Jodoh Serigala Putih yang Ditolak Sang Alpha

Jodoh Serigala Putih yang Ditolak Sang Alpha

Gavin

5.0
Komentar
Penayangan
11
Bab

Malam itu adalah malam pameran seni tunggalku yang pertama, tapi pasangan Alpha-ku, Baskara, tidak terlihat di mana pun. Udara di galeri terasa sesak oleh aroma sampanye dan pujian, tapi setiap pujian terasa seperti tamparan, menyebutku "pasangan sang Alpha," bukan seorang seniman. Lalu aku melihatnya di siaran berita. Dia sedang melindungi wanita lain, seorang Alpha Wanita, dari kilatan kamera. Bisikan di dalam ruangan membenarkannya: kawanan mereka akan bergabung, disegel oleh ikatan baru. Ini bukan hanya tentang keterlambatannya; ini adalah eksekusi publik atas ikatan kami. Suaranya menusuk pikiranku, dingin dan tanpa perasaan. "Kania membutuhkanku. Kau seorang Omega, tangani ini." Bukan permintaan maaf, hanya sebuah perintah. Saat itulah helai harapan terakhir yang kugenggam selama empat tahun akhirnya putus. Dia tidak hanya melupakanku; dia telah secara sistematis menghapusku, bahkan mengambil kredit atas aplikasi bernilai triliunan rupiah yang lahir dari visi rahasiaku, menganggap seniku hanya sebagai "hobi." Tapi bagian diriku yang pendiam dan penurut mati malam itu. Aku berjalan ke sebuah ruang belakang dan mengirim pesan kepada pengacaraku. Aku menyuruhnya untuk menyusun dokumen Ritual Penolakan, yang disamarkan sebagai transfer Hak Kekayaan Intelektual untuk karya seniku yang "tidak berharga". Dia tidak akan pernah membaca tulisan kecilnya. Dengan kesombongan yang sama yang dia gunakan untuk menghancurkan jiwaku, dia akan menandatangani kehancurannya sendiri.

Bab 1

Malam itu adalah malam pameran seni tunggalku yang pertama, tapi pasangan Alpha-ku, Baskara, tidak terlihat di mana pun. Udara di galeri terasa sesak oleh aroma sampanye dan pujian, tapi setiap pujian terasa seperti tamparan, menyebutku "pasangan sang Alpha," bukan seorang seniman.

Lalu aku melihatnya di siaran berita. Dia sedang melindungi wanita lain, seorang Alpha Wanita, dari kilatan kamera. Bisikan di dalam ruangan membenarkannya: kawanan mereka akan bergabung, disegel oleh ikatan baru. Ini bukan hanya tentang keterlambatannya; ini adalah eksekusi publik atas ikatan kami.

Suaranya menusuk pikiranku, dingin dan tanpa perasaan. "Kania membutuhkanku. Kau seorang Omega, tangani ini." Bukan permintaan maaf, hanya sebuah perintah. Saat itulah helai harapan terakhir yang kugenggam selama empat tahun akhirnya putus.

Dia tidak hanya melupakanku; dia telah secara sistematis menghapusku, bahkan mengambil kredit atas aplikasi bernilai triliunan rupiah yang lahir dari visi rahasiaku, menganggap seniku hanya sebagai "hobi."

Tapi bagian diriku yang pendiam dan penurut mati malam itu. Aku berjalan ke sebuah ruang belakang dan mengirim pesan kepada pengacaraku.

Aku menyuruhnya untuk menyusun dokumen Ritual Penolakan, yang disamarkan sebagai transfer Hak Kekayaan Intelektual untuk karya seniku yang "tidak berharga". Dia tidak akan pernah membaca tulisan kecilnya. Dengan kesombongan yang sama yang dia gunakan untuk menghancurkan jiwaku, dia akan menandatangani kehancurannya sendiri.

Bab 1

ARYANA POV:

Udara di galeri terasa sesak. Berbau sampanye mahal, parfum manusia, dan aroma samar cat minyak yang mengering di atas kanvas. Tapi satu-satunya aroma yang dirindukan jiwaku tidak ada di sana.

Pinus dan sengatan listrik dari badai yang akan datang.

Baskara.

Alpha-ku. Pasanganku.

Seharusnya dia ada di sini. Ini adalah malamku, pameran tunggalku yang pertama. Puncak dari tahun-tahun yang kuhabiskan membungkuk di atas kanvas di penthouse steril dan sepi yang dia sebut rumah kami.

Getaran kegelisahan menjalari diriku. Aku merapikan gaun sutra sederhana yang kukenakan, berwarna biru malam yang pekat. Gaun itu elegan, tapi terasa seperti kostum. Segala sesuatu tentang kehidupan ini terasa seperti kostum.

Seseorang mendentingkan gelas di dekatnya. "Bersulang untuk pasangan sang Alpha! Omega kecil yang sangat berbakat."

Kata-kata itu dimaksudkan sebagai pujian, tapi mendarat seperti tamparan yang menghinakan. *Pasangan sang Alpha.* Bukan Aryana Mason, sang seniman. Hanya perpanjangan dari dirinya. Sebuah aksesori.

Melalui Ikatan Batin, ruang mental bersama kawanan kami, aku bisa merasakan pikiran serigala Rajawali lainnya di ruangan itu. Beberapa merasa kasihan. *Kasihan sekali, dia tidak datang.* Yang lain diwarnai dengan kepuasan yang kejam. *Dia memang selalu terlalu pendiam untuk Alpha seperti Baskara.*

Ikatan Batin adalah anugerah dari Dewi Bulan, yang dimaksudkan untuk mengikat kawanan bersama, untuk menciptakan sebuah keluarga. Tapi malam ini, rasanya seperti sangkar bisikan, masing-masing menusuk hatiku.

Aku memaksakan senyum untuk seorang kolektor manusia yang mengagumi karya terbesarku, pusaran perak dan bayangan yang melambangkan kelahiran sebuah ide. Idenya.

Pandanganku beralih ke layar besar di ujung galeri, yang seharusnya menampilkan sketsa digitalku secara berulang. Sebaliknya, layar itu menayangkan siaran berita langsung.

Dan di sanalah dia.

Baskara Aditama. Baskara-ku.

Dia berdiri di tangga Balai Kota Jakarta, bahunya yang lebar menjadi benteng dalam setelan jas yang dijahit sempurna. Tubuhnya yang kuat diposisikan protektif, melindungi wanita lain dari rentetan kilatan kamera.

Kania Wijoyo. Alpha Wanita dari Kawanan Bulan Merah.

Aromanya, bahkan melalui layar, terasa tajam dan agresif-jahe liar dan matahari gurun. Dia adalah seorang predator, setara. Bukan Omega pendiam yang beraroma lilac dan hujan.

Bisikan di galeri semakin keras, tidak lagi terbatas pada Ikatan Batin.

"...penggabungan antara Rajawali dan Bulan Merah..."

"...aliansi akan disegel dengan sebuah ikatan..."

"...pasangan yang benar-benar kuat. Seorang Alpha dan seorang Alpha Wanita..."

Dunia terasa berputar. Sampanye di perutku berubah menjadi asam. Ini bukan hanya tentang keterlambatannya. Ini adalah eksekusi publik. Eksekusiku.

Kemudian, suaranya menembus kebisingan, langsung ke dalam kepalaku. Perintah yang dingin dan tanpa perasaan melalui ikatan pribadi kami.

*Kania membutuhkanku. Kau seorang Omega, tangani saja acara kecil ini. Selamat.*

Kata-katanya singkat, tidak sabar. Tidak ada sedikit pun permintaan maaf. Tidak ada secercah kehangatan. Itu adalah perintah dari seorang Alpha kepada bawahannya.

Itu saja. Helai harapan terakhir yang kugenggam selama empat tahun akhirnya putus. Ikatan suci di antara kami, yang ditenun oleh Dewi Bulan, tiba-tiba terasa sedingin es dan rapuh, seperti sulur beku yang akan hancur.

"Kau baik-baik saja, Aryana?"

Sebuah kehadiran yang solid tiba-tiba ada di sisiku. Bramantyo, pemilik galeri. Aroma Beta-nya, tanah hangat dan buku-buku tua, adalah perisai yang menenangkan, menghalangi mata dan pikiran yang ingin tahu.

Suaranya rendah, hanya untuk telingaku, tapi amarahnya adalah jeritan tanpa suara di Ikatan Batin. *Alpha bodoh itu! Dia sama saja seperti yang terakhir kali menghancurkan hati adikku. Dia akan menyesali hari ini sampai napas terakhirnya!*

Aku menarik napas gemetar, mataku terpaku pada lukisan di dinding. Itu adalah salah satu sketsa awalku untuk proyek "Aether"-aplikasi revolusioner yang telah menghasilkan triliunan rupiah bagi Aditama Corp. Inspirasi itu datang kepadaku dalam sebuah visi, anugerah dari garis keturunan rahasiaku, semburan gambar dan kode yang dengan panik kulukis di atas kanvas.

Baskara menyebutnya "hobiku". Dia tahu persis apa itu, sihir yang berdenyut di bawah cat. Tapi mengakuinya berarti mengakui kekuatanku. Jadi dia meremehkannya. Dan juga aku.

Dia tidak hanya melupakanku. Dia telah secara sistematis menghapus keberadaanku. Dia telah mengambil bagian paling suci dari jiwaku, sihir warisan Serigala Putihku, dan mencapnya dengan namanya sendiri.

Bagian diriku yang pendiam, bagian yang telah belajar untuk bertahan hidup dengan menjadi kecil dan sunyi, akhirnya mati. Sebagai gantinya, sebuah tekad yang dingin dan keras muncul, setajam pecahan kaca.

Aku tidak akan hancur. Aku tidak akan runtuh.

Aku akan melawan.

Aku permisi, berjalan dengan kaki mantap ke ruang belakang. Tanganku bahkan tidak gemetar saat aku mengeluarkan ponselku. Aku menggulir ke kontak Saras, pengacaraku, jiwa lain yang dilindungi oleh Dewan Lembah Rembulan yang netral.

Pesanku sederhana, dikirim melalui saluran terenkripsi yang aman.

"Saras," ketikku. "Aku butuh kau menyusun dokumen untuk Ritual Penolakan. Samarkan sebagai perjanjian transfer Hak Kekayaan Intelektual untuk semua konsep seni 'Aether'-ku. Dia tidak akan pernah membaca tulisan kecilnya. Dia pikir 'hobi' seorang Omega tidak ada harganya."

Aku menekan kirim. Keputusan itu meresap ke dalam tulangku, bukan dengan rasa sakit, tetapi dengan ketenangan mengerikan dari badai yang akan datang. Dia akan menandatangani kehancuran jiwanya, dan dia akan melakukannya dengan kesombongan santai yang sama seperti saat dia baru saja menghancurkan jiwaku.

---

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gavin

Selebihnya
Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

xuanhuan

5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Romantis

5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Dihapus oleh Kebohongan dan Cintanya

Dihapus oleh Kebohongan dan Cintanya

Miliarder

5.0

Selama sepuluh tahun, aku memberikan segalanya untuk suamiku, Baskara. Aku bekerja di tiga tempat sekaligus agar dia bisa menyelesaikan S2 bisnisnya dan menjual liontin warisan nenekku untuk mendanai perusahaan rintisannya. Sekarang, di ambang perusahaannya melantai di bursa saham, dia memaksaku menandatangani surat cerai untuk yang ketujuh belas kalinya, menyebutnya sebagai "langkah bisnis sementara." Lalu aku melihatnya di TV, lengannya melingkari wanita lain—investor utamanya, Aurora Wijaya. Dia menyebut wanita itu cinta dalam hidupnya, berterima kasih padanya karena "percaya padanya saat tidak ada orang lain yang melakukannya," menghapus seluruh keberadaanku hanya dengan satu kalimat. Kekejamannya tidak berhenti di situ. Dia menyangkal mengenalku setelah pengawalnya memukuliku hingga pingsan di sebuah mal. Dia mengurungku di gudang bawah tanah yang gelap, padahal dia tahu betul aku fobia ruang sempit yang parah, membiarkanku mengalami serangan panik sendirian. Tapi pukulan terakhir datang saat sebuah penculikan. Ketika penyerang menyuruhnya hanya bisa menyelamatkan salah satu dari kami—aku atau Aurora—Baskara tidak ragu-ragu. Dia memilih wanita itu. Dia meninggalkanku terikat di kursi untuk disiksa sementara dia menyelamatkan kesepakatan berharganya. Terbaring di ranjang rumah sakit untuk kedua kalinya, hancur dan ditinggalkan, aku akhirnya menelepon nomor yang tidak pernah kuhubungi selama lima tahun. "Tante Evelyn," ucapku tercekat, "boleh aku tinggal dengan Tante?" Jawaban dari pengacara paling ditakuti di Jakarta itu datang seketika. "Tentu saja, sayang. Jet pribadiku sudah siap. Dan Aria? Apa pun masalahnya, kita akan menyelesaikannya."

Cintanya, Penjaranya, Putra Mereka

Cintanya, Penjaranya, Putra Mereka

Horor

5.0

Selama lima tahun, suamiku, Brama Wijaya, mengurungku di sebuah panti rehabilitasi. Dia mengatakan pada dunia bahwa aku adalah seorang pembunuh yang telah menghabisi nyawa adik tiriku sendiri. Di hari kebebasanku, dia sudah menunggu. Hal pertama yang dia lakukan adalah membanting setir mobilnya ke arahku, mencoba menabrakku bahkan sebelum aku melangkah dari trotoar. Ternyata, hukumanku baru saja dimulai. Kembali ke rumah mewah yang dulu kusebut rumah, dia mengurungku di kandang anjing. Dia memaksaku bersujud di depan potret adikku yang "sudah mati" sampai kepalaku berdarah di lantai marmer. Dia membuatku meminum ramuan untuk memastikan "garis keturunanku yang tercemar" akan berakhir bersamaku. Dia bahkan mencoba menyerahkanku pada rekan bisnisnya yang bejat untuk satu malam, sebagai "pelajaran" atas pembangkanganku. Tapi kebenaran yang paling kejam belum terungkap. Adik tiriku, Kania, ternyata masih hidup. Lima tahun penderitaanku di neraka hanyalah bagian dari permainan kejinya. Dan ketika adik laki-lakiku, Arga, satu-satunya alasanku untuk hidup, menyaksikan penghinaanku, Kania menyuruh orang untuk melemparkannya dari atas tangga batu. Suamiku melihat adikku mati dan tidak melakukan apa-apa. Sambil sekarat karena luka-luka dan hati yang hancur, aku menjatuhkan diri dari jendela rumah sakit, dengan pikiran terakhir sebuah sumpah untuk balas dendam. Aku membuka mataku lagi. Aku kembali ke hari pembebasanku. Suara sipir terdengar datar. "Suamimu yang mengaturnya. Dia sudah menunggu." Kali ini, akulah yang akan menunggu. Untuk menyeretnya, dan semua orang yang telah menyakitiku, langsung ke neraka.

Dari Istri Tercampakkan Menjadi Pewaris Berkuasa

Dari Istri Tercampakkan Menjadi Pewaris Berkuasa

Miliarder

5.0

Pernikahanku hancur di sebuah acara amal yang kuorganisir sendiri. Satu saat, aku adalah istri yang sedang hamil dan bahagia dari seorang maestro teknologi, Bima Nugraha; saat berikutnya, layar ponsel seorang reporter mengumumkan kepada dunia bahwa dia dan kekasih masa kecilnya, Rania, sedang menantikan seorang anak. Di seberang ruangan, aku melihat mereka bersama, tangan Bima bertengger di perut Rania. Ini bukan sekadar perselingkuhan; ini adalah deklarasi publik yang menghapus keberadaanku dan bayi kami yang belum lahir. Untuk melindungi IPO perusahaannya yang bernilai triliunan rupiah, Bima, ibunya, dan bahkan orang tua angkatku sendiri bersekongkol melawanku. Mereka memindahkan Rania ke rumah kami, ke tempat tidurku, memperlakukannya seperti ratu sementara aku menjadi tahanan. Mereka menggambarkanku sebagai wanita labil, ancaman bagi citra keluarga. Mereka menuduhku berselingkuh dan mengklaim anakku bukanlah darah dagingnya. Perintah terakhir adalah hal yang tak terbayangkan: gugurkan kandunganku. Mereka mengunciku di sebuah kamar dan menjadwalkan prosedurnya, berjanji akan menyeretku ke sana jika aku menolak. Tapi mereka membuat kesalahan. Mereka mengembalikan ponselku agar aku diam. Pura-pura menyerah, aku membuat satu panggilan terakhir yang putus asa ke nomor yang telah kusimpan tersembunyi selama bertahun-tahun—nomor milik ayah kandungku, Antony Suryoatmodjo, kepala keluarga yang begitu berkuasa, hingga mereka bisa membakar dunia suamiku sampai hangus.

Buku serupa

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku