Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pertama dan Terakhir

Pertama dan Terakhir

Axthzz

5.0
Komentar
66
Penayangan
16
Bab

Nafchi dia adalah seorang siswa SMA biasa di masa lalu dia bertemu dengan gadis berambut abu-abu yang satu kelas saat masih di SMP namun karena suatu keadaan internal mereka berpisah dan bertemu lagi di masa SMA, Gadis tersebut kini tidak mengenalinya akankah usaha Nafchi untuk kembali mengingatkan kembali ingatanya berhasil?

Bab 1 Pertemuan di masa depan

Sipakah dia pria memakai seragam osis

putih dan celana abu-abu sedang menuju ke kelas sambil membawa tas berwarna

hitam bersepatu hitam.

Ya benar itu adalah aku, namaku

Nafchi saat ini aku ingin mendaftar di SMA umurku kurang lebih 16 tahun sekolah

itu begitu besar mempunyai gerbang masuk dengan besi di sebelahnya ada pos

satpam jika kau maju ke depan menengok ke kiri akan menemui GOR itu adalah

ruangan tertutup untuk berolahraga Menengok ke arah sebaliknya di situ ada

lapangan besar untuk melakukan berbagai kegiatan seperti upacara lomba-lomba

dan lainnya.

"Sebelum cerita ini dimulai aku

bukanlah karakter utama yang ingin menguasai dunia"

"Bukan juga karakter utama yang

menjelajahi lautan dan jadi raja bajak laut"

"Ceritaku ini hanyalah kehidupan SMA

biasa yang dicampur bumbu-bumbu manis yang kata mereka masa-masa SMA adalah

masa yang paling menyenangkan"

Aku berjalan di lingkungan sekolah

lalu tidak sengaja menabrak salah satu guru dan menumpahkan kopinya ke kemeja

yang ia pakai.

"Maaf aku tidak sengaja"

"Tidak-tidak aku tidak keberatan"

Guru itu meninggalkanku.

Dia bicara pada dirinya sendiri.

"Akan kubalas dasar anak baru

untungnya aku punya kekuasaan di sini jadi

kubuat dirimu tidak sempat mendaftar di sini"

berhenti sejenak di lobi mengecek

peta di handphone di mana kelasku karena aku murid baru di sini menengok ke

kanan dan kiri.

"Harusnya ke kanan? Eh bukan kiri

mungkin"

Seorang gadis berambut abu-abu dia

memakai kacamata menghampiriku.

"Kemarilah kutunjukkan tempat

pendaftaran padamu"

"Oke aku ikut"

Aku mengikuti gadis itu sampai kita

tiba di sebuah pohon lalu.

"Jrettt"

Aku menginjak jebakan yang entah

siapa yang memasang tapi perasaanku mengatakan gadis itulah yang memasang dia

membuatku terbalik tasku jatuh ke tanah lalu lembaran-lembaran untuk mendaftar

dia mengambilnya.

"Hey apa maksudmu"

"Maaf aku terpaksa agar aku bisa

menjadi siswa di SMA ini"

"Lepaskan woy"

Gadis abu-abu itu menghiraukan lalu

menjauh dan membawa lembaran milikku untuk mendaftar.

Aku melirik ke kanan dan kiri.

"Sip tidak ada yang melihat"

Aku mengangkat badanku dan meraih

tali yang mengikat kaki kananku setelah berhasil lepas merangkul kembali tasku

mencari gadis abu-abu itu.

"Di mana dia?"

"Aku melihatnya"

Aku melihat gadis rambut abu-abu itu

masuk ke kelas menghampiri dan mendobrak pintunya dan ternyata tidak kunci

spontan aku terpeleset di depannya.

"Sakit"

Dia hanya menatapku.

"Kembalikan"

"Tidak"

"Kenapa kau lakukan ini?"

"Maaf aku terpaksa ini karena aku

harus bisa menjadi murid di sini"

"Aku juga"

Aku berjalan perlahan mendekat ke

gadis itu dia terlihat berpura-pura tegar saat lengah kurebut kembali selebaran

milikku kumasukkan kembali ke tas.

