Nafchi dia adalah seorang siswa SMA biasa di masa lalu dia bertemu dengan gadis berambut abu-abu yang satu kelas saat masih di SMP namun karena suatu keadaan internal mereka berpisah dan bertemu lagi di masa SMA, Gadis tersebut kini tidak mengenalinya akankah usaha Nafchi untuk kembali mengingatkan kembali ingatanya berhasil?
Sipakah dia pria memakai seragam osis
putih dan celana abu-abu sedang menuju ke kelas sambil membawa tas berwarna
hitam bersepatu hitam.
Ya benar itu adalah aku, namaku
Nafchi saat ini aku ingin mendaftar di SMA umurku kurang lebih 16 tahun sekolah
itu begitu besar mempunyai gerbang masuk dengan besi di sebelahnya ada pos
satpam jika kau maju ke depan menengok ke kiri akan menemui GOR itu adalah
ruangan tertutup untuk berolahraga Menengok ke arah sebaliknya di situ ada
lapangan besar untuk melakukan berbagai kegiatan seperti upacara lomba-lomba
dan lainnya.
"Sebelum cerita ini dimulai aku
bukanlah karakter utama yang ingin menguasai dunia"
"Bukan juga karakter utama yang
menjelajahi lautan dan jadi raja bajak laut"
"Ceritaku ini hanyalah kehidupan SMA
biasa yang dicampur bumbu-bumbu manis yang kata mereka masa-masa SMA adalah
masa yang paling menyenangkan"
Aku berjalan di lingkungan sekolah
lalu tidak sengaja menabrak salah satu guru dan menumpahkan kopinya ke kemeja
yang ia pakai.
"Maaf aku tidak sengaja"
"Tidak-tidak aku tidak keberatan"
Guru itu meninggalkanku.
Dia bicara pada dirinya sendiri.
"Akan kubalas dasar anak baru
untungnya aku punya kekuasaan di sini jadi
kubuat dirimu tidak sempat mendaftar di sini"
berhenti sejenak di lobi mengecek
peta di handphone di mana kelasku karena aku murid baru di sini menengok ke
kanan dan kiri.
"Harusnya ke kanan? Eh bukan kiri
mungkin"
Seorang gadis berambut abu-abu dia
memakai kacamata menghampiriku.
"Kemarilah kutunjukkan tempat
pendaftaran padamu"
"Oke aku ikut"
Aku mengikuti gadis itu sampai kita
tiba di sebuah pohon lalu.
"Jrettt"
Aku menginjak jebakan yang entah
siapa yang memasang tapi perasaanku mengatakan gadis itulah yang memasang dia
membuatku terbalik tasku jatuh ke tanah lalu lembaran-lembaran untuk mendaftar
dia mengambilnya.
"Hey apa maksudmu"
"Maaf aku terpaksa agar aku bisa
menjadi siswa di SMA ini"
"Lepaskan woy"
Gadis abu-abu itu menghiraukan lalu
menjauh dan membawa lembaran milikku untuk mendaftar.
Aku melirik ke kanan dan kiri.
"Sip tidak ada yang melihat"
Aku mengangkat badanku dan meraih
tali yang mengikat kaki kananku setelah berhasil lepas merangkul kembali tasku
mencari gadis abu-abu itu.
"Di mana dia?"
"Aku melihatnya"
Aku melihat gadis rambut abu-abu itu
masuk ke kelas menghampiri dan mendobrak pintunya dan ternyata tidak kunci
spontan aku terpeleset di depannya.
"Sakit"
Dia hanya menatapku.
"Kembalikan"
"Tidak"
"Kenapa kau lakukan ini?"
"Maaf aku terpaksa ini karena aku
harus bisa menjadi murid di sini"
"Aku juga"
Aku berjalan perlahan mendekat ke
gadis itu dia terlihat berpura-pura tegar saat lengah kurebut kembali selebaran
milikku kumasukkan kembali ke tas.
"Sip"
Aku meninggalkan gadis itu tanpa
sepatah kata aku menuju tempat pendaftaran peserta didik baru setelah selesai
dengan hal yang kurang berguna itu aku melihat guru yang kutabrak masuk ke
kelas yang sama tadi kutinggalkan.
