"Memilikimu adalah impianku sejak pertama kali bertemu denganmu," ucap Enrico "Hidupku selalu penuh dengan kejutan yang tidak terduga sama sekali," tutur Caca Seorang pria bernama Enrico Orlando seorang CEO dari sebuah perusahaan raksasa di dunia yang bergerak dalam semua aspek serta pemimpin mafia terbesar dan ditakuti oleh banyak mafia lainnya dan selalu menjauh jika beradu pandang ataupun berselisih. Enrico dibantu oleh Alessandro Alfredo asisten pribadi yang merupakan orang kepercayaan yang sudah lama ikut dengan dirinya sejak lama. Callista Balqis Maharani seorang wanita cerdas dan berprestasi. Saat ini sedang melakukan magang yang merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa dari setiap fakultas kedokteran. Terlebih lagi Callista atau lebih dikenal oleh orang dipanggil dengan nama Caca dari fakultas kedokteran jurusan Kedokteran dan Ilmu Bedah. Hidupnya penuh dengan kejutan. Bagaimana mereka bisa bertemu dan juga bersatu serta jalan cerita cinta mereka masing-masing sebelum bertemu?
Di pusat kota yang sedang sibuk musim salju baru saja turun membuat tumpukan es. Beberapa tempat yang ada danaunya pun mulai tertutup oleh butiran salju yang turun. Sebuah klub G yang terkenal di kota Roma, Italia dengan segala fasilitas yang mewah dan juga elegan. Orang-orang yang datang bukanlah dari kalangan biasa akan tetapi dari kalangan atas dan bukan orang sembarangan. Suara dentuman musik memekakkan telinga di lantai dansa. Para wanita yang datang pun berpakaian mewah serta seksi memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya.
Mereka meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang menggema di ruangan tersebut. Para pria hidung belang yang memang kurang sentuhan atau hanya sekedar untuk bersenang-senang saja mulai mencari mangsa untuk mereka ajak one night stand jika memang wanita tersebut adalah pengunjung klub disana. Bagi yang sudah biasa datang dan akrab akan tempat ini bisa membedakan mana wanita yang datang sebagai tamu dengan wanita yang menawarkan service bagi pria-pria yang membutuhkan kehangatan di atas ranjang.
Mereka bisa check-in di kamar yang sudah disediakan oleh pihak manajemen klub G dengan berbagai macam kelas bagaikan di hotel lima. Ada yang kelas biasa sampai yang sangat privasi dengan catatan harga kamar setiap kelasnya berbeda-beda per malamnya.
Sementara di sebuah kamar yang sangat privasi bisa dikatakan setara jika di hotel dengan nama presidential suite. Seorang pria duduk di depan mini bar sambil memainkan gelas yang berisi wiski dengan ditemani cahaya yang sangat minim dari pencahayaan sehingga terlihat temaram.
Tok
Tok
Tok
"Masuk," ucap pria tersebut.
Ceklek
Seorang pria paruh baya masuk ke dalam kamar tersebut dengan sangat hati-hati.
"Ada apa?" setelah orang yang mengetuk pintu masuk ke dalam.
"Tuan, pesanan anda ada di luar." jawab pria paruh baya tersebut.
"Hmmmm," hanya sebuah deheman sebagai jawaban.
Pria paruh baya tersebut kembali keluar dari dalam kamar presidential suite dan mempersilahkan seorang wanita cantik dan yang berpakaian sangat ketat pada tubuhnya sehingga memperlihatkan lekuk tubuhnya yang seksi. Wanita tersebut berjalan dengan anggun ke dalam kamar tersebut dan berusaha menjangkau saklar lampu untuk menyalakan lampu kamar utama tersebut agar lebih jelas dirinya untuk melihat siapa pria yang meminta dirinya untuk memberikan kepuasan dan menghangatkan ranjang di tengah musim salju seperti sekarang ini.
"Jangan menyalakan lampunya," perintah pria tersebut melarang menekan saklar lampu.
"Tapi tuan, ini terlalu gelap. Bagaimana saya bisa melayani anda jika saya tak bisa melihat wajah anda saat ini?" jawab wanita penghibur tersebut.
"Tak perlu membantah apapun yang aku ucapkan. Lagipula aku yang akan mengambil permainan disini bukan dirimu," balas pria tersebut dengan suara dinginnya dan memberikan tekanan pada setiap kata yang meluncur dari dalam mulutnya.
Pria tersebut mulai melangkah menghampiri wanita tersebut yang diketahui bernama Rossa. Dirinya mulai mencumbu Rossa dan tangannya mulai bergerilya di seluruh tubuh milik Rossa dengan begitu hebatnya sehingga tanpa wanitanya dari jika tubuhnya sudah hampir polos dan hanya menyisakan bra serta celana dalam saja. Pria tersebut mengangkat tubuh Rissa dan membuangnya di atas tempat tidur yang berukuran king size. Pria tersebut mulai menindih tubuh Rossa dan kembali mencumbunya dengan cara sedikit kasar dan penuh akan tuntutan dan paksaan. Pria tersebut setelah mencium bibir Rossa dan mengabsen di dalam rongga mulutnya. Pria tersebut setelah puas pada bagian atas turun ke bawah dan tak lupa meninggalkan tanda disana dengan sekali gerakan pria tersebut bisa langsung melepaskan pengait bra tersebut. Pria tersebut membuangnya secara sembarangan setelah melepaskan penghalang untuk menikmati kedua bukit kembar. Pria tersebut tak menunggu lebih lama lagi untuk bermain dan melahapnya dengan sangat rakus. Setelah puas bermain pada dua benda kenyal tersebut turun kebawah, tapi sebelum melakukan penyatuannya. Pria tersebut bermain dengan lidah dan tangannya pada area intim milik Rossa.