"Sip"

Aku meninggalkan gadis itu tanpa

sepatah kata aku menuju tempat pendaftaran peserta didik baru setelah selesai

dengan hal yang kurang berguna itu aku melihat guru yang kutabrak masuk ke

kelas yang sama tadi kutinggalkan.

"Apa karena dia alasan gadis itu

menghalangiku? bisa saja"

Aku mengintip dari celah di tengah pintu

mendengar percakapan keduanya.

"Maaf aku gagal"

"Kau tidak pantas jadi murid di sini

akan kuhilangkan namamu dari daftar murid"

"Tolong aku mau sekolah di sini"

"Dasar tidak berguna! percuma memberi

kesempatan untuk menjadi murid di sini tapi kau sia-sia"

Saat guru itu mulai berteriak kepada

gadis rambut abu-abu itu aku membuka pintu dan bertepuk tangan perlahan.

"Hanya karena aku tidak sengaja

menumpahkan kopi di bajumu kau mau menggagalkanku mendaftar di sini bahkan

sampai menyuruh gadis tak bersalah untuk melakukannya"

"Aku guru di sini! Bebas berbuat

sesuka"

"Ya ampun"

"Kalau begitu maafkan aku"

"Aku sudah minta maaf jadi bisa

tinggalkan dia"

"Mana mau aku bisa akan mencoret nama

kalian dari daftar murid baru mwahaha"

"Dapat"

Aku menghentikan rekaman suara dari

handphoneku.

"Mustahil sejak kapan kau"

"Sejak aku masuk ke sini sudah curiga

dengan dirimu jadi untuk jaga-jaga aku merekam percakapan kita berdua"

"Aku bisa saja melapor ke kepala

sekokah jika aku mau membuatmu bisa dipecat"

"Kau tidak usah bercanda!"

"Kuberi satu pertanyaan mudah di atas

ilmu ada apa?"

"Uang tentu saja"

"Salah"

"Jawabannya adab"

"Sekolah di sini sangat ketat

terhadap adab tentu saja jika ada yang tahu kelakuan guru sepertimu mestinya

akan langsung memecatmu"

"Minta maaf padanya dan kuhapus

rekamannya"

Guru itu menghadap ke gadis rambut

abu-abu.

"Maafkan aku"

Gadis itu hanya mengangguk lalu

meninggalkan kita berdua aku jalan perlahan dan saat kulewati gerbang sekolah

gadis itu sudah tidak ada

Keesokan harinya.

Kelasku sendiri terletak di lantai

dua sehingga bisa melihat sekeliling sekolah menaiki tangga yang penuh dengan

kata-kata motivasi di setiap anak tangganya seperti.

"Jadilah versi terbaik dirimu

sendiri"

"Buku adalah teman saat sendiri"

"Jangan bandingkan dirimu dengan

orang lain"

"Buku adalah temanmu"

"Usaha tidak menghianati hasil"

Yah itu tidak membuatku termotivasi

sama sekali itu hanya kata-kata yang menurutku hanya omong kosong karena diri

kita sendiri tergantung usaha kita sendiri.

saat sudah masuk ke kelas saat ini

aku duduk di belakang tepatnya larik nomor 2 di dekat tembok itu adalah tempat

favoritku.

Datanglah 2 pengurus OSIS yah bisa

dibilang itu tugas mereka untuk memperkenalkan sekolah kepada murid baru ,Aku

menatap keduanya dengan biasa saja

karena aku tahu mereka pasti akan menggoda peserta baru untuk ikut osis mereka

mengenalkan diri mereka saat masuk kelas sembari memberikan ucapan selamat dan

salam.

