/0/15466/coverorgin.jpg?v=61f388f015d702f5b62256a150c5e2a8&imageMogr2/format/webp)
"Kapan kau akan pergi dari rumah ini?" teriak Amee, ibu Hellena.
Hellena yang mendengar teriakan ibunya hanya bersikap acuh. Ia sudah terbiasa dengan ucapan ibunya yang selalu menyakiti hatinya.
"Ibu mau aku pergi kapan? Setiap aku pergi pasti ibu menangis memintaku untuk pulang." Hellena sudah merasa muak dengan ibunya.
"Kali ini aku tidak akan memintamu untuk pulang. Di sini kau hanya menyusahkan saja, bekerja tapi tidak pernah memberikanku uang!" Amee mulai emosi kepada Hellena, ia terlihat sangat marah dari wajahnya yang kian memerah.
"Berapa banyak lagi yang ibu minta? Bu ... uangku habis untuk membayar cicilan mobil." Kali ini kesabaran Hellena sudah habis.
Amee terdiam karena ucapan Hellena, dulu ia yang meminta Hellena untuk membeli mobil baru. Amee sangat malu ketika para tetangga memandang sebelah mata atas kondisi ekonominya, terlebih setelah suaminya, ayah Hellena meninggal.
“Ibu … aku tida ingin memakai mobil tua milik ayah lagi. Aku malu karena teman-temanku selalu mengejek.” Ismir berdiri di ambang pintu kamarnya, ia mengadu kepada ibunya yang sedang bicara dengan Hellena.
Amee menatap Hellena. “Berikan mobilmu kepada Ismir, kau bisa menggunakan mobil ayah.” Kali ini suara Amee melembut.
“Suruh Ismir membeli mobil sendiri. Anak tidak tahu diri!” Hellena keluar dari rumah dengan emosi yang sudah berada di ujung kepalanya.
“Dasar kau anak tidak tahu diuntung, sudah aku besarkan dengan baik malah kau selalu membuat malu keluarga!” teriak Amee dengan suara lantang.
Hellena menghela nafas panjang agar emosinya mereda. Kini ujung matanya mulai lembab, ia selalu bertanya-tanya dalam hatinya. Apakah dia benar anak kandung Amee atau anak pungut.
Sesampainya di area parkir mobil komplek rumahnya, Hellena menunduk. “Ayo Hellena, kau harus semangat dan segera keluar dari rumah neraka itu, gumam Hellena pada dirinya sendiri.
Hellena bekerja disebuah perusahaan perjalanan wisata. Ia menyukai pekerjaan yang bebas dan mengunjungi tempat baru baginya. Hellena keluar dari mobilnya dan kaki jenjangnya melangkah memasuki kantor.
Senyuman Hellena terus mengembang seraya menyapa teman-teman kerjanya. Wajahnya tidak pernah terukir raut kesedihan, bahkan sebagian orang menganggap bahwa hidup Hellena baik-baik saja.
Baru saja Hellena duduk di kursi kerjanya, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. “Elle, apa kau tahu, jika kita memiliki bos baru? Dia masih sangat muda dan tampan.” Keisha si biang gosip mulai berkomat kamit menyebarkan gosip terbaru di telinga Hellena.
Hellena menoleh dan memutar kursinya agar bisa berhadapan dengan sahabatnya itu. “Oh ya? Apa kau sudah bertemu dengan pangeran tampan itu? Apakah tubuhnya atletis dan kekar?” Hellena selalu menambahkan minyak disetiap gosip yang Keisha sampaikan kepadanya.
Keisha bersandar dengan lesu di kursinya. “Sayangnya aku belum bertemu dengan pangeran tampan itu.”
Raut wajah Hellena ikut masam, ia sangat pintar berekspresi untuk menyesuaikan kondisi lawan bicaranya. “Sayang sekali, aku jadi penasaran dari mana kau mendapat kabar kalau bos baru itu sangat tampan.”
Semangat Keisha kembali memuncak untuk menceritakan lebih banyak lagi. “Aku dapat kabat itu dari sekertaris pak bos kita yang sudah tua itu.”
Hellena nampak berpikir dan tiba-tiba matanya membulat menatap Keisha. “Key, jangan-jangan bos baru itu sama tuanya dengan pak bos dan dia botak, pendek dan gemuk seperti permen lollipop.”
Keisha geram dengan ucapan Hellena, ia memukul ringan pundak Hellena. “Sialan, kau menghancurkan imajinasi indahku!”
Tawa Hellena terdengar sangat ringan, ia puas menggoda Keisha hingga kesal. “Kau mendengar kabar dari sekertaris jutek itu dan kau percaya?”
Sebelum Keisha menjawab pertanyaan Hellena, terdengar suara seorang wanita dari belakang Hellena.
/0/10836/coverorgin.jpg?v=20250123144627&imageMogr2/format/webp)
/0/6521/coverorgin.jpg?v=20250120180107&imageMogr2/format/webp)
/0/16699/coverorgin.jpg?v=ef38da27c5b45f8a4b46710eefac8e7c&imageMogr2/format/webp)
/0/17375/coverorgin.jpg?v=20240430164817&imageMogr2/format/webp)
/0/5579/coverorgin.jpg?v=8451cc3231d03f5ae1bfcd5aa5500814&imageMogr2/format/webp)
/0/10104/coverorgin.jpg?v=20250122182540&imageMogr2/format/webp)
/0/17107/coverorgin.jpg?v=20240328170550&imageMogr2/format/webp)
/0/19703/coverorgin.jpg?v=86ab5b943739c7e60385623ce1999541&imageMogr2/format/webp)
/0/13672/coverorgin.jpg?v=727d866839f9b4188741514c56e47234&imageMogr2/format/webp)
/0/16256/coverorgin.jpg?v=6c7605687348983f79d48434b599141b&imageMogr2/format/webp)
/0/17449/coverorgin.jpg?v=00687bd865c6eb589436991eaca674c9&imageMogr2/format/webp)
/0/14242/coverorgin.jpg?v=eedeedc41d4316c2c6d2b0e132e82cab&imageMogr2/format/webp)
/0/2835/coverorgin.jpg?v=20250120160208&imageMogr2/format/webp)
/0/2373/coverorgin.jpg?v=77222678e531f4f5be2b9e91b0f4f681&imageMogr2/format/webp)
/0/21477/coverorgin.jpg?v=bc6b5d7aebe315dec6dbf2fe414b2fc7&imageMogr2/format/webp)
/0/16588/coverorgin.jpg?v=b49f6384e2c8026888e74b42e5cef07b&imageMogr2/format/webp)
/0/3060/coverorgin.jpg?v=458da5b2f6c1147e9671b1eb41646839&imageMogr2/format/webp)
/0/3559/coverorgin.jpg?v=fade5880017b767ed715269b95a64993&imageMogr2/format/webp)