Menceritakan seorang gadis berusia 20 tahun, demi prakara mencari kehidupan yang lebih layak, ia memilih keputusan tersulit yang pernah dia hadapi. Fiona mengharuskan dirinya terbang ke negara lain, bukan perihal mencari kedamaian saja. Selain itu, hatinya sangat rapuh dalam waktu bersamaan, ketika semesta memasukan dirinya ke dalam lahar panas yang mendidih. Rasa perih, sakit, hingga berdarah-darah dia dapati. Saat keluarga yang paling ia utamakan nyatanya tak memberi apa yang pantas ia dapatkan, ditambah dengan sebuah cinta yang dia yakini akan memberi sebuah kebahagiaan, nyatanya hanya berujung semu. Pengkhianatanlah yang Fiona dapatkan, padahal ia tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Jika kau berada dalam posisi Fiona saat ini, apakah pergi jauh adalah pilihan tepat? Setidaknya, Fiona sadar bahwa rasa kasih sayang yang dia beri pada semua orang tidak menjamin apakah kamu akan mendapatkan hal yang sama seperti apa yang kau beri. Lalu, akankah Fiona mendapatkan kebahagiaannya di negara asing?
...
Menceritakan seorang gadis berusia 20 tahun, demi prakara mencari kehidupan yang lebih layak, ia memilih keputusan tersulit yang pernah dia hadapi. Fiona mengharuskan dirinya terbang ke negara lain, bukan perihal mencari kedamaian saja. Selain itu, hatinya sangat rapuh dalam waktu bersamaan, ketika semesta memasukan dirinya ke dalam lahar panas yang mendidih. Rasa perih, sakit, hingga berdarah-darah dia dapati.
Saat keluarga yang paling ia utamakan nyatanya tak memberi apa yang pantas ia dapatkan, ditambah dengan sebuah cinta yang dia yakini akan memberi sebuah kebahagiaan, nyatanya hanya berujung semu.
Pengkhianatanlah yang Fiona dapatkan, padahal ia tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Jika kau berada dalam posisi Fiona saat ini, apakah pergi jauh adalah pilihan tepat? Setidaknya, Fiona sadar bahwa rasa kasih sayang yang dia beri pada semua orang tidak menjamin apakah kamu akan mendapatkan hal yang sama seperti apa yang kau beri.
Namun, satu hal yang tak bisa membiarkanmu menghilang begitu saja, raga Fiona memang tak terlihat oleh mata, namun jasanya tak pernah sedikitpun menghilang. Meski jauh disana, Fiona tak pernah bisa menolak untuk memberi materi yang keluarganya butuhkan.
Perkataan Fiona kala itu juga membuat sang adik terluka hatinya, seperti ditohok oleh sebuah tombak besi yang panas, ngilu dan entah apa lagi rasanya, yang jelas ini aneh dan ini beda.
"Tak apa jika aku harus mengorbankan mimpiku. Setidaknya dengan kepergianku, aku bisa membantumu, membantu ibu-" Jeda Fiona. "Kau tahu bukan, kondisi kita bagaimana saat ini? Apalagi dengan adanya, dia. Rumah ini semakin terasa asing untukku. Lagi pula, tidak ada artinya jika aku tetap tinggal di sini, key. Aku harus terbang ke negara asing. Setidaknya disana aku akan dihargai dan tak akan ada yang menyakitiku lebih dari apa yang aku dapatkan disini." Sambungnya.
Key ingin menangis saat itu juga, air mata itu sudah ada di pelupuk matanya bersiap untuk jatuh dengan bebas. Namun, jika Fiona melihatnya menangis, itu hanya akan membuat Fiona semakin sulit untuk pergi demi kebaikan semua orang, tetapi tidak bagi Key.
Key, sang adik terdekat Fiona merasa iba. Ada rasa tak rela jika dia harus kembali membiarkan Fiona pergi dalam waktu dua tahun.
Satu bulan saja tanpa Fiona, key merasa tak punya semangat dan gairah hidup.
"Key, sekolah yang benar. Buktikan pada kakak kalau kamu bisa menjadi manusia, meski kita terlahir dari keluarga miskin. Tak apa key, setidaknya kita punya ilmu. Dengan ilmu, materi pun akan datang dengan sendirinya. Kau mengerti hm?" Key menatap lekat Fiona, ia tersenyum simpul lalu mengangguk lemah.
Key menatap raut wajah Fiona yang sedang tersenyum, lihat bahkan kakaknya bisa berpura-pura tegar di hadapannya, lantas mengapa dengan dirinya sendiri yang begitu cengeng.
"Maaf, aku tidak bisa membantumu. Bisakah, kau tetap disini denganku, tak perlu kesana? Lihat, aku dan adikmu Feli, masih membutuhkan kehadiranmu. Apalagi, ibu lebih peduli dengannya, Tak ada yang akan peduli padaku lagi selain kau. Bagaimana jika ada hal yang ingin aku sampaikan, seperti bercerita di saat senja mulai menghilang, di saat pagi buta sebelum matahari terbit. Sebelum malam mengantarkanku pada mimpi indah, kepada siapa aku harus bercerita?" Ucap Key membatin di dalam hatinya.
Key terlalu sulit untuk mengatakan semua itu pada Fiona, melihat raut wajah Fiona yang sendu, meski tampak tersenyum, mengurungkan niatnya untuk berkata.
Key tahu bahwa kakak perempuannya itu tengah mengalami duka yang begitu dalam, dia menjadi saksi bisu atas kehidupan seorang Fiona. Anak ketiga dari sebuah keluarga yang tidak pernah mengharapkan kehadirannya. Seorang gadis remaja yang harus menerima sebuah kepalsuan atas hubungannya dengan seorang pria tak punya hati.
"Kak, kenapa ibu jahat sama kita? Lalu, kenapa ibu begitu peduli padanya, sedangkan pada kita bertiga tidak? Bahkan ibu, lebih sering berkata lembut padanya, tapi tidak terhadap kau?" Tanya Key polos.
Fiona tersenyum samar, rupanya ada percikan rasa cemburu yang melanda hati kedua gadis muda itu. Key, mungkin belum mengerti apapun, sedangkan Fiona dia tahu banyak hal.
"Karena, ibu lebih sayang dia ketimbang aku begitu pun denganmu. Tak apa, setidaknya kita masih bisa hidup dengan keadaan yang jauh lebih baik lagi kedepannya. Kau masih sangat muda, Key. Suatu saat kau akan mengerti semua ini." Timpal Fiona.
Hari semakin pekat, obrolan kedua gadis muda itu terjeda. Waktu menunjukkan pukul tujuh malam, jika tidak pulang cepat Fiona pasti dimarahi dengan alasan yang tak masuk akal. Selalu begitu dan akan tetap begitu.
Buku lain oleh Dyantii sastravell
Selebihnya