"Halo teman-teman semua perkenalkan

kami dari pengurus osis akan membimbing kegiatan hari ini tolong diperhatikan

yah ,Namaku Adit salam kenal"

Dia laki-laki berbadan besar tapi

tidak gemuk tingginya sekitar 170 Cm dia benar-benar orang yang tinggi memakai

jam tangan di tangan kiri lalu memakai jas berwarna hitam ada logo OSIS lengan

kirinya dan kartu nama di dadanya.

"Halo adik-adik semua perkenalkan

nama mba Lia Salam kenal"

Dia perempuan memakai setelan yang

sama dengan laki-laki yang bernama adit itu saat mereka di depan kelas

menjelaskan tingginya sepundak Adit mereka.

"Salam kenal Mas dan Mba"

Semua siswa mengatakan hal yang sama.

Setelah beberapa kali aku

memperhatikan mereka tampak kebingungan bisa dilihat mereka menyembunyikan

tangan yang gemetar aku bisa melihatnya karena aku di pojok beberapa saat

mereka memberikan arahan untuk perkenalkan diri.

"Baik teman-teman semua bagaimana

jika kita berkenalan satu sama lain ada pepatah tak kenal maka tak sayang"

Aku berusaha menahan tawa saat

mendengar hal itu di dalam hatiku aku berbicara pada diriku sendiri.

"Mereka pasti bercanda Apa-apaan kata-kata

tak kenal maka tak sayang mereka pasti tukang perayu adik kelas ada-ada saja"

Adit melihat ekspresiku menahan tawa

dia menuju ke arahku.

"Adik apakah ada hal lucu?"

"Tidak ada aku cuma menahan

mengantuk"

Aku berbohong.

"Bagaimana jika kamu memperkenalkan

dirimu ke depan mungkin bisa membuatmu tidak mengantuk lagi"

Aku terpaksa maju ke depan papan

tulis di tengah siswa dan siswi lainnya.

"Halo teman-teman semua namaku Nafchi

umurku 16 tahun umm semoga kita bisa berteman baik "

Itu adalah kesan pertama yang buruk

untuk perkenalan tapi aku tidak terlalu memikirkannya ,Aku kembali lagi ke

bangku ku dan duduk diam sembari melihat siswa lain memperkenalkan diri.

Kedua OSIS itu mengoceh terus-terus

an tentang sejarah sekolah ini itu jujur saja itu membuatku mengantuk aku hanya

ingin bersekolah di sini tanpa kusadari waktunya pulang ke rumah ternyata hari

masih siang jadwal pulang yang ditetapkan selama 2 hari ke depan ini adalah

siang hari.

Aku bergegas mengambil tas yang kuletakkan

samping kursiku karena aku bersemangat untuk tidur aku tergesa-gesa keluar

pintu kelas tanpa sengaja menabrak seorang gadis di depan pintu kelas namanya

Elaina dia perempuan memakai seragam sekolah yang sama denganku di tasnya ada

tulisan namanya sendiri.

Di kepalanya memakai kacamata dia

tidak begitu tinggi kira-kira 160cm rambutnya panjang abu-abu ada yang dikepang

di sebelah kanan sebagian lalu membiarkannya terurai di sisi kirinya diikat di

ujung.

Aku membuatnya terjatuh ke lantai aku

melambaikan tangan padanya membantunya untuk berdiri.

"Hei apakah kamu tidak apa-apa? Maaf

ya aku sedang buru-buru"

"Iya aku tidak apa-apa ,Apakah Kamu

Nafchi?"

Dia tersenyum padaku.

"Iya aku Nafchi siapa namamu?"

Aku bukanlah tipe laki-laki yang

menghafal nama perempuan lain karena itu terkesan aneh bagiku itu menurutku

kita semua punya pendapat jadi terserah.

"Elaina"

"Yah sampai jumpa lagi Elaina"

Saat kudengar nama dan melihat

penampilannya aku terpikirkan seseorang yang sama dan dulu kukenal.

"Apa kita pernah saling bertemu

sebelumnya?"

"Hmmmm"

Elaina melipat kedua tangannya.

"Tidak"

"Oh begitu ya"

"Tunggu"

"Kau orang yang menjebakku di hari

pertama pendaftaran"

"Ya benar itu aku jadi? Aku sudah

melupakan kejadian"

"Tidak kusangka kita sekelas"

"kalau begitu dah"

"Ya dah"

Setelah membantu Elaina berdiri

kembali aku melanjutkan langkah kakiku menuruni tangga menuju gerbang keluar

sekolah pulang ke rumahku bisa dibilang Elaina adalah orang pertama yang

kukenal.

Keesokan Harinya.

Aku terbangun di pagi hari dalam

keadaan malas aku dan mengantuk sehingga mataku terlihat merah namun itu normal

menurutku Memulai sarapan mandi menyiapkan buku berganti pakaian berjalan

menuju sekolah.

Saat berjalan ke sekolah aku melihat

seorang gadis sedang membungkuk di jalan mencari sesuatu kebetulan dia memakai

seragam yang sama denganku jadi aku menghampirinya.

"Permisi adakah yang bisa aku bantu?"

Dia terdiam terus melanjutkan mencari

barang di pinggir jalan.

Aku bicara pada diriku sendiri.

"Ya sudahlah jika dia mengabaikanku

aku tidak bermaksud mendekatinya apalagi jatuh cinta"

Memasang ekspresi datar meninggalkan

gadis itu di pinggir jalan beberapa saat setelah melangkah tidak jauh dari

gadis tersebut aku melihat jam di handphoneku sudah mendekati waktu masuk

sekolah.

Menoleh ke gadis itu dan berbicara

lagi pada diriku sendiri.

"Mungkin aku harus membantunya"

Menghela nafas.

Aku kembali ke tempat pinggir jalan

tadi aku melihat dia mengusap ngusap dan meraba raba jalan mencari sesuatu aku

pun ikut berjongkok di sebelahnya ikut mencari barang itu tanpa tanya apa yang

dicari setelah kusadari ada kacamata di sebelah kanan gadis itu aku

mengambilnya.

"Apakah ini kacamata milikmu?"

Gadis itu menoleh padaku tanpa bicara

apa pun dia mengambil kacamatanya.

"Wah benar ini kacamataku Terima

kasih Nafchi"

Dia tersenyum padaku.

Aku merasa pernah bertemu dia

sebelumnya tapi di mana mengingat beberapa saat gadis itu pun memakai

kacamatanya aku teringat dia adalah Elaina.

"Um sama-sama Elaina"

"Nafchi apakah kamu mau berjalan

bersama ke sekolah bersamaku?"

Aku kaget mendengar hal itu karena

selama ini belum ada perempuan yang berangkat berjalan bersamaku meskipun kita

sama-sama murid baru tapi ini adalah hal baru dalam hidupku.

"Tentu saja Elaina"

Kita bersebelahan berjalan ke sekolah

aku canggung ketika dia berjalan di sebelahku karena aku jarang sekali

berkomunikasi dengan perempuan kecuali ibuku aku menutup mulutku dan diam saat

berjalan bersamanya.

Elaina juga ikut diam ketika berjalan

bersamaku ,Kurasa itu normal bagi siswa baru apalagi laki-laki dan perempuan

teman sekelas baru kita sampai ke sekolahan dan duduk di bangku masing-masing.

Pengurus OSIS yang kemarin masuk lagi

ke kelasku.

"Halo teman-teman semua sudah siap

untuk hari ini"

Bersemangat dan tersenyum.

Aku sendiri tahu itu hanya untuk

formalitas saja dan pasti di hatinya gugup dan ingin segera pulang ke rumah.