"Apa karena dia alasan gadis itu
menghalangiku? bisa saja"
Aku mengintip dari celah di tengah pintu
mendengar percakapan keduanya.
"Maaf aku gagal"
"Kau tidak pantas jadi murid di sini
akan kuhilangkan namamu dari daftar murid"
"Tolong aku mau sekolah di sini"
"Dasar tidak berguna! percuma memberi
kesempatan untuk menjadi murid di sini tapi kau sia-sia"
Saat guru itu mulai berteriak kepada
gadis rambut abu-abu itu aku membuka pintu dan bertepuk tangan perlahan.
"Hanya karena aku tidak sengaja
menumpahkan kopi di bajumu kau mau menggagalkanku mendaftar di sini bahkan
sampai menyuruh gadis tak bersalah untuk melakukannya"
"Aku guru di sini! Bebas berbuat
sesuka"
"Ya ampun"
"Kalau begitu maafkan aku"
"Aku sudah minta maaf jadi bisa
tinggalkan dia"
"Mana mau aku bisa akan mencoret nama
kalian dari daftar murid baru mwahaha"
"Dapat"
Aku menghentikan rekaman suara dari
handphoneku.
"Mustahil sejak kapan kau"
"Sejak aku masuk ke sini sudah curiga
dengan dirimu jadi untuk jaga-jaga aku merekam percakapan kita berdua"
"Aku bisa saja melapor ke kepala
sekokah jika aku mau membuatmu bisa dipecat"
"Kau tidak usah bercanda!"
"Kuberi satu pertanyaan mudah di atas
ilmu ada apa?"
"Uang tentu saja"
"Salah"
"Jawabannya adab"
"Sekolah di sini sangat ketat
terhadap adab tentu saja jika ada yang tahu kelakuan guru sepertimu mestinya
akan langsung memecatmu"
"Minta maaf padanya dan kuhapus
rekamannya"
Guru itu menghadap ke gadis rambut
abu-abu.
"Maafkan aku"
Gadis itu hanya mengangguk lalu
meninggalkan kita berdua aku jalan perlahan dan saat kulewati gerbang sekolah
gadis itu sudah tidak ada
Keesokan harinya.
Kelasku sendiri terletak di lantai
dua sehingga bisa melihat sekeliling sekolah menaiki tangga yang penuh dengan
kata-kata motivasi di setiap anak tangganya seperti.
"Jadilah versi terbaik dirimu
sendiri"
"Buku adalah teman saat sendiri"
"Jangan bandingkan dirimu dengan
orang lain"
"Buku adalah temanmu"
"Usaha tidak menghianati hasil"
Yah itu tidak membuatku termotivasi
sama sekali itu hanya kata-kata yang menurutku hanya omong kosong karena diri
kita sendiri tergantung usaha kita sendiri.
saat sudah masuk ke kelas saat ini
aku duduk di belakang tepatnya larik nomor 2 di dekat tembok itu adalah tempat
favoritku.
Datanglah 2 pengurus OSIS yah bisa
dibilang itu tugas mereka untuk memperkenalkan sekolah kepada murid baru ,Aku
menatap keduanya dengan biasa saja
karena aku tahu mereka pasti akan menggoda peserta baru untuk ikut osis mereka
mengenalkan diri mereka saat masuk kelas sembari memberikan ucapan selamat dan
salam.
"Halo teman-teman semua perkenalkan
kami dari pengurus osis akan membimbing kegiatan hari ini tolong diperhatikan
yah ,Namaku Adit salam kenal"
Dia laki-laki berbadan besar tapi
tidak gemuk tingginya sekitar 170 Cm dia benar-benar orang yang tinggi memakai
jam tangan di tangan kiri lalu memakai jas berwarna hitam ada logo OSIS lengan
kirinya dan kartu nama di dadanya.
"Halo adik-adik semua perkenalkan
nama mba Lia Salam kenal"
Dia perempuan memakai setelan yang
sama dengan laki-laki yang bernama adit itu saat mereka di depan kelas
menjelaskan tingginya sepundak Adit mereka.
