Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta di Jalur Cepat
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Jangan Main-Main Dengan Dia
Aku Jauh di Luar Jangkauanmu
Gairah Liar Pembantu Lugu
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Suamiku Ternyata Adalah Bosku
Agustus 1996, Ali mulai mempersiapkan diri setelah diterima disebuah kampus swasta terkenal di kota Gudeg Jogja.
Hari pertama masa orientasi pengenalan kampus (OSPEK) mulai dijalani Ali dengan hati gegap gembira karena sejak saat itu dia sudah sah menjadi seorang mahasiswa.
Selama satu minggu orientasi dijalani Ali dengan sukses tanpa ada kendala yang sangat berarti, justru gegara acara orientasi ini membuat Ali dikenal sebagai seorang mahasiswa yang berani, cerdas dan ulet dalam menyelesaikan semua tantangan yang diberikan oleh panitia ospek itu.
Selesai acara orientasi, perkuliahan berjalan sebagaimana mestinya.
Awal Ali masuk kuliah, dia sementara masih nebeng dikost milik kakak Edi temennya saat masih di SMA, dan sama-sama kuliah dikota Jogja tetapi beda kampus.
Ali berusaha mencari kost yang tidak jauh dari kampusnya, karena merasa tidak enak dengan kakaknya Edi sebab sudah sebulan lamanya dia nebeng disana.
Tidak begitu lama, Ali mendapat sebuah kost yang baru saja kosong begitu yang ngekost pindah, karena lulus dan kebetulan kost tersebut tidak jauh dari kampusnya yang berjarak 800 m.
Setelah melihat kondisi kamar kostnya, Ali langsung tertarik meskipun harganya lumayan mahal tapi tidak begitu dipermasalahkannya, yang penting dekat dari kampus tempat dia kuliah.
Tiga bulan lamanya perkuliahan dijalani oleh Ali yang saat itu masih jomblo semenjak putus dengan ceweknya dahulu saat duduk di kelas 3 SMA.
Keberanian dan kekritisan Ali sangat dikenal dikampus tersebut, sampai akhirnya tiba acara pemilihan ketua BEM, yang saat itu dia dicalonkan sebagai calon tunggal yang cocok menjadi ketua BEM saat berikutnya.
Meskipun sebenarnya Ali tidak tertarik untuk ikut sebagai kandidat ketua BEM, tetapi berkat desakan dan dukungan semua teman-temannya, akhirnya dia terpilih secara mufakat sebagai ketua BEM dengan masa periode selama tiga tahun kedepan.
Sosok Ali semakin tenar dan terkenal semenjak menjadi ketua BEM, ditambah dengan kecerdasan dan keuletan dia saat menangani berbagai masalah yang dihadapinya.
Ali dikenal bukan cuma dikampusnya saja, tetapi terkenal pula sampai diluar kampus sampai akhirnya ada satu perempuan yang mengenal dan tertarik dengannya.
Isti seorang mahasiswi jurusan ekonomi sangat tertarik dengan Ali, yang dikenalnya saat di acara outbond yang diselenggarakan antar kampus, yang kebetulan Ali menjadi salah satu panitianya.
Pertemanan Ali dan Isti semakin lama semakin mesra, hingga akhirmya mereka berdua memutuskan untuk pacaran.
Semenjak berpacaran dengan Isti, karir Ali semakin menanjak.
Selain menjadi ketua BEM dikampusnya, Ali juga bekerja disebuah percetakan yang lumayan terkenal dikota Jogja secara part time, hingga tidak mengganggu kegitan perkulihannya.
Karena keuletan dan ketekunannya dalam bekerja, Ali sering mendapatkan bonus besar dari tempat dia bekerja hingga mengalahkan gaji karyawan tetap dipercetakan tersebut.
Pundi-pundi rupiah hasil bekerja dikumpulkannya untuk modal dan biaya dia hidup dikota Jogja tersebut.
Dari awal Ali memutuskan kuliah, memang dia berniat mau membiayai kuliahnya sendiri tanpa membebani orang tuanya yang hanya seorang PNS didesanya.
Dengan niat dan tekad yang bulat itu, akhirnya cita-cita Ali berhasil membiayai dirinya sendiri tanpa membebani keuangan orang tuanya, bahkan dia juga bisa mengirimi sejumlah uang sebagai uang jajan adik-adiknya.
Sekitar dua tahunan sudah Ali bekerja part time di percetakan tersebut, sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk membuat usaha sendiri yaitu rental komputer, dengan dibantu Isti kekasih yang sangat dicintainya itu.
Semenjak dia membuka usaha rental komputer, Ali memutuskan keluar dari pekerjaannya di percetakan dan lebih berkonsentrasi mengembangkan usahanya sendiri.
Satu tahun rental komputernya berkembang dengan sangat pesat, karena saat itu usaha tersebut sangat menjanjikan, apalagi dengan kecakapan dan keahlian Ali dalam menguasai semua permasalah yang dihadapinya, membuat usaha rental komputernya berkembang lebih cepat.
Ali juga melayani olah data bagi tugas-tugas mahasiswa tingkat akhir, dan juga melayani bimbingan skripsi juga yang semua datanya diambil secara valid.
Hampir seluruh mahasiswa tingkat akhir mengenal dirinya, karena berkat bantuannya mereka berhasil lulus ujian skripsi dengan hasil yang memuaskan.
Kesuksesan dan keberhasilan yang diraih Ali, tidak berbanding lurus dengan kisah cintanya dengan Isti, bahkan hubungan mereka sering dilanda putus nyambung selama beberapa bulan terakhir.
Dahulu Isti adalah seorang gadis cantik yang cerdas dan penuh perhatian terhadap Ali.
Dan saat Ali masih bekerja part time diperusahaan percetakan, dia sangat percaya dan support terhadapnya.
Tapi sifat Isti berubah semenjak Ali sukses membuka rental komputer bersama dirinya.
Semenjak rental komputer tersebut berkembang dengan sangat pesat, sifat Isti berubah 180 derajat.
Dahulu dia sangat percaya dan pengertian terhadap Ali, tetapi sekarang dia menjadi pencemburu dan sering menuduh Ali serong terhadap perempuan lain.
Bahkan sekarang jika marah dan ngambek, dia sering melempar barang-barang yang ada dikostnya, sampai suatu hari saat marah dengan Ali, Isti melempar gelas berisi air putih yang baru saja untuk minum dirinya saat makan siang dikamar kostnya kearah Ali, dan mengenai lemari pakaian berkat kesigapan Ali menghindar dari lemparan gelas tersebut.
“pergi kamu A’, kamu jahatttttt.......” teriak Isti yang tiba-tiba marah tanpa alasan yang jelas sambil melempar gelas tempat minumnya kearah Ali.
“Astagfirullah.....kamu kenapa neng ??? kenapa sekarang kamu kok jadi sering lempar-lempar barang jika marah kaya gini ??? ” tanya Ali yang kaget dan kebingungan melihat Isti yang marah-marah tanpa sebab tersebut.
“udah sana Aa pergi saja sama perempuan yang Aa suka...!!” teriak Isti yang semakin histeris.
“maksud neng Isti perempuan mana ?? Aa itu cinta dan sayangnya cuma ama eneng seorang.” Jawab Ali menyakinkan Isti yang terlihat semakin menjadi-jadi diliputi amarah yang tidak jelas.
“kemarin Aa ngapain aja sama perempuan yang dirental komputer kita itu ??” tanya Isti dengan nada cemburu.
“perempuan yang mana neng ???” tanya Ali yang kebingungan dibuatnya.
“udahlah A’ gak usah pura-pura bego kaya gitu, kemarin Aa mesra-mesraan sama perempuan yang katanya pelanggan itu. Kalau pelanggan kenapa begitu mesra kaya sepasang kekasih gitu !!” hardik Isti yang masih terbakar api cemburu.
“yang eneng maksud Santi ya...?? Santi itu pelanggan tetap rental kita neng, Santi itu masih mengambil program bimbingan skripsi, karena dia sedang menyusun skripsi dan kepengen cepat lulus.” Jelas Ali memberi pengertian Isti supaya tidak dibakar api cemburu yang tidak beralasan itu.
“janji......beneran Aa gak ada hubungan spesial dengan perempuan itu ?? ” tanya Isti yang mulai mereda amarahnya.
“beneran neng... sumpah deh, Aa gak ada hubungan apa-apa, kami cuma sebatas bimbingan skripsi demi mengejar target lulus tahun ini. Santi itu memang tiap hari datang kerental kita, itu semua demi mengejar target lulusnya tahun ini neng Isti sayang.....” terang Ali menenangkan amarah Isti yang sudah mulai reda.
Setelah hilang amarahnya, seperti biasanya Isti bergelanyut manja dibahu Ali dan meminta suap makan sebagai wujud kalau dia telah memaafkan Ali.
Melihat sikap pasangannya yang manja minta disuapin makan, Ali dengan penuh rasa cinta dan sayang menyuapi Isti, dan sesekali mencubit pipinya yang halus dan mengemaskan itu.
Pertengkaran sepasang kekasih itu berakhir dengan happy ending.
Tetapi kejadian seperti itu sering terjadi karena Isti sekarang menjadi Isti yang posesif terhadap pasangannya.
Singkat cerita, berkat bimbingan Ali yang sabar dan penuh ketelitian, Santi berhasil lulus sidang skripsi dengan nilai B+, dan bisa mengikuti wisuda ditahun itu.
Santi sangat bahagia dan sangat berterima kasih kepada Ali, karena berkat kerja keras dan strateginya dalam membimbing skripsinya berbuah manis dengan nilai B+.
Karena kedekatannya saat bimbingan skripsi tersebut, tumbuhlah benih-benih cinta didalam relung hati Santi terhadap Ali.
Begitu juga Ali sendiri sebenarnya juga merasakan perasaan sama kepada Santi, apalagi saat dia terbayang saat menghadapi sikap kekanak-kanakan dan posesif Isti yang sangat membuat jengah hatinya.
Tapi perasaan ketertarikan Ali kepada Santi itu dia pendam dalam-dalam, karena dia tidak ingin menyakiti hati kekasihnya yang telah mendampinginya selama ini ,meskipun terkadang juga sangat menjengkelkan dirinya.
Tetapi berbeda dengan Santi, dia lebih berani bertingkah dan bersikap kalau sebenarnya dia menaruh hati kepada Ali, sampai akhirnya saat acara wisudanya, Ali diminta sebagai pendampinginya.
Mendapat ajakan Santi untuk menjadi pendamping wisuda, Ali sebenarnya sangat mau dan ingin mengiyakan ajakan tersebut, tetapi dia ragu kalau nanti Isti mengetahuinya pasti akan semakin ribet urusannya.
“mas Ali kiranya bisa apa tidak mendampingi Santi saat acara wisuda nanti ??, maklum Santi kan masih jomblo jadi gak ada yang mendampingi.” Tanya Santi dengan nada lembut dan sedikit memohon kepada Ali.
“i...iya sebenarnya Ali mau-mau aja mbak, tapi nanti Isti bagaimana kalau tahu, takutnya dia semakin cemburu kepada mbak Santi, wong selama ini dia sebenarnya sudah curiga dan cemburu kepada mbak.” Jawab Ali dengan nada sedikit bergetar
“kalau marah ya biarin aja to mas.....” jawab Santi enteng dengan senyuman manisnya yang memperlihatkan lesung pipinya itu.
“loh...loh...loh... kok dibiarin sih mbak, saya kan orangnya setia dan tidak mudah mendua. ” jawab Ali dengan tersenyum pula dan menganggap jawaban Santi adalah candaan saja.
“mas Ali itu orang cerdas, ganteng dan ulet, ngapain punya pasangan yang orangnya pencemburuan kaya gitu, kaya gak ada wanita lain aja.” Terang Santi dengan muka yang tiba-tiba serius menanggapi jawaban Ali tadi.
“udah-udah kok malah jadi tegang gini mbak, tadi semua cuma candaan kan ?” tanya Ali mencairkan suasana.
“emang yang bercanda siapa mas ??? serius nih, mau kan jadi pendamping Santi saat wisuda nanti ???” tanya Santi menegaskan ajakannya.
“yaudah kasih waktu untuk berpikir dan meminta ijin ke Isti ya..., secepatnya nanti mas kabari ke Santi.” Jawab Ali yang mulai kebingungan melihat sikap Santi yang berubah tegas dan kelihatan serius itu.
“beneran loh, Santi tunggu jawaban secepatnya, dan Santi tidak kepingin kecewa loh mas.....” jawab Santi dengan nada manjanya dan langsung meninggalkan rental komputer Ali untuk langsung langsung pergi kekampusnya lagi untuk menyelesaikan beberapa berkas sebelum acara wisuda tiba.
Sepeninggal Santi, Ali mulai memikirkan ajakan Santi tadi, tetapi dia juga ragu untuk mengiyakan ajakan Santi tersebut karena takut kalau Isti marah dan hubungan percintaannya yang telah bertahun-tahun rusak karena salah menentukan sikap.
Saat dia masih melamunkan perihal ajakan Santi tadi, tiba-tiba terdengar sepeda motor Isti yang parkir didepan rental komputernya itu.
Seperti biasanya, Isti tiap jam 12.00 wib pasti datang untuk menjemput Ali dan diajaknya makan siang bersama diwarung langganan mereka.
Melihat yang datang kekasihnya, Ali segera merapikan semua pekerjaannya dan meminta karyawannya untuk melanjutkan pekerjaannya nanti setelah istirahat siang, karena seperti biasanya setelah makan siang Ali langsung berangkat kekampus untuk mengajar sebagai asisten dosen dikampus tempatnya kuliah dahulu.
Seperti biasanya setelah makan dan mengantar Isti pulang kekostnya, Ali langsung berangkat kekampusnya untuk melaksanakan tugasnya sebagai asisten dosen.
Sekitar pukul 17.00 wib, Ali baru selesai mengajar dan pulang kembali ke rental komputernya untuk mngecek semua pekerjaan yang ditugaskan kekaryawannya.
Baru sekitar pukul 19.00 wib, dia mulai menutup rental komputernya dan langsung kekost Isti untuk mengajaknya makan malam.
Begitu sampai dikost Isti, terlihat dia sudah siap berdiri menunggu didepan pintu kamarnya, menunggu kedatangan Ali sedari tadi.
“kok lama sih A’ pasti mampir-mampir ya ??” tanya Isti dengan nada curiga karena Ali agak terlambat menjemputnya.
“mampir kemana sih neng ! udahlah jangan curigaan terus kaya gitu. Tadi abang agak telat pulang dari rental, sebab lumayan banyak pekerjaan yang masuk hari ini.” jawab Ali sedikit jengkel begitu mendapat pertanyaan Isti yang mencurigainya. Padahal sebenarnya malam itu dia ingin meminta ijin untuk mendampingi wisuda Santi, tetapi melihat suasana hati Isti yang tidak kondusif, niatnya itu dia urungkan.
“yaudah ayo berangkat, udah laper nih... ” ajak Isti yang langsung duduk membonceng dimotor Ali dan memeluknya dari belakang dengan sangat erat.
Setelah kekasihnya duduk diboncengan motornya, Ali langsung berangkat mengarahkan motornya kewarung nasi goreng langganannya karena malam itu dia sangat ingin makan nasi goreng pedas kesukaannya.
Sesampainya di warung nasi goreng langganannya, dia pesan dua porsi nasi goreng pedas dengan telur dadar kesukaannya.
Sambil menyantap nasi goreng pesanannya, rencananya Ali mau meminta ijin ke Isti untuk menjadi pendampingi wisudanya Santi.
Tapi niat Ali diurungkannya, begitu melihat suasana hati sang kekasih yang tidak kondusif karena dia tadi terlambat menjemputnya.
Selesai santap makan malam, Ali langsung mengantarkan Isti pulang kekostnya dan dia langsung pulang kekontrakannya untuk beristirahat karena kegiatan hari itu sangat melelahkan.
Saat tidur malam, Ali bermimpi bertemu dengan Santi, dan terlibat obrolan mesra.
Dimimpinya itu mereka berdua seakan sepasang kekasih yang sedang memadukasih dengan sangat mesra.
Tepat pukul 03.00 wib, Ali terbangun dari mimpinya dengan keringat membasahi kaos dalamnya dan terasa ada cairan yang membasahi celana dalamnya juga.
Begitu bangun dan sadar, Ali kebingungan memikirkan mimpinya barusan di tambah dia juga merasakan kalau celana dalamnya basah oleh cairan lengket itu.
Belum lama dia mencerna arti akan mimpi basahnya barusan, tiba-tiba perutnya terasa mual dan sakit seperti mau buang air besar.
Buru-buru dia lari kebelakang untuk buang air besar, sekalian mandi junub supaya suci kembali.
Selesai dari belakang, terdengar azan Subuh dari masjid yang tidak jauh dari tempat kontrakannya.
Dia tunaikan kewajiban sebagai seorang muslim yaitu sholat Subuh, dan melanjutkan tidur kembali untuk menyimpan tenaga supaya nanti saat beraktifitas siang harinya tidak kelelahan.
Pagi harinya sekitar pukul 08.00 wib, Ali sudah bangun dan mandi untuk siap-siap berangkat ke rental komputernya seperti rutinitas biasanya.
Sesampainya dirental komputer miliknya, tampak dua orang karyawan sudah menunggu kedatangannya.
Rental komputer dibuka dan dirapikan oleh dua karyawannya sebelum menerima order yang akan masuk dihari itu.
Baru sekitar sepuluh menit rental buka, Santi datang dengan membawa beberapa berkas yang akan diedit di rental tersebut.
Melihat kedatangan Santi, perasaan Ali berdebar-debar begitu teringat mimpi basahnya semalam bersama Santi.
Perlakuan Ali hari itu sedikit berbeda saat melayani Santi.
Semakin lama, perasaan Ali semakin berdebar tidak karuan saat duduk dan memandang wajah cantik Santi.
Ada perasaan yang bergejolak dihatinya, saat melihat wajah cantik Santi dengan dekat saat duduk bersebelahan dengannya.
Hari itu Ali jatuh cinta kepada Santi, dan seakan dia telah melupakan Isti kekasihnya yang dipacarinya selama ini.
Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya Santi, siang itu dia ajak Santi pergi makan siang dengan berboncengan motornya.
Melihat perubahan sikap Ali yang mulai perhatian lebih kedirinya, Santi sangat bahagia dan menganggap kalau Ali adalah kekasihnya.
Siang itu Ali mengajak Santi makan bakso langganannya selama ini saat makan bersama Isti, baru setelah makan dia ajak Santi jalan-jalan ke Mall, untuk membeli baju yang akan dipakainya saat menjadi pendamping wisuda Santi nanti.
Selesai dari Mall, Ali dan Santi kembali pulang ke rental komputer sekitar pukul 14.30 wib.
Saat sampai rental komputer, karyawan Ali mengabarkan kalau tadi siang dirinya dicari oleh Isti ,dan sempat menunggunya selama satu jam lamanya.
Mendengar kabar kalau dirinya dicari dan ditunggu oleh Isti, Ali baru tersadar kalau rutinitasnya tiap siang adalah makan siang bersama kekasihnya itu.
Ali menjadi cemas dan gelisah membayangkan kemarahan Isti, nantinya yang pasti akan merusak semua barang-barang yang ada dikostnya.
Melihat kegelisahan Ali, Santi berusaha menghibur dan menguatkan Ali kalau nanti dia yakin Isti tidak akan marah kepadanya, bahkan memberi solusi kalau nanti Isti marah untuk memutuskannya dan berpacaran dengan dirinya saja.
Mendapat masukan dan solusi dari Santi, Ali mulai yakin dan bertekad andai nanti Isti marah-marah akan dia putuskan hubungannya karena sebenarnya dia sudah tidak kuat dengan perilakunya yang kekanak-kanakan dan posesif itu.
Setelah membereskan semua berkas yang tadi telah direvisi oleh Ali, Santi langsung pamitan pulang kekostnya, dan meminta ke Ali untuk main kekostnya besok pagi.
Sepulangnya Santi, Ali mulai berpikir dan mempertimbangkan kembali perasaannya terhadap Isti yang mulai berubah sifatnya menjadi posesif.
Dalam relung hatinya yang paling dalam sebenarnya dia masih sangat sayang dan cinta kepada Isti, bahkan dia sudah berencana untuk menikahinya kelak disuatu hari nanti.
Tetapi semenjak sifatnya yang berubah drastis, Ali mulai mempertimbangkan niatnya itu.
Renungan Ali buyar semenjak namanya diteriakan oleh suara perempuan dari arah depan rental komputernya.
Ali tersadar dan langsung bangkit dari duduknya untuk menghampiri pemilik suara keras yang memanggil namanya itu.
Terlihat Isti dengan muka merah padam yang meneriakinya tadi dan masih dalam posisi diatas motor maticnya itu.
“heh kamu penghianat......, dari mana aja kamu tadi seharian !!!” bentak Isti dengan muka merah padam dan masih diatas sepeda motor maticnya itu.
“Astagfirullah...., kamu itu kenapa dek, teriak-teriak kaya gitu persis orang yang lagi kesurupan.” Jawab Ali dengan nada lembut sambil menghampiri Isti yang masih duduk dan berkaca pinggang itu.
“kamu tadi pergi sama siapa....heh...!!” hardik Isti begitu Ali mendekatinya dan berdiri didepan motor maticnya itu.
“udah-udah jangan marah kaya gitu dek, ayo turun dulu. Kita ngomong baik-baik, malu dilihat orang lewat kalau kamu kaya gitu” jawab Ali masih dengan nada lembut untuk meredam amarah kekasihnya itu.
“mau bohong apalagi kamu, kenapa kamu selalu bohong ke aku bang ??” tanya Isti yang sudah turun dari motornya dan langsung masuk menuju kedalam rental komputernya.
“sabar.... dek udah jangan marah-marah melulu, kita obrolin baik-baik kan bisa dan gak harus pake emosi segala.” Jawab Ali sambil mengelus punggung kekasihnya itu.
“kalau abang tidak mulai, Isti gak mungkin marah-marah.” Terang Isti dengan ketus.
“udah gini loh, sebenarnya tadi abang pergi ngantar Santi untuk beli pakaian yang akan dipergunakan untuk acara wisuda nanti. Sebenarnya semalam abang mau minta ijin ke adek, tetapi semalam adek masih emosi, makanya abang gak jadi cerita. Maafkan abang kalau tadi membuat adek emosi dan marah-marah kaya gitu.” Terang Ali meredam emosi Isti supaya tidak salah paham kepadanya.
“tapi abang gak ada hubungan khusus sama Santi kan??” tanya Isti yang mulai reda emosinya.
“ya enggaklah dek, cinta abang kan untuk adek seorang, udah jangan cemburuan kaya gitu, malu tuh dilihat orang-orang yang sedari tadi memperhatikanmu.” Jelas Ali menyakinkan Isti yang sudah mau menerima penjelasannya.
“yaudah kalo gitu Isti maafin. Ayo...beli makan A’, Isti laper dari siang belum makan.” Ajak Isti dengan manja setelah hilang emosinya.
“sebentar, abang rapikan dahulu file-file ini biar nanti bisa dilanjutkan oleh karyawan-karyawan kita.” Jawab Ali sambil buru-buru merapikan semua berkas yang berantakan didepannya supaya bisa segera mengantar kekasihnya itu makan siang yang kesorean.
Setelah semua berkas-berkas tertata rapi, Ali segera menyiapkan sepeda motornya untuk mengantar kekasih tercintanya pergi membeli makan.
Satu jam berselang, mereka berdua telah selesai makan dan langsung pulang kembali ke rental karena waktu sudah hampir memasuki waktu magrib.
Setelah sampai dirental komputer, Isti langsung pamitan pulang kekosnya supaya tidak kemalaman.
Sepulang kekasihnya, Ali merasa lega karena sudah bisa meredam emosi dan kecurigaan Isti kepada Santi.