
09/07/2022
Bab 6 Pertemuan
09/07/2022
Bab 7 Malam Pertama
09/07/2022
Bab 8 Kejatuhan Durian Runtuh
09/07/2022
Bab 9 Panggilan Sayang
09/07/2022
Bab 10 Masuk Ke Dalam Neraka
09/07/2022
Bab 11 Nyonya Muda
09/07/2022
Bab 12 Senjata Makan Tuan
10/07/2022
Bab 13 Memiliki Teman
12/07/2022
Bab 14 Malam Pertama
12/07/2022
Bab 15 Ungkapan Mutlak
12/07/2022
Bab 16 Tidak Bisakah Kau Mencintaiku
12/07/2022
Bab 17 Rencana Yang Kembali Terganggu
12/07/2022
Bab 18 Sedikit Salah Paham
12/07/2022
Bab 19 Kepulangan
13/07/2022
Bab 20 Teh Panas Untuk Hati Panas
14/07/2022
Bab 21 Rencana Cerdik Elena
15/07/2022
Bab 22 Sentuhan Elena
16/07/2022
Bab 23 Pagi Yang Gaduh
17/07/2022
Bab 24 Kesepakatan Penawaran
18/07/2022
Bab 25 Di Patahkan Keadaan
19/07/2022
Bab 26 Mengenali Informasi
20/07/2022
Bab 27 Mengejar Waktu
21/07/2022
Bab 28 Gadis Berhati Malaikat
22/07/2022
Bab 29 Kesan Berharga
23/07/2022
Bab 30 Rencana Cerdik
24/07/2022
Bab 31 Tekad Yang Kuat
25/07/2022
Bab 32 Special Dinner
26/07/2022
Bab 33 Hati Ke Hati
27/07/2022
Bab 34 Rayuan Boy dan Lany
28/07/2022
Bab 35 Rencana Awal
29/07/2022
Bab 36 Kepulangan Boy dan Lany
29/07/2022
Bab 37 Sandiwara di Depan Ayah
29/07/2022
Bab 38 Alibi yang Mulai Terungkap
29/07/2022
Bab 39 Menu Sehat
29/07/2022
Bab 40 Nyanyian Bahagia
29/07/2022