Sesungguhnya suasana malam kala itu cukup indah dan hening dihiasi sinaran bulan purnama.Namun keheningan dan keindahan malam itu terkoyak, oleh sebuah suara teriakkan di markas sekte Rajawali Emas.
"Awas! Ada pencuri masuk ke ruang pusaka!!" teriak seorang anggota sekte kelas menengah, yang kebetulan berjaga di area markas bersama seorang anggota lainnya.
Crash! Crasshk!
"Arrgghssk!" bagai kilat berkelebat cahaya merah dari sebuah pedang, yang langsung menerbangkan dua buah kepala penjaga pintu di ruang pusaka sekte Rajawali Emas.
Dua penjaga ruang pusaka itu pun tewas tanpa kata, seorang di antaranya adalah anggota sekte yang baru berteriak tadi.
Slaphs!
Cepat sekali sosok berpenutup kepala kain itu melesat melewati pagar markas sekte, lalu lenyap di kegelapan hutan yang mengelilingi sekte Rajawali Emas itu.
Puluhan sosok berkelebatan keluar dengan cepat dari dalam markas sekte, mereka langsung menuju ke ruang penyimpanan pusaka dan sebagiannya melesat ke sekitar markas mencari sosok yang mencurigakan.
"Dua penjaga ruang penyimpanan pusaka telah tewas!" teriak seorang anggota sekte yang melesat ke arah penyimpanan ruang pusaka.
Seketika markas sekte Rajawali Emas menjadi gempar. Ki Somanatha selaku putra pertama dari Guru Besar sekte Rajawali Emas, langsung memeriksa ke dalam ruang penyimpanan pusaka sekte Rajawali Emas.
Dan hal yang paling ditakuti oleh sekte Rajawali Emas ternyata benar-benar terjadi.
"Hahh! Kurang ajar! Kitab pusaka Rajawali Langit dan pedang keramat Rajawali Emas telah hilang dari tempatnya!" seru Ki Somanatha terkejut dan murka bukan main mengetahui hal itu.
Ya, dia serasa tak percaya atas kenyataan telah hilangnya dua buah pusaka yang merupakan urat nadi dari sekte Rajawali Emas.
Akhirnya dia mengambil sebuah keputusan 'terpaksa' dalam keadaan darurat itu.
'Hhh! Terpaksa aku harus menghadap dan mengganggu tapa brata ayahanda Bilowo Djati di ruang khususnya', bathin Ki Somanatha, seraya menghela nafasnya.
Ya, di bagian belakang markas sekte Rajawali Emas terdapat sebuah bukit bernama bukit Dewa Pedang. Terdapat pintu batu geser tebal yang tersembunyi di bawahnya, yang tertutupi oleh tanaman rambat lebat.
Dan di sanalah pintu ruang-ruang laku khusus para leluhur sekte Rajawali Emas berada. Ruang laku khusus yang hanya boleh dimasuki oleh para ketua, pendahulu, serta leluhur ketua sekte Rajawali Emas.
Bisa dikatakan, ruang itu adalah ruang akhir bagi para ketua atau tokoh puncak di sekte Rajawali Emas, untuk menyepi dan mensucikan diri hingga akhir hayat mereka.
Daghs!
Ki Somanatha menendang sebuah tombol rahasia, yang terdapat di sebelah kanan bawah sisi pintu batu geser.
Dia melakukan hal itu setelah menyingkirkan tanaman rambat lebat yang menutupi pintu batu geser.
Sebuah tombol rahasia yang tak akan mudah di temukan oleh orang luar bahkan anggota sekte biasa sekalipun.
Grrggh! Grrggh! Blaaghk!
Pintu batu geser pun terbuka dengan suara bergemuruh keras, Ki Somanatha segera masuk ke dalam ruang rahasia dan berjalan cepat menyusuri lorong rahasia itu.
Akhirnya Ki Somanatha hanya bisa mencapai ruang lorong terakhir yang masih terbuka. Karena jika ketua atau leluhur terdahulu telah wafat, maka ketua atau tokoh yang masuk berikutnya harus memukul tombol buka tutup pintu geser di depan ruang khusus itu.
Dan jika ruang khusus itu telah tertutup, maka siapa pun tak akan dapat membuka kembali pintu batu itu untuk selamanya!
Ki Somanatha terhenti di ruang khusus yang pintunya masih terbuka itu. Nampak sosok sang ayahandanya Eyang Bilowo Djati, yang masih berada dalam posisi bersila di dalamnya.
"Ayahanda, maafkan ananda telah lancang mengganggu tapa brata Ayahanda," ucap Ki Somanatha, seraya berlutut di depan sosok Eyang Bilowo Djati yang bersila dengan mata terpejam.
"Hmm. Katakan saja Soma, ada berita penting apakah di markas sekte?" ucap Bilowo Djati bertanya, namun sepasang matanya nampak masih terpejam.
"Ayahanda, maafkan kelalaian ananda dalam menjaga pusaka keramat sekte Rajawali Emas. Malam ini sekte Rajawali Emas telah kedatangan seorang pencuri.
Pencuri itu berhasil mengambil Kitab Rajawali Langit dan Pedang pusaka Rajawali Emas dari ruang penyimpanan pusaka, Ayahanda," ucap Ki Somanatha, dengan nada bergetar penuh penyesalan.
"Ahh! Demi Hyang Agung! Inilah rupanya makna wisik Matahari Tenggelam selama 90 tahun di atas langit markas kita.
/0/22027/coverorgin.jpg?v=810f027801007e6bcf6025a1f3d067a7&imageMogr2/format/webp)
/0/4139/coverorgin.jpg?v=541f6d8080596c816ddfc5dc072bf482&imageMogr2/format/webp)
/0/8028/coverorgin.jpg?v=39a7afaf43f7759fb64cc79f044421d6&imageMogr2/format/webp)
/0/12393/coverorgin.jpg?v=373847164c0c6ea0665053b7c61f5201&imageMogr2/format/webp)
/0/14556/coverorgin.jpg?v=35652c42a4e2ae84e49f2ef12d7d9ce2&imageMogr2/format/webp)
/0/17720/coverorgin.jpg?v=1aba12b701e878ef320810666b985c0b&imageMogr2/format/webp)
/0/4208/coverorgin.jpg?v=ef5fa7481849bbf2a8fb9e85f73eb156&imageMogr2/format/webp)
/0/19453/coverorgin.jpg?v=27cf6cfd19e4e6b5bb18463954ec3562&imageMogr2/format/webp)
/0/5549/coverorgin.jpg?v=ed16dc7d04195933c7aec37e6dffdbf2&imageMogr2/format/webp)
/0/8017/coverorgin.jpg?v=45a6efcf70996b0335c4f90c3c4d37b9&imageMogr2/format/webp)
/0/12410/coverorgin.jpg?v=06e5ff3fa2e2901763ed22045c316af9&imageMogr2/format/webp)
/0/16643/coverorgin.jpg?v=f590d790133422e8790b48b1c5974542&imageMogr2/format/webp)
/0/16650/coverorgin.jpg?v=e7a4859497c8f55f27fc9ab2465f8140&imageMogr2/format/webp)