Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
"Tolong Papa jangan pergi demi Tisa, anak kita satu-satunya Pa" rengek Mama sambil bersimpuh di kaki Papa.
Tak sengaja Tisa mendengar percakapan Mama dan Papa di ruang keluarga. Tisa hanya menduga, mungkinkah mereka akan bercerai? Tisa tak sanggup membayangkan jika perceraian itu benar-benar terjadi. Dipejamkannya mata berusaha menahan gejolak jiwa.
Praaang!
Mendengar suara ribut di luar kamar, membuatnya terpaksa memicingkan matanya kembali. Membuka handel pintu dan melongokkan kepala ke arah datangnya suara.
"Pa jangan pergi! "
Itu suara Mama.
"Minggir!" teriak Papa.
"Pa, Mama mohon jangan pergi" kedua tangannya mencengkeram eart kaki Papa.
Papa dengan kasar menyingkirkannya hingga terjungkal ke belakang. Papa pun melenggang keluar rumah diikuti seorang perempuan yang selama ini Tisa kenal dengan nama tante Indira, sekretaris Papa di kantor. Sekilas perempuan itu melirik ke arah Mama dengan senyum kemenangan. Ciiiih... Tisa jijik melihatnya. Setengah berlari Tisa menuruni anak tangga menghambur memeluk Mama yang masih menangis dengan tubuh dibiarkannya terbaring di lantai. Tisa berusaha membantu berdiri dan memapahnya ke sofa di sudut ruangan.
"Ma, biarkan Papa pergi dengan perempuan itu. Tisa janji tidak akan membiarkan Papa menyakiti Mama lagi. "
Dipeluknya wanita yang selama ini kuat dan tegar di mata Tisa, tiba-tiba rapuh.
"Papa kejam! tega melakukan ini ke Mama dan Tisa" rutuknya dalam hati. Sebulir cairan bening pun mengalir membentuk anak sungai di pipinya tanpa bisa dicegah. Ini adalah yang terakhir kalinya, tak akan kubiarkan Mama bersedih lagi.
Beranjak ke dapur mengambil segelas air putih dan disodorkannya ke mama.
"Minum dulu Ma, tenangkan hati dan pikiran Mama".
" Tisa maafkan Mama ya? " Setelah agak tenang Mama mulai berbicara.
"Jangan minta maaf sama Tisa, Mama gak salah. Perempuan itu yang keterlaluan. Dia yang membuat Papa pergi dan ninggalin kita Ma.Tisa tidak akan memaafkannya, " jawab Tisa menahan amarah.
"Mama istirahatlah, Tisa bantu ke kamar ya? " Di papahnya ke kamar dan membaringkannya di atas ranjang. Setelah memastikan Mama berbaribg di ranjang Tisa perlahan berdiri dan melangkah keluar.
"Tisa," panggil Mama lirih.
Tisa menghentikan langkahnya dan membalikkan badan sembari tersenyum ke arah Mama.
"Terima kasih sudah menjadi anak yang baik, meski Mama belum bisa menjadi Mama yang baik buat kamu. " Dikecupnya kening Tisa, anak semata wayangnya.
"Ma, Tisa akan selalu menjadi anak baik buat Mama. Jangan berpikiran yang macam-macam. Istirahatlah biar besok segar kembali." diciumnya kening dan pipi Mama berkali-kali.