Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Raja dan Ratu agung hari ini tengah berkumpul di istana tertinggi, gungtada yya fxkuxz kepulangan sang putra mahkota, putra kedua dari yang Mulia Raja.
Xi Feng Lian, yang baru saja menyelesaikan masa pendidikan ilmu bela diri, bahkan ia juga telah menjalani masa kultivasi yang berjalan hingga ratusan tahun lamanya.
Kekuatan Nya telah tumbuh pesat dan sempurna, bahkan ia bisa menyatukan sihir api dan es sekaligus, hal yang semula dianggap suatu yang mustahil dikalangan para dewa. Tak ada yang bisa menguasai keduanya, meskipun itu abadi tertinggi sekalipun.
Sebagai calon penerus kekaisaran langit, tentulah skill dan kecakapan ilmu beladiri, sihir dan berperang harus dikuasai.
Selain untuk merayakan semua itu, hari ini juga merupakan hari resmi dirinya di anugrahi kemuliaan sebagai dewa. Mulai saat ini, dia memiliki hak-hak sebagai dewa kasta tertinggi di alam langit.
Semua tampak gembira atas kembalinya putra mahkota, tak terkecuali Permaisuri langit. Betapa tidak, putra kesayangan nya telah kembali dengan selamat dan tanpa kurang suatu apapun.
"Terimakasih atas anugrah yang Ayahanda serta Ibunda berikan untuk Ananda. Ananda merasa masih belum pantas untuk mengemban dan menerima anugerah yang besar ini." ucap Xi Feng Lian seraya menghaturkan sembah sujudnya.
"Tidak putraku, ini semua memang pantas kau dapatkan atas prestasi dan kerja kerasmu selama ini, meskipun kau dalam masa pendidikan dan kultivasi yang berat, kamu selalu membantu Ayahanda dalam setiap permasalahan politik dan internal. Bukankah begitu Kanda?
Tidak seperti… ," sela Permaisuri langit. Ia lantas menjeda kalimatnya, lalu melirik pangeran pertama yang duduk tak jauh darinya.
"Ibunda terlalu berlebihan, itu memang sudah sepantasnya ananda lakukan demi ketenangan alam langit ini," ucap Xi Feng Lian.
"Fang er, kau terlalu sungkan," ucap Permaisuri langit pula.
"Yang dikatakan oleh Permaisuri langit benar. Bukan hanya itu, mulai sekarang kamu pun telah resmi menyandang tugas dan kewajiban yang lebih besar dari sebelumnya. Karena kau baru saja kembali, beristirahatlah." ucap Kaisar langit, menutup pertemuan mereka kali ini.
"Terimakasih Ayahanda, kalau demikian, Ananda pamit undur diri." Feng Lian menunduk hormat seraya menyilangkan tangan di depan dadanya, lalu pergi meninggalkan istana tertinggi, disusul oleh beberapa tetua dan Pangeran pertama yang turut ikut membubarkan diri.
********
*ISTANA JING WU*
"Kakak, terimakasih telah datang kemari dan menerima undanganku." Xi Feng Lian menuangkan guci arak kedalam gelas lalu memberikannya pada sang kakak, bersulang.
Qian chen menerima arak itu lalu meneguk dengan sekali tegukan.
"Kakak senang kau telah kembali. Apa rencanamu ke depan untuk mengisi kekosongan ini? Kakak tau kau suka mengembara dan tidak betah berada di satu tempat cukup lama,"
Feng Liang mengalihkan pandangan matanya pada kolam ikan yang berair jernih. Yang dikatakan kakaknya benar, lagi pula, bila terus berada di lingkungan istana, dirinya pasti akan dibuat pusing atas permintaan sang Bunda yang memintanya untuk segera memilih calon istri.
"Saya belum memiliki planning untuk itu. Mungkin untuk sementara waktu akan tetap berada di sini, sambil kembali mempelajari seluk beluk taktik ilmu berperang. Selain itu, kultivasi ku juga harus segera disempurnakan." ucap Feng Lian, lantas menenggak arak otmastus kesukaanya.
"Hmn, kau benar. Kamu tak pernah berubah. Bahkan para musuh memberimu gelar dewa perang kala itu." ucap Qian cheng, ikut menenggak arak setelahnya.
"Kau terlalu berlebihan, aku hanya ingin menguji apa yang kupelajari. Tak sempurna rasanya bila teori yang dipelajari dari buku-buku kuno, tidak dipraktekkan di medan perang." ucap Feng Lian seraya tersenyum.
**
**
Beberapa ribu tahun lamanya alam dewa dan empat alam lainya diliputi oleh kedamain.
Alam dewa sebagai pemimpin dari keempat alam, merasa puas akan hal itu.
Itu membuat mereka menjadi lemah dan pengawasan pun tidak stabil seperti waktu dulu lagi. Semua tampak bersantai.
Hal itu justru dimanfaatkan oleh alam Iblis yang memang memiliki dendam kesumat kepada negeri para Dewa.
Terlebih mereka juga mendengar bahwa saat ini Feng Lian tengah menjalani masa penyempurnaan ilmu spritual dan kultivasinya, hal itu membuat tubuhnya melemah dan kekuatanya berkurang.