/0/19910/coverorgin.jpg?v=0b94ad33c6c25cace4d10e28932213a4&imageMogr2/format/webp)
Hari ini adalah jadwal kepulangan pria bertubuh sempurna tak bercela kalau kata kaum hawa sebut. Atletikus merupakan bentuk tubuh yang ideal. Ya, pria itu sudah meraih predikat untuk kesempurnaan banyak diimpikan semua kaum wanita apalagi warna mata begitu mencolok ketika orang menatap, berwarna biru.
Bentuk tubuhnya memiliki perawakan bak olahragawan, kepala dan dagu yang terangkat ke atas, dada penuh, perut rata-berkotak, dan lengkung tulang belakang dalam batas normal.
Ia sudah memutuskan kembali dalam beberapa bulan ke Indonesia. Negara itu banyak kenangan untuknya. Kenangan pahit tentu ada, kenangan indah? Entahlah. Austin O'pry masih mengingat kenangan yang membuat menjadi pribadi pemarah, hingga sikap pria melekat dengan kata 'arogan'.
Tiket khusus kelas bisnis itu masih ia tatap, tatapan sendunya menatap tiket itu. Di ruangan apartemen luas bak sebuah gedung besar mewah, Austin tersenyum arogan. Dan diruangan ini ia banyak menghabiskan waktu hanya bekerja.
Austin menatap hiruk pikuk di negara yang terkenal dengan kincir angin. Menatap dari gedung yang menjulang tinggi, mata biru semakin mencolok. Seakan memikirkan sesuatu tapi entahlah, ia masih sibuk berpikir.
Austin meraih ponsel keluaran terbarunya. Setelah menekan nomor yang di tuju, ia memasukkan tangan kanan ke saku celana jas slim ia kenakan sembari berdiri lugas.
"Aku ingin semuanya tertutup. Jangan sampai ada seorang pun yang melihat kepulanganku," ucapnya di selular dan masih memasang wajah angkuh.
"Saya sudah prepare kepulangan Tuan Muda, keamanan sudah cukup ketat setiba Tuan nanti dan untuk mobil dua jam sebelum sampai sudah menunggu."
"Kamu tidak melupakan sesuatu 'kan?!" Austin menekankan setiap kalimat tercetus dari bibir seksinya.
"Semuanya aman Tuan Muda. Sudah saya persiapkan jauh sebelum keputusan Tuan kembali." Seseorang di selular berkata.
Austin bernapas lega, "Bagus kalau begitu. Jadwal keberangkatan beberapa jam lagi. Kamu sudah selesai dengan urusanmu?"
"Sudah Tuan muda, semua yang Tuan butuhkan di Indonesia nanti semuanya sudah saya aman."
"Oke, mobil sudah menunggu di bawah?"
"Sudah Tuan, saya sudah menyiapkan mobil. Saya sedang menunggu Tuan di bandara, mengantisipasi ada orang melihat."
"Aku tidak sia-sia memperkerjakanmu Frank."
"Terimakasih Tuan Muda atas kepercayaannya."
Austin menatap jam tangan pattek phillipe dari balik jas blue navy slim fitnya. "Baiklah, aku akan bersiap." Mematikan ponsel tanpa mendengarkan jawaban lagi.
Dengan langkah elegan, akhirnya ia keluar dari Apartemen pribadi mewah itu.
Sebelum dia pergi, Austin pergi menuju kantor mengambil beberapa berkas perusahaan di Indonesia. Setiap pegawai yang menoleh langsung tertunduk menghormati, memberikan salam disiplin. Tidak pernah seumur hidup mengeluarkan senyum natural. Hanya senyum sekadar menghargai terpancar, itu juga hanya terjadi di rapat kantor.
Austin terus berjalan keluar kantor setelah mendapatkan berkas yang dicari, dengan langkah teratur dan tenang tanpa membalas sapaan pegawai.
Mobil Audi khusus telah menunggu, ia keluar. Sekilas ia menatap kantornya itu, ia akan pergi ke Indonesia selama enam bulan. Sudah sangat lama kantor di sana tidak ada yang mengurus, jadi Austin akan pergi sembari menikmati liburan.
Belajar dari masa lalu yang kelam menjadikan hidup lebih baik dan pastinya membuat siapa pun tidak ingin ke lubang yang sama lagi. Hidup harus tetap dilanjutkan seburuk apa pun masa lalu.
Austin sudah menjadi pria sukses, memiliki semuanya kecuali pendamping. Di umur yang sudah sangat matang belum juga menikah. Jangan tanya berapa wanita yang sudah ditidurinya.
