Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Harga Diri yang Tergadai

Harga Diri yang Tergadai

Radellaa

5.0
Komentar
103
Penayangan
4
Bab

Menceritakan kisah seorang gadis yang rela mengorbankan diri dan kebebasanya demi menyelamatkan seorang ibu.

Bab 1 Sayembara

Raja dan Ratu agung hari ini tengah berkumpul di istana tertinggi, gungtada yya fxkuxz kepulangan sang putra mahkota, putra kedua dari yang Mulia Raja.

Xi Feng Lian, yang baru saja menyelesaikan masa pendidikan ilmu bela diri, bahkan ia juga telah menjalani masa kultivasi yang berjalan hingga ratusan tahun lamanya.

Kekuatan Nya telah tumbuh pesat dan sempurna, bahkan ia bisa menyatukan sihir api dan es sekaligus, hal yang semula dianggap suatu yang mustahil dikalangan para dewa. Tak ada yang bisa menguasai keduanya, meskipun itu abadi tertinggi sekalipun.

Sebagai calon penerus kekaisaran langit, tentulah skill dan kecakapan ilmu beladiri, sihir dan berperang harus dikuasai.

Selain untuk merayakan semua itu, hari ini juga merupakan hari resmi dirinya di anugrahi kemuliaan sebagai dewa. Mulai saat ini, dia memiliki hak-hak sebagai dewa kasta tertinggi di alam langit.

Semua tampak gembira atas kembalinya putra mahkota, tak terkecuali Permaisuri langit. Betapa tidak, putra kesayangan nya telah kembali dengan selamat dan tanpa kurang suatu apapun.

"Terimakasih atas anugrah yang Ayahanda serta Ibunda berikan untuk Ananda. Ananda merasa masih belum pantas untuk mengemban dan menerima anugerah yang besar ini." ucap Xi Feng Lian seraya menghaturkan sembah sujudnya.

"Tidak putraku, ini semua memang pantas kau dapatkan atas prestasi dan kerja kerasmu selama ini, meskipun kau dalam masa pendidikan dan kultivasi yang berat, kamu selalu membantu Ayahanda dalam setiap permasalahan politik dan internal. Bukankah begitu Kanda?

Tidak seperti... ," sela Permaisuri langit. Ia lantas menjeda kalimatnya, lalu melirik pangeran pertama yang duduk tak jauh darinya.

"Ibunda terlalu berlebihan, itu memang sudah sepantasnya ananda lakukan demi ketenangan alam langit ini," ucap Xi Feng Lian.

"Fang er, kau terlalu sungkan," ucap Permaisuri langit pula.

"Yang dikatakan oleh Permaisuri langit benar. Bukan hanya itu, mulai sekarang kamu pun telah resmi menyandang tugas dan kewajiban yang lebih besar dari sebelumnya. Karena kau baru saja kembali, beristirahatlah." ucap Kaisar langit, menutup pertemuan mereka kali ini.

"Terimakasih Ayahanda, kalau demikian, Ananda pamit undur diri." Feng Lian menunduk hormat seraya menyilangkan tangan di depan dadanya, lalu pergi meninggalkan istana tertinggi, disusul oleh beberapa tetua dan Pangeran pertama yang turut ikut membubarkan diri.

********

*ISTANA JING WU*

"Kakak, terimakasih telah datang kemari dan menerima undanganku." Xi Feng Lian menuangkan guci arak kedalam gelas lalu memberikannya pada sang kakak, bersulang.

Qian chen menerima arak itu lalu meneguk dengan sekali tegukan.

"Kakak senang kau telah kembali. Apa rencanamu ke depan untuk mengisi kekosongan ini? Kakak tau kau suka mengembara dan tidak betah berada di satu tempat cukup lama,"

Feng Liang mengalihkan pandangan matanya pada kolam ikan yang berair jernih. Yang dikatakan kakaknya benar, lagi pula, bila terus berada di lingkungan istana, dirinya pasti akan dibuat pusing atas permintaan sang Bunda yang memintanya untuk segera memilih calon istri.

"Saya belum memiliki planning untuk itu. Mungkin untuk sementara waktu akan tetap berada di sini, sambil kembali mempelajari seluk beluk taktik ilmu berperang. Selain itu, kultivasi ku juga harus segera disempurnakan." ucap Feng Lian, lantas menenggak arak otmastus kesukaanya.

"Hmn, kau benar. Kamu tak pernah berubah. Bahkan para musuh memberimu gelar dewa perang kala itu." ucap Qian cheng, ikut menenggak arak setelahnya.

"Kau terlalu berlebihan, aku hanya ingin menguji apa yang kupelajari. Tak sempurna rasanya bila teori yang dipelajari dari buku-buku kuno, tidak dipraktekkan di medan perang." ucap Feng Lian seraya tersenyum.

