/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
Suara-suara benda yang berjatuhan ke lantai terdengar sangat keras, menggema di seluruh ruangan, membuat para asisten rumah tangga bergetar takut, namun suara wanita bernada halus mencoba menenangkan seorang lelaki paruh baya yang tengah dibakar amarah.
"Mas sudah, nggak ada gunanya kamu seperti ini," ucap Kirana mencoba menenangkan suaminya.
"Mana bisa aku tenang, keadaan benar-benar buruk, semua masalah datang menghimpit ku," ujar Irawan frustasi.
Tangan Kirana meraih pundak suami nya dan mengelus perlahan, berharap rasa amarah nya akan sedikit terkontrol.
"Aku tidak masalah kalau kita akan hidup serba pas-pasan, kita akan mulai dari nol lagi." ucap Kirana meyakinkan suaminya.
Irawan yang tengah menunduk pun memandang istrinya dengan sendu, usaha Irawan kini tengah bangkrut, dia ditipu oleh investasi bodong, dan harus menanggung kerugian miliaran rupiah, bahkan dia terancam masuk bui, jika dia tidak bisa membayar seluruh gaji karyawan.
"Terimakasih atas kesetiaan kamu, tapi ... aku juga terancam dipenjara karena tidak bisa membayar seluruh gaji karyawan." Irawan menunduk pilu, rasanya dia tak punya pilihan lagi, rumah yang mereka tempati, bahkan sudah di gadaikan ke pihak Bank, dan Irawan harus merelakan rumah yang dia bangun dengan jerih payahnya disita oleh Bank.
"Jual saja perhiasan ku Pah," ucap Kirana, mencoba memberikan solusi.
"Tidak cukup Mah," jawab Irawan sendu.
"Papah sudah coba pinjam ke teman-teman Papah?" tanya Kirana lagi.
"Sudah, tapi tak ada yang bisa membantu, kalaupun ada ... memiliki syarat."
"Syarat apa pah?" tanya Kirana penasaran, kalau untuk masalah cicilan hutang mungkin Kirana bisa membantu nanti, dia akan mencari pekerjaan, serabutan atau apapun itu, pikir Kirana.
"Tuan Serkan Alvaro, dia bersedia membantu Papah, namun ... Papah keberatan dengan syarat nya, tuan Serkan memberikan syarat agar Papah bersedia menikahkan Anyelir dengannya."
"Lalu apa Papah menerimanya?" tanya Kirana dengan cemas.
Irawan menggeleng pelan, "Papah menolaknya Mah, Papah nggak mungkin tega."
"Sabar ya Pah, semoga ada jalan lain untuk keluarga kita," Kirana memeluk suaminya, mencoba memberikan support.
Rupanya, didepan ruang kerja Irawan, Anyelir mendengar semua pembicaraan orang tuanya, hatinya sesak mendengar perkataan Irawan yang mungkin akan masuk sel, namun Anyelir beruntung, karena memiliki orang tua yang begitu perduli padanya, dan lebih mengedepankan perasaan Anyelir.
Namun, Anyelir juga tidak bisa hanya diam saja melihat kedua orangtuanya yang tengah mengalami masalah cukup besar. Di sini Anyelir harus memilih, antara mengesampingkan egonya dan menyelamatkan Irawan, atau kebahagiaannya sendiri.
Anyelir memejamkan matanya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri, "aku bersedia Mah, Pah."
Kirana dan Irawan terkejut, melihat putrinya kini berada di hadapan mereka, tatapannya sendu menyiratkan dia juga bersedih atas apa yang tengah menimpa keluarganya.
"Apa maksud kamu Anyelir?" tanya Kirana seraya mendekati putrinya yang masih berdiri di depan pintu.
"Aku bersedia Mah, menikah dengan lelaki itu," jawab Anyelir.
"Jangan main-main, ini pernikahan Anyelir, dan pernikahan itu sakral ikatannya," ucap Kirana.
"Aku nggak main-main Mah, Pah ... aku yakin dengan keputusan ku, aku nggak mau Papah masuk penjara. Aku mohon Mah, Pah kali ini, biarkan aku membantu," ucap Anyelir mencoba meyakinkan kedua orangtuanya.
"Anyelir, kamu tidak tahu sepenuhnya tentang tuan Serkan Nak, kamu tidak mengenalnya," ucap Irawan mencoba memberi pengertian kepada Anyelir, agar dia memikirkan kembali keputusan nya itu.
/0/2969/coverorgin.jpg?v=5a035c662c8898ee5d3415573bb1b085&imageMogr2/format/webp)
/0/2889/coverorgin.jpg?v=e01850068f65fbdbdf4ff55d53c9c070&imageMogr2/format/webp)
/0/19443/coverorgin.jpg?v=95e7007e82c82d4c266985cb26a7872d&imageMogr2/format/webp)
/0/10770/coverorgin.jpg?v=143999bee5a72468bd4e014e47a473dc&imageMogr2/format/webp)
/0/14636/coverorgin.jpg?v=888c69f49a2f856d33586726848ecbde&imageMogr2/format/webp)
/0/6503/coverorgin.jpg?v=afda2728b97c81c32c6edc17c36624a5&imageMogr2/format/webp)
/0/15368/coverorgin.jpg?v=199ea0e3a62e7a87c12cf428676dde62&imageMogr2/format/webp)
/0/21651/coverorgin.jpg?v=296b929f550865724fb42d621e4a0dde&imageMogr2/format/webp)
/0/23377/coverorgin.jpg?v=9d7c40a81a4c3d6fb6c283bcbc67269f&imageMogr2/format/webp)
/0/28795/coverorgin.jpg?v=bc9886bdf6a06f6c3f6f1537fdcf11fe&imageMogr2/format/webp)
/0/17300/coverorgin.jpg?v=65252dd7284e2eebffbc10c9450c4d82&imageMogr2/format/webp)
/0/20168/coverorgin.jpg?v=7c253ea68fec9fde246b4d39f47fe669&imageMogr2/format/webp)
/0/22445/coverorgin.jpg?v=662fcc633e4f66f261acb816aa0ad00b&imageMogr2/format/webp)
/0/16286/coverorgin.jpg?v=50b3e3f6bff299b91fb512578e017c81&imageMogr2/format/webp)
/0/27674/coverorgin.jpg?v=81ab1c0773e46226f8541a8af4ac8005&imageMogr2/format/webp)
/0/23837/coverorgin.jpg?v=5e106eb88649e91ce7adc941fd5e29aa&imageMogr2/format/webp)
/0/17104/coverorgin.jpg?v=8b7a3244b40f4c389fa63385cc90018e&imageMogr2/format/webp)
/0/12963/coverorgin.jpg?v=308a6ac4b11d4165816f683b8ae466c6&imageMogr2/format/webp)
/0/18084/coverorgin.jpg?v=8825ac4e801b6d3a274b6a66cdc6f36e&imageMogr2/format/webp)