Zalfa, gadis desa yang berparas cantik dan anggun. Dalam diam menyukai sahabat nya Hamid. Namun Hamid pergi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, di tanah Jawa. Untuk melupakan persaannya dengan Hamid, Zalfa pergi merantau ke ibukota, mencari pekerjaan. Bukan pekerjaan, malah Zalfa di hadapkan menikahi anak majikan nya Daffin Al-Aziz. Seorang pria angkuh, egois dan pemarah. Selain itu juga Daffin memiliki seorang kekasih, yaitu Alisa, dia seorang model terkenal. Tanpa sepengetahuan Daffin Alisa adalah simpanan sugar Daddy.
Daffin Al-Aziz, terlahir sebagai anak sultan yang penuh gelimangan harta. Tidak ada saudara yang harus membuat nya berbagi, karena ia anak tunggal. Semua kasih sayang hanya tercurah untuk dirinya seorang. Hal itu membuat kepribadian nya buruk. Egois, pemarah, dan keras kepala.
Beranjak dewasa, semua sifat buruk nya pun menjadi-jadi. Pergaulan bebas, minuman keras adalah teman setia. Seperti malam ini, dini hari baru pulang dari pesta minuman keras dengan teman-temannya di luar.
Dengan jalan yang sempoyongan ia pulang kerumah. Pintu kamar yang pertama di temukan nya adalah kamar Sang Ayah.
"Kenapa kunci dari dalam? ah mungkin ini kamar Papa. Untung saja, kalau tidak tamatlah riwayatku," celoteh Daffin meninggalkan kamar itu. Lalu ia berpindah ke kamar yang lain. Ketika ia meraih gagang pintu pun terbuka. Yakin ini adalah kamar nya, Dengan cepat ia masuk, lalu menutup pintu kembali. Ia menghempaskan tubuh di atas ranjang. Namun hal yang tidak terduga terjadi, bukan merebahkan diri di atas ranjang melainkan di atas tubuh seseorang.
"Aaaaaaa,siapa kamu?" pekik seseorang yang tidak lain adalah Zalfa, pembantu baru di rumah Tuan Aziz.
Dengan cepat Zalfa mendorong tubuh Daffin yang menghimpitnya, lalu berusaha untuk berdiri. Namun belum sepenuhnya berdiri, lelaki ini menarik tangannya sehingga Zalfa terjatuh di dalam pelukan Daffin.
"Siapa kamu? dan apa yang sedang kau lakukan di kamar ku?" tanya Daffin menyadari ada seorang gadis di dalam kamar nya.
"AAA TOLONG, TOLONG." Zalfa lebih memilih berteriak dari pada menjawab pertanyaan Daffin. Sehingga seisi rumah terjaga dan berlari menuju kamar Zalfa.
Ketika pintu kamar di buka semua orang di buat terkejut, karena posisi Daffin sedang berada di atas Zalfa.
Tiba-tiba tuan Aziz merengkuh tubuh Daffin. Tangannya gemetar karena menahan emosi. Dengan perasaan marah ia menampar Daffin sehingga Saidah ikut menjerit melihat nya.
"PA!" pekik Saidah memeluk Daffin.
"Lepaskan dia Ma!" bentak Tuan Aziz.
"Udah lah Pa, udah lah! Bawa istighfar!" anjur Saidah untuk menyadarkan Tuan Aziz.
"Astagfirullah," Tuan Aziz tersadar sambil mengusap wajahnya dan pergi berjalan menuju ruang tamu diikuti oleh semuanya.
"Apa yang kau lakukan pada gadis ini?" Mata tuan Aziz melihat kepada Daffin. Setelah semuanya duduk pada posisi masing-masing.
"Dia siapa sih? bukan aku yang salah, dia yang tidur di dalam kamarku," oceh Daffin ngawur.
"Kamu mabuk Daffin? ya Allah nak, sampai hati kamu membuat Mama mu ini sedih," keluh Saidah menyadari putra nya itu dalam keadaan mabuk dan ngelantur.
"Kapan kamu mulai selalu pulang larut seperti ini?" tanya Tuan Aziz mencoba bertenang hati.
"Baru malam ini Pa."
"Mbok tolong panggilkan security!" perintah Tuan Aziz.
"Baik, Tuan." jawab si Mbok berjalan keluar guna memanggil Sukri sang security di kediaman Tuan Aziz.
Tak berselang lama si Mbok dan Sukri tiba di ruang keluarga.
"Ada apa Tuan?" tanya Sukri cemas.
"Duduk kamu!"
"Baik, Tuan." Sukri pun duduk dengan perasaan gelisah dan takut.
"Jelaskan semuanya!" pinta Tuan Aziz marah.
"Maksud Tuan?" Sukri gugup dan berlagak tidak tahu. Namun karena tatapan tajam dari Tuan Aziz, akhirnya ia berkata jujur.
"Maaf Tuan, sebenarnya saya selalu ingin memberitahu Tuan, tapi Den Daffin melarang dan mengancam saya. Jadi saya diam saja," jelas Sukri pada akhirnya.
"Baiklah keluar!" perintah Tuan Aziz dan Sukri pun keluar dengan perasaan bersalah.
Kini tuan Aziz kembali menatap Daffin.
"Selalu kamu ku bimbing, aku didik, dan malam ini kau membuktikan kalau aku ini ayah yang buruk dan gagal mendidik anak," geram Tuan Aziz mengepalkan tangan menahan emosi.
Daffin hanya menunduk mendengar amarah sang ayah. Dan ia tidak habis pikir, siapa gadis yang di dalam kamarnya sehingga ia ketahuan malam ini. Selama ini ia selalu mabuk dan pulang larut malam, belum pernah sekalipun ketahuan. Tapi malam ini?, karena seorang gadis yang sama sekali tidak di kenal nya ia jadi ketahuan.
"Mbok, beri dia air madu! biar otaknya waras lagi," perintah Tuan Aziz meninggalkan ruang keluarga.
Si mbok membuatkan air madu dan memberikan kepada Daffin, "Silahkan diminum Den."
"Pergi lah tidur di kamar mu!" tutur Saidah kepada Daffin setelah Daffin meminum air madu itu.
"Maafkan Daffin ya Ma," sesal Daffin dan berlalu masuk ke dalam kamarnya. Namun sekilas ia melirik ke arah Zalfa hingga ia benar-benar meninggalkan tempat itu.
"Zalfa kamu tidak kenapa-napa kan?" tanya Saidah kepada Zalfa.
"Tidak, Bu." jawab Zalfa, meski ia masih shock dengan keadaan ini. Semua tungkai, tulang belulang dan sendi nya terasa gemetar dan lemah. Karena seumur hidup dia tidak pernah bersentuhan dengan lelaki, selain saudara laki-laki dan ayah nya. Namun malam ini seorang lelaki yang tidak di kenal nya masuk kedalam kamar dan menghimpit Zalfa. Sungguh pengalaman yang sangat buruk.
"Ya sudah tidur lah!, jangan lupa pintu kamarmu dikunci!" saran Saidah, berlalu dari sana.
Sementara Daffin, baru menyadari kalau yang tadi ia masuki bukanlah kamarnya alias salah kamar.
'Siapa sih wanita itu, gara-gara dia aku ketahuan, kalau dia tidak ada pasti aku masih aman saja.'batin Daffin kesal hingga akhirnya ia memutuskan untuk tidur.
********
Pagi ini, suasana di ruang makan hening tanpa suara hanya suara dentingan sendok yang bersinggung dengan piring terdengar.
Terlihat Zalfa makan satu meja makan dengan mereka. Tidak seperti pembantu lain, Zalfa seperti istimewa bagi keluarga Tuan Aziz, mungkin ini adalah rezeki untuk Zalfa.
Sesekali Daffin melirik kepada Zalfa dan masih bertanya-tanya di dalam hati siapa gadis ini, sebelum nya ia tidak pernah melihat Zalfa.
"Kamu habis ini mau kemana Fin?" tanya Saidah.
"Main kerumah teman Ma."
"Daffin hari ini kamu jangan kemana-mana!" Perintah Tuan Aziz dan di iya kan oleh Daffin.
Selesai makan, semua orang berkumpul di ruang keluarga tidak terkecuali Zalfa. Karena ia juga diminta hadir di sana. Entah mengapa begitu Zalfa sendiri pun tidak tahu jawabannya. Semua yang hadir di situ diam lengang tak bersuara, menunggu Tuan Aziz angkat bicara dan pada akhirnya.
"Jangan mengira Papa akan melepaskanmu begitu saja Daffin, tentu ada hukuman untukmu," ucap tuan Aziz melihat ke arah Daffin.
"Insyaallah Daffin siap menerima hukumannya, Pa."
"Papa, ingin kamu menikah."
"Mau Daffin begitu Pa, tapi Papa ga ngijinin aku nikah sama Alisa."
"Orang tua bodoh yang mengijinkan anaknya menikah dengan gadis seperti dia," sergah Tuan Aziz.
"Alisa gadis baik Pa, hanya penampilan luar saja yang terlihat seperti itu."
"Daffin, Daffin adakah disisi Allah perempuan dengan aurat serba terbuka itu baik, belum lagi tidak ada adab dan sopan santunnya."
Daffin mati kutu dengan ucapan sang ayah, entah apa yang harus di jawabnya bila berurusan dengan masalah pakaian, karena memang penampilan Alisa yang serba terbuka, bahkan bukan hanya serba terbuka melainkan lebih seperti tidak memakai apa-apa. Berulang kali Daffin membujuk supaya Alisa mau berhijab agar kedua orang tuanya merestui mereka. Namun Alisa selalu menolak, alasan dia selalu kata belum siap.