/0/19910/coverorgin.jpg?v=0b94ad33c6c25cace4d10e28932213a4&imageMogr2/format/webp)
Lelaki tampan yang sedang menyesap kopi di cangkir berwarna putih susu itu, bernama Airlangga Abimanyu. Di sebelahnya, adalah orang kepercayaannya bernama Sam Wisesa. Abimanyu sedang bertamu, bermaksud membeli tanah di area perbukitan sebuah kota tanpa menawar. Kebutuhannya akan area baru untuk usahanya begitu mendesak.
Setelah bercakap-cakap dengan wanita muda di hadapannya itu, dapat diketahui bahwa tanah penjualan itu bukan milik wanita bernama Dyah tersebut. Dyah hanya membantu sepupunya dengan memasang iklan online juga di koran. Tak menyangka akan secepat ini di taksir orang.
"Saya hubungi sepupu saya sek nggih, Mas," ucap Dyah.
Abimanyu hanya mengangguk dan tersenyum simpul.
Cukup lama panggilan tersebut diangkat hingga pada akhirnya Abimanyu terpaku mendengar suara indah di seberang telpon sana.
"Mbak Liana, iki sing meh tumbas tanah dateng kerumahku, piye?"
"Oh, nggih, Mbak Dyah."
Suara yang mendayu-dayu itu membuat Abimanyu memberanikan diri dengan mengisyaratkan kepada Dyah supaya dia saja yang berbicara.
"Halo"
"Ahh iya. Halo, Mas, gimana-gimana?"
"Bagaimana, Bu? Tanahnya saya hargai 450 juta ya?"
"Oh, boleh-boleh, Mas."
"Jadi, saya kirim ke mana ini uangnya?"
"Mmm, aku tanya bapakku dulu, ya, Mas. Nanti aku hubungi lagi soalnya bapakku lagi kerja."
"Oh, kalau begitu saya simpan nomer nya njenengan, ya, Bu. Biar gampang nanti saya hubungi."
"Siap, Mas."
Setelah berbincang sebentar dengan Dyah. Dua lelaki berjas hitam itu pun melenggang pergi. Abimanyu berharap semoga setelah ini, dia bisa bertemu dengan si pemilik suara bernama Liana itu.
***
Malam ini, Abimanyu melepas penat setelah beberapa jam kerja dengan secangkir kopi susu. Abimanyu teringat wanita bernama Liana. Ahh shit! Mengingatnya saja membuat bagian bawah sana perlahan menegak.
Bersamaan dengan makiannya, ponselnya berdering. Sebuah nomor baru nan cantik tertera di layar ponselnya, segera ia menggeser warna hijau ke atas.
"Hallo." suara lelah Abimanyu begitu lirih.
Hmmm. Abimanyu berpikir sejenak, jangankan berbeda pulau, berbeda negara pun akan Abimanyu perjuangkan. Dia sangat penasaran akan seperti apa rupa Liana, apakah se-indah suaranya? Rasa penasaran yang menggebu itu membuat harapannya melambung tinggi.
"Jika saya meminta bertemu langsung, bagaimana?" Ucap Abimanyu.
"Ooo, boleh. Boleh. Nanti saya kirimkan alamatnya."
Klik.
Liana mematikan telepon secara sepihak padahal Abimanyu belum selesai berbicara. Tetapi setidaknya dia puas, sebentar lagi dia akan bertemu dengan Liana ini.
***
Airlangga Abimanyu adalah seorang pengusaha dengan kekayaan di atas rata-rata. Hampir seluruh hotel di tanah jawa adalah miliknya. Lelaki tersebut dilahirkan dari keluarga yang berada dan apapun yang dia mau harus terwujud.
Wanita mana yang mampu menolak ketampanan serta keperkasaan dari Airlangga Abimanyu. Tidak ada. Bahkan mungkin semua wanita rela berada di bawah kungkungannya.
Rahang yang terukir tegas, kokoh, dan bulu-bulu halus di sekitar rahangnya. Matanya yang berwarna hazel dan kuning melingkar di luarnya merupakan pembawaan dari Ibunya. Ayahnya seorang pribumi yang masih merupakan keturunan dari Kerajaan Singosari.
Itu yang membuatnya sulit mencari wanita, selain mencari yang harus jelas asal usul dan juga setara dengan derajatnya, Airlangga Abimanyu tak sembarangan memilih wanita. Dia tak pernah punya pacar. Padahal di usianya yang menginjak 32 tahun, dia sudah mapan untuk menikah. Lelaki tersebut hanya menyukai one night stand. Entah. Hanya Airlangga Abimanyu yang tau apa alasannya.
***
Pesawat pribadi milik Abimanyu terpampang nyata di halaman sebuah bandara. Bukan Abimanyu namanya jika tak membuat kehebohan. Dengan sengaja dia melintasi jalanan umum di dalam bandara, padahal dia bisa melewati jalan khusus untuk pengusaha sepertinya.
Lelaki gagah dengan kaca mata beningnya itu menarik perhatian sebagian banyak wanita maupun gadis-gadis termasuk pramugari yang terbengong-bengong melihat ketampanan yang hakiki itu.
Ganteng banget ya alloh.
Apa dia malaikat turun ke bumi?
Lebih ganteng dari babang minho ini mah.
/0/6521/coverorgin.jpg?v=0dc886fcefd9b9ebecbf37d72dfccdf5&imageMogr2/format/webp)
/0/16699/coverorgin.jpg?v=ef38da27c5b45f8a4b46710eefac8e7c&imageMogr2/format/webp)
/0/17375/coverorgin.jpg?v=f5494a05a3dc42a3314fa0f160ba5c1f&imageMogr2/format/webp)
/0/10836/coverorgin.jpg?v=8d0975248f15c19e079103be94872283&imageMogr2/format/webp)
/0/5579/coverorgin.jpg?v=8451cc3231d03f5ae1bfcd5aa5500814&imageMogr2/format/webp)
/0/10104/coverorgin.jpg?v=8e3d277fbf390d46b876f25adf010ff8&imageMogr2/format/webp)
/0/17107/coverorgin.jpg?v=71acc20171e6e29bdd625a25bc2f3358&imageMogr2/format/webp)
/0/19703/coverorgin.jpg?v=86ab5b943739c7e60385623ce1999541&imageMogr2/format/webp)
/0/13672/coverorgin.jpg?v=727d866839f9b4188741514c56e47234&imageMogr2/format/webp)
/0/16256/coverorgin.jpg?v=6c7605687348983f79d48434b599141b&imageMogr2/format/webp)
/0/17449/coverorgin.jpg?v=00687bd865c6eb589436991eaca674c9&imageMogr2/format/webp)
/0/14242/coverorgin.jpg?v=eedeedc41d4316c2c6d2b0e132e82cab&imageMogr2/format/webp)
/0/2835/coverorgin.jpg?v=ea3d2ff0da40461c0eb2af5a427bcc1c&imageMogr2/format/webp)
/0/2373/coverorgin.jpg?v=77222678e531f4f5be2b9e91b0f4f681&imageMogr2/format/webp)
/0/21477/coverorgin.jpg?v=bc6b5d7aebe315dec6dbf2fe414b2fc7&imageMogr2/format/webp)
/0/16588/coverorgin.jpg?v=20240606130043&imageMogr2/format/webp)
/0/3060/coverorgin.jpg?v=458da5b2f6c1147e9671b1eb41646839&imageMogr2/format/webp)
/0/3559/coverorgin.jpg?v=fade5880017b767ed715269b95a64993&imageMogr2/format/webp)