Ajudan itu membuka pintu untuknya, mempersilahkannya duduk, sengaja pulang dengan stelan jasnya, ia ingin dipandang orang dengan sebutan pria kaya.
Mobil pun melaju meninggalkan perusahaan Austin Enterprise Holdings, perusahaan ternama dan terbesar di negara itu.
Sesampainya di Bandar Udara Internasional Schiphol, Austin sudah dinantikan pengawal merangkap sebagai sopir pribadi. Tidak lama menunggu, Frank sudah hadir di depan menundukkan kepala, memberikan hormat untuk atasannya.
"Semua oke?" tanya Austin dengan bibir sensual.
"Semua yang Tuan perlukan sudah beres. Pesawat bisnis juga sangat jauh dari orang bawah."
"Bagus kalau begitu," Austin berjalan angkuh.
Beberapa karyawan di Bandara yang mengenal memberi hormat dan menundukkan kepala. Bagaimana tidak, Austin hampir menanamkan semua saham di setiap perusahaan yang sedang berkembang pesat. Termasuk saham di Bandara ini.
Sesampai di dalam pesawat kelas bisnis, tak henti Austin menatapi sekeliling.
"Tuan semuanya aman," Frank sepertinya mengerti maksud pencarian Austin.
"Aku hanya ingin memastikan saja." Austin merebahkan tubuh sembari memejamkan mata.
"Tuan," Frank memanggil sopan.
"Hmm ...." Austin hanya berdehem, mata masih terpejam.
Frank berdehem, menjelaskan sebaik mungkin. "Nona Grace. Pihak bandara di sana sudah mencoba menghentikan kedatangannya tapi dia terlalu memaksakan keinginan Tuan."
"Apa maunya lagi?" Austin muak.
"Saya juga belum tahu pasti Tuan. Aku pikir nona Grace masih mengharapkan Tuan Muda."
"Apa kamu mengatakan sesuatu dengannya?"
"Ada Tuan, saya mengatakan kalau kedatangan Tuan tidak ingin diganggu siapa pun termasuk dia."
"Lalu?"
/0/7194/coverorgin.jpg?v=4ff094347bed047f5498cb232d936bd6&imageMogr2/format/webp)
/0/2785/coverorgin.jpg?v=cb50aafbb8c69b3d480ad144576b3337&imageMogr2/format/webp)
/0/14621/coverorgin.jpg?v=abe962b6e305c0ced751ae5eeece12da&imageMogr2/format/webp)
/0/3548/coverorgin.jpg?v=70a0d146e23d933e5c4acdcc80e66a4b&imageMogr2/format/webp)
/0/2558/coverorgin.jpg?v=525dc7f08b3ad050b229c4eeac4521f4&imageMogr2/format/webp)
/0/7042/coverorgin.jpg?v=27f31127643de9f31a2c5b18f320f5d4&imageMogr2/format/webp)
/0/15297/coverorgin.jpg?v=e31f38dd7611196f64a6e63983a56e2a&imageMogr2/format/webp)
/0/15781/coverorgin.jpg?v=4e84c797b1899ad4825693a122bae47d&imageMogr2/format/webp)
/0/6459/coverorgin.jpg?v=4b8547e4549ae8b4a02599d1e689dffd&imageMogr2/format/webp)
/0/20883/coverorgin.jpg?v=7c89e6cb9f689c9772f6ba97dbbc38d9&imageMogr2/format/webp)
/0/2455/coverorgin.jpg?v=2c8a7b723e48a4f2527f44499f8fb291&imageMogr2/format/webp)
/0/13274/coverorgin.jpg?v=fee11f22e94881e7d6bf2cd24f6d0781&imageMogr2/format/webp)
/0/5353/coverorgin.jpg?v=8b0d56b7c02578a51e6d98af395db17b&imageMogr2/format/webp)
/0/7056/coverorgin.jpg?v=1c81d598eb166803a2c4fb20156ddc77&imageMogr2/format/webp)
/0/6566/coverorgin.jpg?v=e51a037ac9e4b4d252eeae327caf31c1&imageMogr2/format/webp)
/0/6656/coverorgin.jpg?v=78386f83bdaf1ef4e6c23990e7e7c43c&imageMogr2/format/webp)
/0/6736/coverorgin.jpg?v=968b4cd4698eb3877bc4292ef2533531&imageMogr2/format/webp)
/0/7088/coverorgin.jpg?v=3cd83effd415f842e346e05b12fa2d11&imageMogr2/format/webp)
/0/5306/coverorgin.jpg?v=012ca8746a9e37da3052943e031feac2&imageMogr2/format/webp)