"Salam kenal Mas dan Mba"
Semua siswa mengatakan hal yang sama.
Setelah beberapa kali aku
memperhatikan mereka tampak kebingungan bisa dilihat mereka menyembunyikan
tangan yang gemetar aku bisa melihatnya karena aku di pojok beberapa saat
mereka memberikan arahan untuk perkenalkan diri.
"Baik teman-teman semua bagaimana
jika kita berkenalan satu sama lain ada pepatah tak kenal maka tak sayang"
Aku berusaha menahan tawa saat
mendengar hal itu di dalam hatiku aku berbicara pada diriku sendiri.
"Mereka pasti bercanda Apa-apaan kata-kata
tak kenal maka tak sayang mereka pasti tukang perayu adik kelas ada-ada saja"
Adit melihat ekspresiku menahan tawa
dia menuju ke arahku.
"Adik apakah ada hal lucu?"
"Tidak ada aku cuma menahan
mengantuk"
Aku berbohong.
"Bagaimana jika kamu memperkenalkan
dirimu ke depan mungkin bisa membuatmu tidak mengantuk lagi"
Aku terpaksa maju ke depan papan
tulis di tengah siswa dan siswi lainnya.
"Halo teman-teman semua namaku Nafchi
umurku 16 tahun umm semoga kita bisa berteman baik "
Itu adalah kesan pertama yang buruk
untuk perkenalan tapi aku tidak terlalu memikirkannya ,Aku kembali lagi ke
bangku ku dan duduk diam sembari melihat siswa lain memperkenalkan diri.
Kedua OSIS itu mengoceh terus-terus
an tentang sejarah sekolah ini itu jujur saja itu membuatku mengantuk aku hanya
ingin bersekolah di sini tanpa kusadari waktunya pulang ke rumah ternyata hari
masih siang jadwal pulang yang ditetapkan selama 2 hari ke depan ini adalah
siang hari.
Aku bergegas mengambil tas yang kuletakkan
samping kursiku karena aku bersemangat untuk tidur aku tergesa-gesa keluar
pintu kelas tanpa sengaja menabrak seorang gadis di depan pintu kelas namanya
Elaina dia perempuan memakai seragam sekolah yang sama denganku di tasnya ada
tulisan namanya sendiri.
Di kepalanya memakai kacamata dia
tidak begitu tinggi kira-kira 160cm rambutnya panjang abu-abu ada yang dikepang
di sebelah kanan sebagian lalu membiarkannya terurai di sisi kirinya diikat di
ujung.
Aku membuatnya terjatuh ke lantai aku
melambaikan tangan padanya membantunya untuk berdiri.
"Hei apakah kamu tidak apa-apa? Maaf
ya aku sedang buru-buru"
"Iya aku tidak apa-apa ,Apakah Kamu
Nafchi?"
Dia tersenyum padaku.
"Iya aku Nafchi siapa namamu?"
Aku bukanlah tipe laki-laki yang
menghafal nama perempuan lain karena itu terkesan aneh bagiku itu menurutku
kita semua punya pendapat jadi terserah.
"Elaina"
"Yah sampai jumpa lagi Elaina"
Saat kudengar nama dan melihat
penampilannya aku terpikirkan seseorang yang sama dan dulu kukenal.
"Apa kita pernah saling bertemu
sebelumnya?"
"Hmmmm"
Elaina melipat kedua tangannya.
"Tidak"
"Oh begitu ya"
"Tunggu"
"Kau orang yang menjebakku di hari
pertama pendaftaran"
"Ya benar itu aku jadi? Aku sudah
melupakan kejadian"
"Tidak kusangka kita sekelas"
"kalau begitu dah"
"Ya dah"
Setelah membantu Elaina berdiri
kembali aku melanjutkan langkah kakiku menuruni tangga menuju gerbang keluar
sekolah pulang ke rumahku bisa dibilang Elaina adalah orang pertama yang
kukenal.
Keesokan Harinya.
Aku terbangun di pagi hari dalam
keadaan malas aku dan mengantuk sehingga mataku terlihat merah namun itu normal
menurutku Memulai sarapan mandi menyiapkan buku berganti pakaian berjalan
menuju sekolah.
