Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Si pengacara cantik tengah meninjau lokasi tanah yang sedang dijadikan perkara, wanita itu bernama Melati Widya Hutama. Beberapa warga merasa keberatan untuk melepaskan tanahnya karena sudah menjadi tempat meraup rezeki untuk mereka. Sebagai pengacara yang memiliki hati nurani, membuat wanita itu memasang dada melawan orang-orang yang menindas kaum lemah.
Ditengah perbincanganya dengan para warga. Tiba-tiba mobil sedan berwarna hitam hati berhenti di kerumunan itu. Ada dua mobil lain yang mengikutinya dari belakang.
Seorang pria bertinggi 180 sentimeter keluar dari kendaraan roda empat itu. Lalu seketika melepas kacamata hitamnya. Dia adalah perwakilan dari Dwitama Group, perusahaan yang ingin membangun cabang di lokasi tersebut. Pria tampan itu bernama Arya Dwicandra, putra sulung dari keluarga Dwicandra.
“Jadi kamu pengacara yang akan membela orang-orang bego ini?” Arya melempar senyum angkuh.
Kalimat itu sontak membuat Melati tersenyum santai. Hampir tak terlihat sedikit pun ketakutan menghadapi pria sombong di depannya.
“Kenapa? Apa kamu merasa takut dengan repotasiku?” Melati memperlihatkan perlawanannya. Dengan tatapan yang tenang, membuatnya tak gentar menghadapi pria angkuh ini.
Pria itu terkekeh mendengar ancaman itu. Dan semua anak buahnya juga ikut menertawai Melati. Tampaknya mereka benar-benar meremehkan kemampuan si pengacara cantik ini.
“Aku memiliki pengacara yang sangat hebat yang akan mengalahkanmu di pengadilan,” ungkap Arya dengan sorot mata yang menakutkan. “Ingat, aku nggak pernah gagal meraih apa yang aku mau,” sambungnya.
Emosi Melati sudah meluap. Ia benar-benar ingin memberi pelajaran pada sosok pria sombong di depannya. Namun, ia menahan diri. Wanita itu ingin memberinya pelajaran di pengadilan nanti.
“Kamu boleh menertawaiku. Tapi aku punya kartu As untuk menghancurkanmu!” ancam Melati lagi.
Arya masih belum mengerti makna yang barusan Melati katakan. Kartu As apa yang dimaksud oleh wanita cantik di depannya. Ia semakin penasaran dan tertantang dalam permainan ini.
“Jangan sok mengancamku. Bukankah kamu pengacara yang gagal dan dipecat dari kantor pengacara terkenal itu karena nggak becus, kan?” kekeh Arya menghina si pengacara.
Emosi Melati lagi-lagi meluap mendengar penghinaan dari Arya. Akan tetapi, ia tidak ingin memperlihatkan sikap yang buruk di depan para warga. Meskipun hatinya ingin sekali mencabik-cabik wajah pria itu.
“Liat aja, kamu akan kalah dalam kasus ini,” ungkap Melati.
“Mimpi kali kamu,” ejek Arya tertawa renyah. Anak buahnya juga ikut menertawai Melati lagi.
Setelah itu, Arya memasang kembali kacamatanya. Dan melangkah pergi dari hadapan wanita itu. Sebelum kendaraan roda empat itu beranjak, pria itu membuka kaca mobil seraya tersenyum ke arah Melati.
“Menyerahlah. Pengacara lemah sepertimu nggak akan menang melawanku,” hina Arya lagi, sambil tersenyum angkuh.
Melati benar-benar kesal dengan kelakuan pria itu. Ia pun berpamitan dengan para warga. Ia tidak ingin kemarahannya terlihat di sana.
***
“Aku nggak mau dijodohkan!” seru seorang wanita cantik bermata cokelat yang baru saja memasuki kamar Melati.
Sontak kalimat itu membuat wanita bertubuh sintal yang sedang duduk menghadap laptop menoleh. Konsentrasinya menyelidiki satu kasus dari klien terganggu.
“Apa? Dijodohkan? Apa ini ide Papa lagi?” Putri bungsu di keluarga Hutama itu memandang serius ke wajah kakaknya. Ini bukan kali pertama sang ayah menjodohkan kakaknya dengan pria tak dikenal.
Wanita yang memasang ekspresi kaku di depan Melati mengangguk. Sorot matanya melekat pada sosok sang kakak. Tatapan yang penuh kepasrahan terlihat di mata cokelat itu sangat tidak disukai oleh sang adik.
Pemilik mata Almon dengan iris cokelat indah itu adalah Mawar Adinda Hutama. Tahun ini dia tercatat sebagai mahasiswa doktor di sebuah universitas swasta di Ibukota.
“Aku harus gimana, Mel. Aku nggak mau dijodohkan. Nggak mau!” keluh Mawar.
Wanita cantik itu terlihat pasrah dengan keputusan papanya. Tidak ada yang bisa menolak titah dari sang kepala keluarga yang tegas. Bersamaan dengan itu, pandangan Melati tertuju pada sorotan lirih sang kakak, membuat hatinya terkoyak.