Rossa yang mendapatkan sensasi yang tak bisa dibayangkan sebelumnya dibuat menggila akan permainan pria tersebut. Dirinya dibuat menggelinjang kesana dan kemari seperti cacing kepanasan.
"Aaakhhhhh..... Tu-an to-lo-ng jangan sik-sa sa-ya se-per-ti i-ni" ucap Rosaa dengan suara terputus-putus.
Pria tersebut tersenyum menyeringai saat mendengar perkataan Rossa. Terlebih lagi Rossa ada dibawah kendalinya sama seperti wanita-wanita yang biasa menjadi penghangat tubuhnya.
Pria tersebut mulai menggesekkan junior miliknya di seputaran area intim milik Rossa. Rossa yang diperlakukan seperti itu dibuat menggila dan bangun dari posisinya. Dirinya melakukan oral seks pada junior milik tuannya. Setelah dirasa cukup dirinya langsung memasukkan junior tersebut ke dalam miliknya secara perlahan. Rossa merasakan sedikit rasa sakit karena posisi mereka bercinta dimana sang pria tersebut dengan posisi sedang duduk di sofa. Saat dirinya membenamkan seluruh junior tersebut masuk ke dalam sarangnya, Rossa tak langsung menggerakkannya akan tetapi didiamkannya terlebih dahulu sebelum memulai permainannya. Rossa mulai menurun naikkan tubuhnya dari yang awalnya gerakan lambat hingga gerakan dengan tempo cepat tentunya. Mereka bercinta dengan berbagai gaya dan posisi serta tempat yang berpindah-pindah tentunya tergantung gaya yang akan mereka lakukan. Rossa sudah beberapa kali mendapatkan pelepasan sedangkan pria tersebut belum sama sekali.
"Tuan, lebih cepat lagi.... Saya akan keluar." ucap Rossa dengan suara yang terputus-putus
"Tahan sebentar...... Saya juga akan keluar," balas pria tersebut.
"Aaaaaakkkkkhhhhh........ " teriak mereka secara bersamaan saat sudah sampai pada puncak kenikmatannya.
Setelah bercinta pria tersebut langsung beranjak ke kamar mandi untuk bersih-bersih sedangkan Rossa karena kelelahan melayani nafsu pria itu yang begitu menggila akhirnya tertidur pulas.
"Mmmm.... Semua wanita sama saja murahan dan rela menukar tubuhnya dengan uang," ucap pria tersebut dalam hatinya saat di bawah guyuran air shower yang menerpa wajahnya.
"Sepertinya aku tidak perlu menikah jika kebutuhan biologisku bisa tersalurkan dengan begitu mudahnya. Untuk apa menikah jika tubuh mereka bisa aku beli dengan begitu mudahnya," gumam pria tersebut.
Setelah selesai mandi pria tersebut keluar dari dalam kamar mandi dan menatap ke arah atas tempat tidur. Dirinya hanya tersenyum sinis dan langsung berpakaian kembali seperti semula. Pria tersebut duduk di sofa tunggal dan meninggalkan catatan dan juga sejumlah uang yang bisa dibilang bukan jumlah yang sedikit. Pria tersebut mulai melangkah menuju pintu utama untuk meninggalkan kamar yang menjadi saksi bisu percintaan dirinya. Beberapa pria berbadan tinggi dan besar sudah berjajar rapi di luar kamar tersebut dan membungkuk hormat saat mendengar suara gagang pintu terbuka.
Ceklek
"Tuan muda, kita akan kemana selanjutnya." tanya salah satu pria yang berdiri di hadapan pintu langsung dan saat pintu terbuka langsung bertanya.
"Bereskan ini semua. Aku tak ingin ada yang melihat ataupun mendengar jika aku berada di hotel ini memanggil wanita penghibur. Aku tak ingin media ataupun masyarakat tahu akan hal tersebut. Apa kau mengerti dengan apa yang aku maksud tadi?" perintah pria tersebut dengan begitu santainya alan tetapi mempunyai banyak arti.
"Baik, tuan seperti yang anda pinta kalau begitu." balas pria yang ada di hadapan pria yang dipanggil tuan muda.
Pria tersebut selalu melakukan hal tersebut setiap kali bercinta dengan wanita baik di hotel maupun di kamar yang disewakan oleh klub malam seperti sekarang ini. Beberapa pengawal berjalan lebih dahulu untuk membuka jalan dan membuat benteng pertahanan sekaligus perisai dari orang-orang yang penasaran dengan orang yang berada di tengah-tengah seperti sekarang ini.
Ting
Suara pintu lift terbuka dan langsung masuk beberapa pria terlebih dahulu disusul oleh tuan muda yang mereka panggil tadi berada ditengah-tengah juga. Tak ada pembicaraan ataupun pembahasan sesuatu hal karena menurut mereka ini suatu hal yang tak boleh dilakukan jika berada bukan di tempat umum seperti sekarang ini.
Ting
Pintu lift terbuka saat sudah sampai di lantai basement dimana mobil-mobil sudah berjajar dengan sangat rapi. Pria yang dipanggil tuan muda langsung masuk ke dalam mobil yang berada di tengah setelah pintu bagian belakang dibukakan oleh salah satu pengawalnya.
"Tuan, apakah ada yang mengganggu pikiran anda saat ini? Apa ada yang bisa saya lakukan untuk tuan saat ini?" tanya seseorang yang duduk dibagian depan kemudi mobilnya.