Blurb Hangatnya cinta tak mampu mencairkan hati Tisa yang beku. Banyak cowok yang patah hati dengan sikap dinginnya. Cinta itu kejam, cinta itu menyakitkan, cinta itu tak berperasaan. Itulah gambaran tentang cinta di hati Tisa. Semua berawal ketika papanya memutuskan meninggalkan dirinya dan Mama beberapa tahun yang lalu. Pergi dengan perempuan lain. Sikap dingin Tisa menarik perhatian Langga, playboy kampus yang terkenal sering gonta-ganti cewek. Semakin Tisa menghindarinya, semakin ingin Langga mendekatinya. Mampukah Langga mencairkan hati Tisa yang beku?
"Tolong Papa jangan pergi demi Tisa, anak kita satu-satunya Pa" rengek Mama sambil bersimpuh di kaki Papa.
Tak sengaja Tisa mendengar percakapan Mama dan Papa di ruang keluarga. Tisa hanya menduga, mungkinkah mereka akan bercerai? Tisa tak sanggup membayangkan jika perceraian itu benar-benar terjadi. Dipejamkannya mata berusaha menahan gejolak jiwa.
Praaang!
Mendengar suara ribut di luar kamar, membuatnya terpaksa memicingkan matanya kembali. Membuka handel pintu dan melongokkan kepala ke arah datangnya suara.
"Pa jangan pergi! "
Itu suara Mama.
"Minggir!" teriak Papa.
"Pa, Mama mohon jangan pergi" kedua tangannya mencengkeram eart kaki Papa.
Papa dengan kasar menyingkirkannya hingga terjungkal ke belakang. Papa pun melenggang keluar rumah diikuti seorang perempuan yang selama ini Tisa kenal dengan nama tante Indira, sekretaris Papa di kantor. Sekilas perempuan itu melirik ke arah Mama dengan senyum kemenangan. Ciiiih... Tisa jijik melihatnya. Setengah berlari Tisa menuruni anak tangga menghambur memeluk Mama yang masih menangis dengan tubuh dibiarkannya terbaring di lantai. Tisa berusaha membantu berdiri dan memapahnya ke sofa di sudut ruangan.
"Ma, biarkan Papa pergi dengan perempuan itu. Tisa janji tidak akan membiarkan Papa menyakiti Mama lagi. "
Dipeluknya wanita yang selama ini kuat dan tegar di mata Tisa, tiba-tiba rapuh.
"Papa kejam! tega melakukan ini ke Mama dan Tisa" rutuknya dalam hati. Sebulir cairan bening pun mengalir membentuk anak sungai di pipinya tanpa bisa dicegah. Ini adalah yang terakhir kalinya, tak akan kubiarkan Mama bersedih lagi.
Beranjak ke dapur mengambil segelas air putih dan disodorkannya ke mama.
"Minum dulu Ma, tenangkan hati dan pikiran Mama".
" Tisa maafkan Mama ya? " Setelah agak tenang Mama mulai berbicara.
"Jangan minta maaf sama Tisa, Mama gak salah. Perempuan itu yang keterlaluan. Dia yang membuat Papa pergi dan ninggalin kita Ma.Tisa tidak akan memaafkannya, " jawab Tisa menahan amarah.
"Mama istirahatlah, Tisa bantu ke kamar ya? " Di papahnya ke kamar dan membaringkannya di atas ranjang. Setelah memastikan Mama berbaribg di ranjang Tisa perlahan berdiri dan melangkah keluar.
"Tisa," panggil Mama lirih.
Tisa menghentikan langkahnya dan membalikkan badan sembari tersenyum ke arah Mama.
"Terima kasih sudah menjadi anak yang baik, meski Mama belum bisa menjadi Mama yang baik buat kamu. " Dikecupnya kening Tisa, anak semata wayangnya.
"Ma, Tisa akan selalu menjadi anak baik buat Mama. Jangan berpikiran yang macam-macam. Istirahatlah biar besok segar kembali." diciumnya kening dan pipi Mama berkali-kali.
Melepaskan pelukan Mama dan beranjak meninggalkan kamar. Melewati ruang keluarga tak sengaja matanya menatap deretan foto dirinya. Tisa kecil menggenggam erat tangan Papa saat belajar berjalan. Senyum ceria saat digendong Papa di ulang tahunnya yang pertama. Mama dan Papa yang tersenyum bahagia saat kelulusan Sekolah Dasar. Semua foto yang berderet rapi di dinding seolah mewakili keharmonisan keluarganya. Mama yang begitu sabar menghadapi Papa. Dan papa yang selalu ada buat Tisa meski sesibuk apa pun. Semuanya kini tinggal kenangan. Sejak kehadiran tante Indira, sekretaris genit, Papa jadi berubah. Dan tega ninggalin aku sama Mama. Amarah kembali meledak jika ingat kelakuan perempuan jijik itu.Tak tau malu! rutuknya dalam hati. Mempercepat langkah kakinya menapaki tangga demi tangga menuju kamar. Hanya satu yang diinginkannya saat ini, menangis.
Dibukanya pintu dengan kasar dan membantingnya dengan keras hingga menimbulkan suara blum! Dilemparnya foto Papa bersama dirinya di meja belajar. Pyaaaar... pecahan kaca menyebar ke mana-mana.
Tisa benci Papa! Papa jahat! Papa tega menyakiti Mama! Dibuangnya semua benda pemberian Papa yang ada di kamarnya. Sebentar saja kamar sudah berubah. Barang berserakan di mana-mana. Terduduk lemas di pojok ranjang menyesal gak bisa berbuat apa-apa untuk Mama. Beranjak ke kamar mandi membasuh muka yang sembab. Tak kan kubiarkan air mata ini mengalir sia-sia hanya untuk perempuan b****sek seperti tante Indira. Cukup sekali ini saja. Meletakkan tubuh rapuhnya ke atas ranjang berusaha memejamkan mata berharap kejadian ini hanyalah mimpi.
**
Hari ini sebenarnya Tisa malas pergi ke Kampus. Teringat janji dengan Clara dengan malas dan hati yang kurang mood dipaksanya berangkat.
"Pagi Tisa? Kok wajah lo sembab, semalam habis nangis ? What happen honey? Maybe i can help you? " sapa Clara sesampainya di Kampus. "I'am ok. Temenin gue ke kantin yuk! Belum sarapan nii" kutarik tangannya.
"Lo pilih menunya gue ke toilet bentar. "
Samar-samar terdengar suara berbisik dari luar kamar mandi. "Dion, lu masih sayang kan sama Tisa? " Suara manja seorang perempuan terdengar akrab di telinganya. Seperti suara Saras, kenapa sama Dion? Apa yang mereka lakukan di toilet wanita ini? Penasaran Tisa urung mengeluarkan hasrat yang sedari tadi ditahannya.
"Sayang, tapi aku lebih mencintaimu, " jawab Dion sambil mengusap kepala Saras
"Dion, please beri aku kepastian. Kamu pilih aku atau Tisa. Jangan menggantung perasaanku seperti ini. Aku tak mau menjadi orang ketiga dalam hubungan kalian. Dia sahabat baikku. "
"Aku mencintaimu Saras," Membekap mulut Saras dengan bibirnya.
Mata Tisa memanas, tak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya. Menghambur keluar dengan derai air mata tak terbendung. Berlari sekuatnya menjauh dari tempat ini. Laki-laki sama saja, Dion, Papa semuanya b****sek! makinya dalam hati.
Jatuh tersungkur menabrak cowok di depannya. Buru-buru bangun sambil mengusap air matanya. Kembali berlari menuju gerbang Kampus.
"Hei, tunggu!" teriakan cowok yang ditabraknya tadi tak dihiraukannya. Pikirannya benar-benar kacau hari ini. Dua peristiwa berturut-turut ia alami.
Tisa tak percaya Dion melakukan ini padanya. Yang ia tahu Dion orangnya setia, sabar dan penyayang. Kenapa harus Saras? sahabat Tisa sejak SMA.
Melangkah gontai ke coffeeshop langganannya. Duduk dekat jendela tempat favoritnya.
"Mbak Tisa mau minum apa? " sapa pelayan dengan ramah. Tisa sering ke sini, semua karyawan tahu namanya.
"Seperti biasa"
"Ok, tunggu sebentar ya"
Membuka galeri HP dan menghapus semua foto Dion. Tak menyadari ada seorang pria yang menguntitnya dari Kampus dan duduk di belakangnya. Memperhatikan setiap gerak geriknya.
Bab 1 Selingkuh
13/12/2021
Bab 2 Patah Hati
13/12/2021
Bab 3 Langga
13/12/2021
Bab 4 Akhirnya
13/12/2021
Bab 5 Welcome Back Love
13/12/2021
Bab 6 JATUH CINTA
30/12/2021
Bab 7 API UNGGUN
31/12/2021
Bab 8 PENOLAKAN
01/01/2022
Bab 9 POV LANGGA
02/01/2022
Bab 10 No Way!
08/01/2022
Bab 11 Coffee Shop
14/01/2022
Bab 12 Bimbang
01/02/2022
Bab 13 Pertemuan Dengan Papa
04/02/2022
Bab 14 First Date
18/02/2022
Bab 15 Jadian
28/02/2022
Bab 16 Goodbye Dion
05/03/2022
Bab 17 Dion
18/03/2022
Bab 18 Dion
18/03/2022
Bab 19 Clara
05/04/2022
Bab 20 Leo
01/05/2022