Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Mas bicara apa sih? Ayok pulang," Ujar
Ana.
Kakinya sudah berjalan meninggalkan pria itu, dia benar-benar malu, mengapa bisa ada seorang pria sepeka itu terhadap sekelilingnya.
Di dalam Mobil.
"'Ah sial!" Maki Aris dalam hati. Saat merasakan celananya yang terasa sedikit sesak.
Betapa dia menginginkan gadis itu malam ini, tubuhnya benar-benar membuatnya candu, apalagi sudah lama dia menahan hasratnya semenjak berpisah dengan mantan istrinya itu, andai mereka sudah menikah, mungkin saat ini gadis itu sudah berada di bawah tubuhnya.
"Kyaaa." Tanpa sadar Ana langsung histeris saat melihat celana pria itu yang tampak menonjol, dia benar-benar malu. Andai tadinya dia tidak mengabulkan permintaan pria itu, yang pastinya sekarang ini dia tidak akan menemukan pemandangan yang begitu menjijikan itu, dia sempat menyesal karena sudah menuruti kemauan pria itu tadinya.
"Apa kau ingin menyentuhnya sayang?"
Tawar Aris. Bibirnya tersenyum menggoda.
"lihh mas mesum!" Maki Ana lalu membuang pandangannya ke arah luar kaca mobil. Dia kesal sekali dengan ulah nakal pria itu.
Sementara Aris lagi-lagi hanya terkekeh lalu melajukan mobilnya untuk pulang.
Walau bagaimanapun begitu bernafsunya dia saat ini, dia tetap berusaha menahannya.
Karena alasan status mereka yang belum menikah.
******
Beberapa hari kemudian.
Puk..
Tepukan lembut di bahu Ana.
"Lho kok murung gitu sih wajahnya?"
Tanya Sheri khawatir saat melihat ulah sahabatnya itu.
Ana sengaja kembali mengajak sahabatnya itu untuk menginap di rumahnya, demi menemaninya di sana selama kepergian calon suaminya itu.
"Gak kok, gue lagi kangen aja sama mas
Aris, Jawab Ana jujur.
"Ihh cie..ciee... Yang sekarang lagi kangen kangenan, Ledek Sheri.
"Kenapa Iho gak telepon aja sih? kalau lagi kangen' Ujar Sheri memberi saran.
"Gue gak mau ganggu mas Aris, lagian kayaknya mas Aris lagi sibuk banget, buktinya sudah beberapa hari kepergian dia ke luar negeri, dia gak ada telepon gue sampai sekarang," Jawab Ana lesu.
"Yang sabar ya sayang, ujian, lagi pula kan kalau udah pulang nanti kalian langsung nikah, kan enak tu, pas malam pertama kalian bisa langsung curahin semua gejolak kerinduan yang ada di dada ya kan, ya kan,'
Jjar Sheri. Sembari mengedip-ngedipkan matanya untuk menggoda sahabatnya itu.
"Ihhh lu apaan sih, bikin malu tau gak"
Jawab Ana. Wajahnya sudah memerah.
"Hahaah, duhhh perut gue mendandak sakit ni gara-gara ngerujak tadi, gue tinggal kebelakang dulu ya an?" Pamit Sheri. Seraya memegangi perutnya yang sakit.
"Ya Jawab Ana.
Setelah kepergian sahabatnya itu Ana pun memilih untuk keluar rumah demi untuk duduk di bangku taman yang ada di hadapan rumahnya itu.
Angin sore berhembus menerpa tubuhnya,
Ana menyesal karena baru kali ini duduk di sana setelah sekian lama tinggal di rumah itu.
Pemandangan yang ada di depan rumahnya itu benar-benar mengingatkannya akan kampung halamannya dulu.
"*Ah rindunya, andai nantinya bisa kembali e kampung halaman bareng mas Aris*" Gumam Ana.
"Non, bibik mau belanja dulu ya, kebetulan semua keperluan rumah udah pada habis' Jjar pembantu rumah tangganya itu meminta izin. Seketika langsung membubarkannya dari lamunannya itu.
"Ah iya bik, sekalian beliin Ana martabak di tempat biasa yang Ana pesan sama bibik beberapa waktu yang lalu ya' Pesan Ana.
"lya non," Jawab bibik itu.
Tak lama setelah kepergian pembantu rumah tangganya itu. Telinga Ana pun langsung menangkap sebuah suara deru mesin mobil yang tepat berhenti di hadapannya itu.
Ana sempat bertanya-tanya dalam hatinya saat melihat mobil yang tak di kenalinya itu berhenti di sana. Matanya terus menatap ke arah mobil itu untuk mengetahui siapa pemiliknya dan juga apa maunya.
Tak.takkk.
Suara langkah kaki si pemilik mobil berjalan mendekat ke arahnya.