**

**

Beberapa ribu tahun lamanya alam dewa dan empat alam lainya diliputi oleh kedamain.

Alam dewa sebagai pemimpin dari keempat alam, merasa puas akan hal itu.

Itu membuat mereka menjadi lemah dan pengawasan pun tidak stabil seperti waktu dulu lagi. Semua tampak bersantai.

Hal itu justru dimanfaatkan oleh alam Iblis yang memang memiliki dendam kesumat kepada negeri para Dewa.

Terlebih mereka juga mendengar bahwa saat ini Feng Lian tengah menjalani masa penyempurnaan ilmu spritual dan kultivasinya, hal itu membuat tubuhnya melemah dan kekuatanya berkurang.

"Tunggu apa lagi, kita harus bergerak sekarang. Ini kesempatan bagus untuk kita menggulingkan alam Dewa. Selama ini aku sudah merasa cukup muak dengan tingkah laku mereka yang sok berkuasa. Padahal, derajat alam Iblis dan alam Dewa adalah sama. Sudah saatnya para bedebah itu dibungkam." ucap perdana menteri Hua Teng, berapi-api.

Raja Iblis manggut-manggut mendengarkan pendapat perdana menterinya. Ada benarnya, namun meski begitu, tidaklah mesti grusa grusu dan gegabah.

Meskipun keadaan Dewa perang Feng Lian masih cukup lemah dan ini juga kesempatan baik untuk melenyapkan putra mahkota, agar alam Dewa tak memiliki penerus andal, namun mereka tetap tidak boleh gegabah.

"Siapkan pasukan terbaik!" titah raja Iblis.

*

*

Ratusan ribu tentara negeri Iblis pun telah bersiap, semua berangkat menuju ke laut tak bertepi dengan semangat membara. Perbatasan antara alam Iblis dan alam para Dewa.

Sorak sorai menggema dari ribuan tentara Iblis dan keagungan umbul-umbul yang mereka bawa.

Hal yang mengejutkan itu tentu membuat tentara para Abadi ketar ketir di perbatasan. Maka dengan segera, mereka pun gegas mengutus beberapa orang prajurit untuk melaporkan apa yang terjadi di lautan tak bertepi, ke alam langit, negeri para Dewa.

-

"Dengarkan titahku, kumpulkan pasukan dan segera pergi ke perbatasan. Ingat, jangan lakukan apapun bila mereka tidak menyerang lebih dahulu!" titah sang raja Langit.

"Kurang ajar negeri Iblis, beraninya mereka bermain-main disaat putraku tengah lemah!" maki Permaisuri, berang. Ia mengepalkan tanganya. Pertanda api kemarahan yang meluap.

"Ini salahku, aku terlalu lembek pada negeri Iblis," ucap sang Raja.

"Hhmm, bukankah sudah dinda katakan pada Kanda, agar lebih tegas kepada negeri pembangkan itu. Sekarang mereka telah mendapat celah untuk menggoyangkan istana langit kita." kembali Permaisuri langit berkata.

**

**

Negeri Iblis tampaknya tidak main-main. Terbukti dengan serangan-serangan yang membabi buta. Ternyata mereka telah melatih para prajurit dan panglimanya dengan rentang waktu yang cukup lama, oleh sebab itu dengan mudah mereka merobohkan pertahanan awal pasukan para Dewa.

Pasukan para Dewa terdesak, untuk mempertahankan pasukan, panglima Ju Tian memilih mundur untuk menghindari semakin banyak jatuhnya korban dari prajurit para Dewa. Sambil menunggu datangnya pasukan bantuan dari alam langit.

"Bagaimana ini?" tanya Xu xai selaku komandan.

"Saya akan pergi ke istana langit, untuk mengecek kenapa pasukan yang dikirim belum juga sampai kemari. Bersabarlah dan jaga baik-baik pasukan kita yang tersisa." ucap Ju Tian seraya bergegas pergi.

"Baiklah, dan segeralah kembali!" seru Xu Xai. Dia Pun telah pusing menghadapi situasi ini, sudah berminggu-minggu namun malah mereka yang terpukul mundur.

**************

Sementara itu di alam langit, istana dihebohkan dengan menghilangnya putra mahkota.

Malam itu, putra mahkota sedang menjalani masa puncak kultivasi. Istana Jing wu juga dijaga ketat oleh puluhan penjaga.

Namun tiba-tiba sebuah cahaya menyilaukan dari atas dengan hawa yang sangat luar biasa panas menyerang, membuat semua penjaga terpental dan pangeran kedua menghilang setelahnya.

Semua penghuni langit panik, tak terkecuali dengan sang Raja juga Permaisuri langit.

Apa ini ada hubunganya dengan serangan tentara Iblis yang datang tiba-tiba?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku