~~~~~~~~~~~
Flash back on.....
Tirai-tirai tebal apartemen mewah itu hampir tak bisa menyaring gemuruh kota di malam itu.
Di dalamnya, udara terasa pengap, berat, dan basah oleh keringat.
Hanya teriakan sesak dan desahan yang memecah kesunyian, saling berkejaran dalam bayangan yang diterangi lampu kamar yang remang remang.
Seorang pria bernama Noah, mendominasi setiap jengkal ruang dan setiap helaan nafas. Tubuhnya berayun tanpa ampun, digerakkan oleh sebuah obsesi gelap yang lebih besar daripada nafsunya sendiri.
Suaranya rendah, serak, dan penuh klaim kepemilikan yang mengerikan, menyelinap di antara helaan nafasnya yang berat.
" Mmmhh.. "
" Aku... akan membuat kamu hamil, Abigel. " desisnya, dengan setiap kata yang ditekan seolah mengisaratkan keseriusan ucapanya itu.
" Dengan begitu... kamu akan benar-benar menjadi milikku. Selamanya, tidak ada lagi laki-laki lain yang berani menyentuhmu, bahkan mendekatimu. " tegas Noah yang terlihat sudah seperti kesetanan akibat rasa cemburu dan amarah yang menjadi satu.
Di bawahnya, Abigel mencoba mengumpulkan kesadarannya yang tercerai-berai, akibat ulah pria itu.
Tangannya yang lemah menekan bahu Noah, sebuah upaya sia-sia untuk membuatnya berhenti. Nafasnya tersengal, pecah oleh setiap dorongan dari tubuh besar pria itu.
" Mmhh... Eng-enggak..." rintihnya, putus asa.
" Noah, tolong... jangan... jangan keluarin di dalem... Aku mohon... " lirih Abigel di sela sela putus asanya.
Namun permohonannya hanya di anggap oleh Noah, sebagai bagian dari permainan mereka.
Ia membenamkan wajahnya ditengkuk leher Abigel, mengabaikan setiap kata penolakannya, bisikannya terasa panas dan menyesatkan.
" Ssshhh... Aku tau kamu menginginkannya juga, sayang. Kamu akan jadi milikku selamanya. Hanya aku yang berhak memilikimu. " bisik Noah.
Abigel memalingkan wajah, menyembunyikan air matanya yang mulai menetes di bantal satin. Suaranya melemah, nyaris hilang dalam deru nafas mereka berdua.
" Nggak.. mmhhh... Bukan ini yang aku mau... enghh.. hentikan, Noah.. aku bilang hentikan! "
Namun Noal seakan tuli dan sudah terlalu jauh. Ia tenggelam dalam kabut g4!r4h buta dan racun kecemburuan yang ia ciptakan sendiri.
Pikirannya telah menyempit hanya pada satu tujuan, memiliki, menandai, mengklaim. Ia bergumam, bukan lagi untuk Abigel, namun untuk memuaskan kegilaannya sendiri.
" Milikku... kau hanya milikku... "
Bagi Abigel, gumaman itu adalah pintu penjara yang terkunci. Perjuangannya melemah, digantikan oleh sebuah kepasrahan yang pahit.
Tubuhnya tak lagi melawan, namun menerima setiap hentakan dengan isak tangis yang bercampur desah kepayahan. Air matanya mengalir tanpa henti.
" Mmmhhh.. No-Noah... hiks.. hentikan..enghh.. "
Namun semua itu sudah terlambat. Noah mencapai puncaknya dengan sebuah helaan nafas panjang dan dalam, sebelum akhirnya tumbang di atas tubuhnya yang masih membelenggu Abigel dalam pelukan yang sesak dan posesif itu.
Beratnya menindih, namun yang lebih menindih adalah beban kegetiran yang ia tinggalkan. Dengan mata kosong, Abigel menatap langit-langit kamar apartemen mewah itu.
Dunia di luar sana masih berdenyut, tetapi di dalam dirinya, segalanya terasa hampa dan sunyi. Sebutir air mata terakhir mengalir pelan di pelipisnya, menyerap ke dalam rambutnya, menjadi saksi bisu dari sebuah kepemilikan yang dipaksakan.
Setelah beberapa saat beristirahat dalam keheningan yang hanya diselingi oleh jeritan mereka, Noah menarik tubuhnya.
Dengan gerakan yang tiba-tiba namun penuh klaim, ia mengangkat tubuh Abigel yang lunglai dan mendudukkannya dalam pangkuannya.
" Jangan menangis, sayang. " bisiknya, suaranya tiba-tiba melembut, bertolak belakang dengan keganasannya beberapa saat lalu.
Tangannya yang besar mengusap air mata di pipi Abigel dengan lembut.
" Maaf... Aku akan melakukannya dengan lembut sekarang. "
Abigel, dengan sisa tenaga yang hampir habis, hanya bisa mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu.
Melihat sikap pasrahnya, senyum smirk dan penuh kemenangan melintas di wajah Naoh.
Dengan keyakinan penuh bahwa ia telah menang, dengan perlahan namun pasti Noah kembali mengulang kegiatan panas itu.
" Mmhh... " lenguh Abigel pecah, campuran antara rasa sakit, kelelahan, dan sensasi yang tak terbendung.
Kemudian Noal mulai menggerakkannya dengan perlahan, tangannya erat memegangi pinggang wanita itu untuk mengontrol setiap ritme.
Ia menunduk, kemudian memberikan c!um4n dan gigitan lembut di leher Abigel, menandainya lagi dan lagi.
Abigel benar benar terlihat sudah tidak berdaya, hanya bisa pasrah menerima setiap gerakan. Sementara Noah, yang masih diselimuti kabut gairah dan posesif, terlihat tak pernah puas menikmati setiap inci tubuh wanita yang diklaim miliknya itu.
" Kamu hanya milikku, sayang. Selamanya hanya milikku. " batinnya, semakin menjadi.
" Mmhhh... Noah... enghhh.. " rintih Abigel dengan suaranya yang mulai terdengar parau.
" Aku ada di sini, sayang..." jawab Noah, suaranya berat dan penuh kepuasan, seolah perkataannya itu sebuah penghiburan.
Secara tak terduga, Abigel menegakkan tubuhnya. Dengan sisa-sisa kekuatan dan sebuah keputusan yang muncul dari dalam lubuk kepasrahannya, ia mencium bibir pria itu dalam-dalam.
Tangannya masih melingkar di lehernya, dan ia mulai menggerakkan tubuhnya sendiri, mengikuti irama yang ditetapkan Naoh.
Matanya terpejam, seolah berusaha keras untuk sepenuhnya tenggelam dalam sensasi yang menghanyutkan itu, melarikan diri dari pikiran yang kacau.
Noah, terkejut sekaligus terhanyut oleh inisiatif tak terduga ini, kemudian ia mendekapnya lebih erat.
Satu tangannya menahan kuat pinggang Abigel, sementara tangan yang lain memainkan area terlarang yang sejak tadi berusaha Abigel tutupi. Namun Noah bagi Noah, hal itu semakin memabukkan dalam ilusi bahwa ini adalah sebuah konsensual yang penuh gairah, dan bukan sebuah penyerahan diri yang lahir dari keputusasaan.
~~~
Udara di Kafe kecil itu terasa pengap walaupun pendingin ruangan terpasang di bawa suhu rata ratanya. Abigel duduk sendiri di sudut cafe itu, jemari tanganya gemetar memutar gagang cangkir yang sudah dingin.
Tiba-tiba, bayangan panjang menyapu meja kecilnya. Dadanya terasa sesak saat melihat Noah sudah duduk di hadapannya tanpa diundang, matanya membara dengan intensitas yang membuatnya ingin menghilang.
" Abigel. "
Noah menghela napas panjang, berusaha terdengar sabar namun nada posesifnya masih terlihat sangat jelas.
" Aku sudah bilang. Perbedaan antara kita bukanlah halangan. Kekayaan keluargaku, latar belakangmu itu semua tidak penting. Yang penting adalah perasaanku padamu. " ucap pria itu dengan sorot matanya yang selalu tajam.
Abigel langsung menunduk lebih dalam, menatap erat tangannya sendiri seolah bisa mencari kekuatan dari sana.
" Bukan... bukan itu masalahnya, Noah. Aku... aku nggak sanggup. Duniamu terlalu besar, terlalu rumit. Aku merasa tertekan. Tolong, jangan lagi mencariku. Kamu bisa mendapatkan wanita mana pun, dari kalangan mana pun yang lebih pantas untukmu. " jawab Abigel, suaranya pecah dan getir.
Wajah Noah berubah mengeras. Kesabarannya langsung habis mendengar penuturan wanita di hadapanya itu.
" WANITA LAIN?! " ucap Noah dengan suara yang mulai meninggi, yang langsung menarik perhatian beberapa pengunjung lain.
/0/28508/coverorgin.jpg?v=c9d07857e0de229ba7cf65b366ef2502&imageMogr2/format/webp)
/0/2037/coverorgin.jpg?v=70a85f9f1929e57771166e1b459a18eb&imageMogr2/format/webp)
/0/12477/coverorgin.jpg?v=90393f923757376d5a1fe4bb91048bed&imageMogr2/format/webp)
/0/17247/coverorgin.jpg?v=e6fafd1febb6d27a6f5f1bc19a22a298&imageMogr2/format/webp)
/0/16908/coverorgin.jpg?v=eb76d5e78c94ca3449e4ff205c00d6f9&imageMogr2/format/webp)
/0/12837/coverorgin.jpg?v=7dc61bacc0aca4d5f83426a32992dded&imageMogr2/format/webp)
/0/4319/coverorgin.jpg?v=2d2dbc24418772e1e84fae29a97b16dd&imageMogr2/format/webp)
/0/21485/coverorgin.jpg?v=8b2e1c2f51c9cebc19a67da374f66b9d&imageMogr2/format/webp)
/0/16704/coverorgin.jpg?v=d5c2877c62f02be8cddc10bb73713c32&imageMogr2/format/webp)
/0/2743/coverorgin.jpg?v=b61e50aca27298b5b23c39bafa64dc9f&imageMogr2/format/webp)
/0/25068/coverorgin.jpg?v=d3a2e8d55c7a4d0a049d77e091ae9bbb&imageMogr2/format/webp)
/0/16926/coverorgin.jpg?v=475a56703eb046d6273718d3aeb6fd1f&imageMogr2/format/webp)
/0/19583/coverorgin.jpg?v=dbcc1ce290daebd393b9182962021d9a&imageMogr2/format/webp)
/0/2562/coverorgin.jpg?v=1c0bc876cf31e2917d8e16ad7eb33bc5&imageMogr2/format/webp)
/0/12466/coverorgin.jpg?v=9708eb3a96ea70a88003a6546546066e&imageMogr2/format/webp)
/0/7614/coverorgin.jpg?v=56773844756cda5d21ff1db0f012bd5d&imageMogr2/format/webp)
/0/2351/coverorgin.jpg?v=33bc23e32df7f5ac3937c4479d10eeea&imageMogr2/format/webp)
/0/23788/coverorgin.jpg?v=49b7e99d293c396a41c9a16456321089&imageMogr2/format/webp)
/0/4235/coverorgin.jpg?v=aba17895921b0c8886ade3a0cb862eb0&imageMogr2/format/webp)