Saat berjalan ke sekolah aku melihat
seorang gadis sedang membungkuk di jalan mencari sesuatu kebetulan dia memakai
seragam yang sama denganku jadi aku menghampirinya.
"Permisi adakah yang bisa aku bantu?"
Dia terdiam terus melanjutkan mencari
barang di pinggir jalan.
Aku bicara pada diriku sendiri.
"Ya sudahlah jika dia mengabaikanku
aku tidak bermaksud mendekatinya apalagi jatuh cinta"
Memasang ekspresi datar meninggalkan
gadis itu di pinggir jalan beberapa saat setelah melangkah tidak jauh dari
gadis tersebut aku melihat jam di handphoneku sudah mendekati waktu masuk
sekolah.
Menoleh ke gadis itu dan berbicara
lagi pada diriku sendiri.
"Mungkin aku harus membantunya"
Menghela nafas.
Aku kembali ke tempat pinggir jalan
tadi aku melihat dia mengusap ngusap dan meraba raba jalan mencari sesuatu aku
pun ikut berjongkok di sebelahnya ikut mencari barang itu tanpa tanya apa yang
dicari setelah kusadari ada kacamata di sebelah kanan gadis itu aku
mengambilnya.
"Apakah ini kacamata milikmu?"
Gadis itu menoleh padaku tanpa bicara
apa pun dia mengambil kacamatanya.
"Wah benar ini kacamataku Terima
kasih Nafchi"
Dia tersenyum padaku.
Aku merasa pernah bertemu dia
sebelumnya tapi di mana mengingat beberapa saat gadis itu pun memakai
kacamatanya aku teringat dia adalah Elaina.
"Um sama-sama Elaina"
"Nafchi apakah kamu mau berjalan
bersama ke sekolah bersamaku?"
Aku kaget mendengar hal itu karena
selama ini belum ada perempuan yang berangkat berjalan bersamaku meskipun kita
sama-sama murid baru tapi ini adalah hal baru dalam hidupku.
"Tentu saja Elaina"
Kita bersebelahan berjalan ke sekolah
aku canggung ketika dia berjalan di sebelahku karena aku jarang sekali
berkomunikasi dengan perempuan kecuali ibuku aku menutup mulutku dan diam saat
berjalan bersamanya.
Elaina juga ikut diam ketika berjalan
bersamaku ,Kurasa itu normal bagi siswa baru apalagi laki-laki dan perempuan
teman sekelas baru kita sampai ke sekolahan dan duduk di bangku masing-masing.
Pengurus OSIS yang kemarin masuk lagi
ke kelasku.
"Halo teman-teman semua sudah siap
untuk hari ini"
Bersemangat dan tersenyum.
Aku sendiri tahu itu hanya untuk
formalitas saja dan pasti di hatinya gugup dan ingin segera pulang ke rumah.
"Kami semua siap"
"Baiklah di hari kedua hari ini teman-teman
mas dan mba akan mengajak kalian berkeliling sekolah dari gerbang pintu masuk
sampai pojok sekolah"
Aku pun mengikuti arahan kedua OSIS
itu dan berbaur dengan siswa laki-laki lainnya dan aku mendapatkan teman berkenalan
dengan mereka di sepanjang jalan kita mengelilingi sekolah OSIS menunjukkan
berbagai bangunan kepada ku seperti kelas tahun ke tiga dan kelas tahun ke dua,
perpustakaan ruang guru ruang tari ruang tata usaha ,UKS Ruang BK lalu kembali
ke kelas lagi saat tiba dikelas itu adalah waktu istirahat aku mengambil buku
dan menjadikannya kipas aku mengambil bekalku dari tas yang kusiapkan seniatku
saja hanya telur mata sapi nasi dan mi memakan di bangkuku sendiri hingga habis
lalu meminum air botol yang kubawa dari rumah.
Aku mencoba interaksi dengan teman
baruku duduk bersebelahan membentuk lingkaran namanya adalah Awlan dan
Izzan kita semua berjabat tangan satu
sama lain dan saling menyebutkan nama satu per satu bertukar nomer kontak .
Awlan memulai percakapan.
"Semoga kita menjadi teman yang baik
sampai kapanpun"
Semua laki-laki pun ikut
menanggapinya.
"Yah itu benar!"
Semua laki-laki tertawa bersama.
Salah satu Gadis menemui kita namanya
Nai.
"Hei bisakah kalian tidak seperti
anak kecil!?"
Sambil membentak.
Izzan pun menjawab.
"Apakah di sekolah ini ada peraturan
dilarang tertawa? benar kan teman teman"
Serentak kami para laki-laki
menertawakan gadis itu yang menegur kami tertawa.
"HEMPH"
Dia kembali ke gerombolan gadis lain.
Waktu istirahat habis OSIS kembali
masuk ke kelasku.
"Sekarang adalah sesi tanya jawab
apakah ada yang ingin bertanya?"
Aku terdiam mendengar hal itu dan
tidak memedulikannya memalingkan pandanganku ke luar jendela.
Lia melihatku tidak memperhatikan apa
yang dijelaskan di depan menegurku.
"Apakah ada yang lebih penting dari
sekolah Nafchi? perhatikan ke depan ya"
"Yah baiklah"
Aku berusaha fokus ke depan tidak ada
satu pun yang bertanya dalam sesi bertanya itu osis pun memberikan kita arahan.
"Sekarang teman-teman mas dan mba
akan membagikan soal tentang sekolahan yang tadi jelaskan mulai dari sejarah
sekolahan dan lokasi ruangan sekolahan buatlah kelompok 1 orang laki-laki dan
perempuan"
Aku kaget ketika kedua osis itu
bilang buatlah kelompok satu laki dan satu perempuan sejauh ini aku hanya kenal.
Elaina dan dia terkenal di kelas
mungkin dia dapat dengan cepat mendapat teman satu kelompok Aku hanya duduk
menatap meja dan melihat orang lain sudah mendapat kelompok.
Seseorang memanggil namaku.
"Nafchi sini membentuk kelompok
bersamaku"
Aku menoleh padanya ternyata Elaina.
"Baiklah aku ke sana"
Aku menuju bangku Elaina yang di
paling ujung sebelah kiri duduk bersebelahan dengan Elaina osis memberikan
selebaran soal ke seluruh siswa termasuk aku saat mengambil selembar kertas
dari osis tanganku dan Elaina bersentuhan saat mengambilnya dengan cepat aku
melepaskan tangannya.
"Maaf Elaina aku bermaksud untuk
melakukannya"
"Apa-apaan kau ini menjijikkan"
Seketika membuatku canggung dan tidak
nyaman aku hanya melihat dia mengejarkan soal tersebut sendiri setelah selesai OSIS
menarik lembar soal tersebut dan mengumumkan nilai ke depan.
"Selamat kepada Nafchi dan Elaina
silakan maju ke depan"
Aku pun berjalan dan maju ke depan
bersama Elaina kami diberi sertifikat murid teraktif dalam kelas setelah itu
aku melangkahkan kakiku ke bangku kembali tapi Adit memegang tanganku.
"Sebentar Nafchi kami akan
mendokumentasi kan ini untuk kepentingan organisasi"
Menghela nafas.
Aku diatur oleh kedua OSIS itu aku
dan Elaina berfoto bersamaan sembari memegang sertifikat yang mungkin bisa
kupamerkan ke tetanggaku satelah beberapa foto kami diizinkan kembali ke bangku
masing-masing .
"Selamat buat teman-teman semua
kalian telah melaksanakan kegiatan pengenalan sekolah dengan baik mulai besok
kalian akan mulai bertemu guru dan belajar menuntut ilmu disini Kami berdua
pamit Sampai jumpa lagi yaa"
Kedua OSIS itu pun pergi meninggalkan
kelas bel pulang berbunyi aku melihat luar dari jendela hujan besar melanda
untungnya aku membawa payung siswa lain pun meninggalkan ruangan termasuk aku
saat di depan kelas aku berhenti berjalan melihat Elaina terdiam di bangkunya
sendiri melihat langit yang sedang hujan deras berjalan menuju Elaina karena
aku merasa tidak enak padanya karena tidak sengaja menyentuh tangannya
kuputuskan untuk memberikan payung kepadanya.
"Elaina kenapa kamu hanya diam tidak
pulang?"
"Hemph bukan urusanmu"
Dia terlihat marah.
Menghela nafas.
"Kalo begitu ini pulanglah"
Aku memberi payung.
"Eh kenapa?"
"Jujur saja aku tidak merasa enak
padamu saat tidak sengaja menyentuh tanganmu jadi kuputuskan untuk memberi
payung ini padamu"
"Apa kau sedang merayuku Hah!"
"Yasudah kalo tidak mau lebih baik
kupakai sendiri Wleee mana sudi aku suka pada gadis kaya kamu"
"Mana sudi aku mau Cinta sama laki-laki
kaya kamu hemph payah"
Aku melangkahkan kakiku menjauh dari
bangku Elaina menetap dia dari pintu kelas dia tampak kebingungan dan
kedinginan kemudian aku memutuskan kembali menawarkannya bantuan kembali.
"Nih Ambillah"
Elaina diam diam mengambil payungku.
"Kok main diam-diam ambil gitu"
"Kamu jadi gak si pinjamankan payungnya
ke aku"
"Huh!"
Elaina memalingkan wajahnya dan
pipinya membesar.
"Katanya tadi gak butuh kok sekarang
maksa"
Aku melepaskan genggaman tanganku
dari payung memberikan ke Elaina.
"Nah gitu dong jangan pelit"
Kami turun ke tangga dan menuju gerbang keluar
sekolah Elaina pun memakai payungku dan berjalan sendiri setelah beberapa
langkah dia berbalik.
"Terima kasih Nafchi"
Dengan suara halus dan pipi memerah.
Aku kaget melihat pergantian sifat
itu dengan cepat setelah dia tadi membentakku sekarang menjadi seperti bidadari
pipiku ikut memerah saat itu.
"Sama-sama Elaina"
Eaina pergi duluan ke rumahnya dengan
membawa payungku aku menunggu hujan sedikit reda beberapa jam setelah sedikit
reda aku berlari menuju rumahku mandi dan berganti pakaian aku melihat hari
mulai malam saat aku baringkan tubuhku di kasur aku membayangkan ekspresi
Elaina yang kulihat tadi sore itu membuatku tersipu dan sulit untuk tidur aku
hanya tidur 4 jam hari itu.
"Arghh kenapa aku terus terusan
mengingat kejadian itu"
Saat Elaina sampai di rumahnya dia
tidak meletakan payungku ke tempat penyimpanan payung dia membawanya ke tempat
tidurnya dan menggenggamnya.
"Apa-apaan laki-laki itu bisa bisanya
dia berperilaku kasar padaku"
Elaina Tersipu
Elaina
menutupi kedua mukanya dengan selimut dan beberapa kali memukul bantal sambil
telungkup kemudian dia tertidur
Bab 1 Pertemuan di masa depan
24/08/2024
Bab 2 Kedatangan orang baru
24/08/2024
Bab 3 Berbohong untuk kebaikan
24/08/2024
Bab 4 Ke taman bermain bersama gadis kacamata
24/08/2024
Bab 5 Tumbuh kepercayaan
24/08/2024
Bab 6 Awal muka akar permasalahan
24/08/2024
Bab 7 Permintaan maaf
24/08/2024
Bab 8 Perebutan kacamata di antara kita
25/08/2024
Bab 9 Pertemuan di masa lalu
25/08/2024
Bab 10 Seseorang yang mencurigakan
25/08/2024
Bab 11 Gadis abu-abu tanpa kacamata
06/09/2024
Bab 12 Belanja bersama gadis abu-abu
06/09/2024
Bab 13 Sesuatu yang tidak terduga
06/09/2024
Bab 14 Sebuah ke khawatiran
06/09/2024
Bab 15 Gadis abu-abu dan penampilan baru
07/09/2024
Bab 16 Merayakan ulang tahun gadis abu-abu
07/09/2024