"Kami semua siap"

"Baiklah di hari kedua hari ini teman-teman

mas dan mba akan mengajak kalian berkeliling sekolah dari gerbang pintu masuk

sampai pojok sekolah"

Aku pun mengikuti arahan kedua OSIS

itu dan berbaur dengan siswa laki-laki lainnya dan aku mendapatkan teman berkenalan

dengan mereka di sepanjang jalan kita mengelilingi sekolah OSIS menunjukkan

berbagai bangunan kepada ku seperti kelas tahun ke tiga dan kelas tahun ke dua,

perpustakaan ruang guru ruang tari ruang tata usaha ,UKS Ruang BK lalu kembali

ke kelas lagi saat tiba dikelas itu adalah waktu istirahat aku mengambil buku

dan menjadikannya kipas aku mengambil bekalku dari tas yang kusiapkan seniatku

saja hanya telur mata sapi nasi dan mi memakan di bangkuku sendiri hingga habis

lalu meminum air botol yang kubawa dari rumah.

Aku mencoba interaksi dengan teman

baruku duduk bersebelahan membentuk lingkaran namanya adalah Awlan dan

Izzan kita semua berjabat tangan satu

sama lain dan saling menyebutkan nama satu per satu bertukar nomer kontak .

Awlan memulai percakapan.

"Semoga kita menjadi teman yang baik

sampai kapanpun"

Semua laki-laki pun ikut

menanggapinya.

"Yah itu benar!"

Semua laki-laki tertawa bersama.

Salah satu Gadis menemui kita namanya

Nai.

"Hei bisakah kalian tidak seperti

anak kecil!?"

Sambil membentak.

Izzan pun menjawab.

"Apakah di sekolah ini ada peraturan

dilarang tertawa? benar kan teman teman"

Serentak kami para laki-laki

menertawakan gadis itu yang menegur kami tertawa.

"HEMPH"

Dia kembali ke gerombolan gadis lain.

Waktu istirahat habis OSIS kembali

masuk ke kelasku.

"Sekarang adalah sesi tanya jawab

apakah ada yang ingin bertanya?"

Aku terdiam mendengar hal itu dan

tidak memedulikannya memalingkan pandanganku ke luar jendela.

Lia melihatku tidak memperhatikan apa

yang dijelaskan di depan menegurku.

"Apakah ada yang lebih penting dari

sekolah Nafchi? perhatikan ke depan ya"

"Yah baiklah"

Aku berusaha fokus ke depan tidak ada

satu pun yang bertanya dalam sesi bertanya itu osis pun memberikan kita arahan.

"Sekarang teman-teman mas dan mba

akan membagikan soal tentang sekolahan yang tadi jelaskan mulai dari sejarah

sekolahan dan lokasi ruangan sekolahan buatlah kelompok 1 orang laki-laki dan

perempuan"

Aku kaget ketika kedua osis itu

bilang buatlah kelompok satu laki dan satu perempuan sejauh ini aku hanya kenal.

Elaina dan dia terkenal di kelas

mungkin dia dapat dengan cepat mendapat teman satu kelompok Aku hanya duduk

menatap meja dan melihat orang lain sudah mendapat kelompok.

Seseorang memanggil namaku.

"Nafchi sini membentuk kelompok

bersamaku"

Aku menoleh padanya ternyata Elaina.

"Baiklah aku ke sana"

Aku menuju bangku Elaina yang di

paling ujung sebelah kiri duduk bersebelahan dengan Elaina osis memberikan

selebaran soal ke seluruh siswa termasuk aku saat mengambil selembar kertas

dari osis tanganku dan Elaina bersentuhan saat mengambilnya dengan cepat aku

melepaskan tangannya.

"Maaf Elaina aku bermaksud untuk

melakukannya"

"Apa-apaan kau ini menjijikkan"

Seketika membuatku canggung dan tidak

nyaman aku hanya melihat dia mengejarkan soal tersebut sendiri setelah selesai OSIS

menarik lembar soal tersebut dan mengumumkan nilai ke depan.

"Selamat kepada Nafchi dan Elaina

silakan maju ke depan"

Aku pun berjalan dan maju ke depan

bersama Elaina kami diberi sertifikat murid teraktif dalam kelas setelah itu

aku melangkahkan kakiku ke bangku kembali tapi Adit memegang tanganku.

"Sebentar Nafchi kami akan

mendokumentasi kan ini untuk kepentingan organisasi"

Menghela nafas.

Aku diatur oleh kedua OSIS itu aku

dan Elaina berfoto bersamaan sembari memegang sertifikat yang mungkin bisa

kupamerkan ke tetanggaku satelah beberapa foto kami diizinkan kembali ke bangku

masing-masing .

"Selamat buat teman-teman semua

kalian telah melaksanakan kegiatan pengenalan sekolah dengan baik mulai besok

kalian akan mulai bertemu guru dan belajar menuntut ilmu disini Kami berdua

pamit Sampai jumpa lagi yaa"

Kedua OSIS itu pun pergi meninggalkan

kelas bel pulang berbunyi aku melihat luar dari jendela hujan besar melanda

untungnya aku membawa payung siswa lain pun meninggalkan ruangan termasuk aku

saat di depan kelas aku berhenti berjalan melihat Elaina terdiam di bangkunya

sendiri melihat langit yang sedang hujan deras berjalan menuju Elaina karena

aku merasa tidak enak padanya karena tidak sengaja menyentuh tangannya

kuputuskan untuk memberikan payung kepadanya.

"Elaina kenapa kamu hanya diam tidak

pulang?"

"Hemph bukan urusanmu"

Dia terlihat marah.

Menghela nafas.

"Kalo begitu ini pulanglah"

Aku memberi payung.

"Eh kenapa?"

"Jujur saja aku tidak merasa enak

padamu saat tidak sengaja menyentuh tanganmu jadi kuputuskan untuk memberi

payung ini padamu"

"Apa kau sedang merayuku Hah!"

"Yasudah kalo tidak mau lebih baik

kupakai sendiri Wleee mana sudi aku suka pada gadis kaya kamu"

"Mana sudi aku mau Cinta sama laki-laki

kaya kamu hemph payah"

Aku melangkahkan kakiku menjauh dari

bangku Elaina menetap dia dari pintu kelas dia tampak kebingungan dan

kedinginan kemudian aku memutuskan kembali menawarkannya bantuan kembali.

"Nih Ambillah"

Elaina diam diam mengambil payungku.

"Kok main diam-diam ambil gitu"

"Kamu jadi gak si pinjamankan payungnya

ke aku"

"Huh!"

Elaina memalingkan wajahnya dan

pipinya membesar.

"Katanya tadi gak butuh kok sekarang

maksa"

Aku melepaskan genggaman tanganku

dari payung memberikan ke Elaina.

"Nah gitu dong jangan pelit"

Kami turun ke tangga dan menuju gerbang keluar

sekolah Elaina pun memakai payungku dan berjalan sendiri setelah beberapa

langkah dia berbalik.

"Terima kasih Nafchi"

Dengan suara halus dan pipi memerah.

Aku kaget melihat pergantian sifat

itu dengan cepat setelah dia tadi membentakku sekarang menjadi seperti bidadari

pipiku ikut memerah saat itu.

"Sama-sama Elaina"

Eaina pergi duluan ke rumahnya dengan

membawa payungku aku menunggu hujan sedikit reda beberapa jam setelah sedikit

reda aku berlari menuju rumahku mandi dan berganti pakaian aku melihat hari

mulai malam saat aku baringkan tubuhku di kasur aku membayangkan ekspresi

Elaina yang kulihat tadi sore itu membuatku tersipu dan sulit untuk tidur aku

hanya tidur 4 jam hari itu.

"Arghh kenapa aku terus terusan

mengingat kejadian itu"

Saat Elaina sampai di rumahnya dia

tidak meletakan payungku ke tempat penyimpanan payung dia membawanya ke tempat

tidurnya dan menggenggamnya.

"Apa-apaan laki-laki itu bisa bisanya

dia berperilaku kasar padaku"

Elaina Tersipu

Elaina

menutupi kedua mukanya dengan selimut dan beberapa kali memukul bantal sambil

telungkup kemudian dia tertidur

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku