/0/19206/coverorgin.jpg?v=73b6aa1e2c1c449e7b4a460ba003c584&imageMogr2/format/webp)
“Kamu apa-apaan, Ratih!” seru Wisnu. Pria tampan berusia 32 tahun itu terus memegang pipinya yang terasa panas usai ditampar Ratih.
“Aku yang seharusnya bertanya, Mas. Apa yang kamu lakukan dengan Fani? Bukankah dia sekretaris barumu. Mengapa kalian berpelukan bahkan saling cium tadi?” sergah Ratih penuh amarah.
Wanita berambut ikal dengan tinggi 165 cm itu masih berdiri mematung menatap Wisnu dengan tatapan penuh amarah. Sementara Fani, gadis yang duduk di sebelah Wisnu hanya terdiam tak berani bersuara.
Sebuah helaan napas panjang keluar begitu saja dari mulut Wisnu. Pria berwajah manis itu menatap Ratih dengan sendu kini.
“Aku akan jelaskan semuanya, Ratih. Duduklah!” pinta Wisnu. Ia sudah merendahkan suaranya dan tampak trenyuh menatap Ratih.
“TIDAK!! AKU TIDAK MAU!! Aku mau pulang. Aku tunggu penjelasanmu di rumah!” Ratih sudah membalikkan badan dan berjalan cepat meninggalkan suami bersama sekretaris barunya.
Rencana Ratih Apsari untuk menikmati sajian ikan bakar di restoran langganannya saat istirahat makan siang kali ini harus gagal. Dia memergoki suaminya sedang asyik bermesra dengan seorang gadis yang tak lain Fani, sekretaris barunya. Ratih tahu dan mengenal Fani bahkan suaminya mengenalkan Fani kepadanya beberapa bulan yang lalu, tapi Ratih tidak menyangka kalau akhirnya Wisnu malah bermain gila dengan sekretarisnya itu.
“RATIH!! TUNGGU!!” Wisnu mengejar sambil mencekal tangan Ratih membuat wanita berwajah manis itu berhenti.
Napas Ratih tersenggal seakan berusaha menahan amarah yang sedang memenuhi dadanya. Wisnu menggeser tubuhnya hingga berdiri sejajar di depan Ratih.
“Aku akan menjelaskannya sekarang, Ratih,” lanjut Wisnu.
Ratih hanya diam. Perlahan dia mengangkat kepala dan menatap pria berwajah manis di depannya itu dengan tajam.
“Aku mencintainya, Ratih. Aku mencintai Fani. Maafkan aku ... .” Sangat pelan Wisnu mengatakannya, tapi sudah berhasil membuat Ratih terluka.
“Aku sudah lama ingin mengatakan kepadamu. Aku butuh seorang anak, Tih. Kedua orang tuaku juga membutuhkan cucu. Itu sebabnya ---“
“Itu sebabnya kamu memilih berselingkuh dengannya dan menganggap legal semua yang telah kamu lakukan,” sahut Ratih.
Wisnu menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.
“Bukan begitu, Tih. Kamu tahu sendiri berapa lama kita menikah. Sudah hampir 8 tahun dan kamu belum juga hamil. Aku bosan selalu dituntut anak oleh ayah dan ibu. Aku lelah menghadapi tuntutan mereka, Ratih.”
Ratih berdecak sambil tersenyum miring menatap Wisnu.
“Lalu kenapa kamu tidak mengatakannya kepadaku, Mas? Kenapa juga kamu tidak mau menerima saranku? Bukankah aku sudah mengajakmu berulang kali untuk memeriksakan diri. Jika memang ada yang salah pada kita, aku yakin dokter bisa membantunya.”
Wisnu hanya tersenyum menyeringai sambil menatap Ratih dengan tatapan yang aneh.
“Jadi menurutmu ada yang mandul di antara kita?”
Ratih hanya diam dan menatap Wisnu dengan sendu. Ia tidak mengatakan hal seperti itu, tetapi suaminya sudah menduga sendiri.
“Aku yakin kalau bukan aku. Kamu tahu sendiri, aku terlahir dari keluarga besar. Sementara kamu, kamu hanya anak tunggal. Itu sebabnya aku tidak mengatakan keinginan ayah dan ibu padamu. Aku takut menyakiti perasaanmu, Tih.”
Ratih membisu menelan ludah berulang sambil menatap pria yang sudah satu windu menjadi suaminya. Entah mengapa Ratih merasa tidak mengenali pria di depannya ini. Ia sudah jauh berbeda. Bahkan ucapan terakhirnya itu terkesan menyudutkan Ratih.
/0/15994/coverorgin.jpg?v=cc7c08ec22dba2c3eed5abc3b01966b9&imageMogr2/format/webp)
/0/22465/coverorgin.jpg?v=20250213211033&imageMogr2/format/webp)
/0/2418/coverorgin.jpg?v=d07d4a44370ed4f0dec3d1118f21b7f9&imageMogr2/format/webp)
/0/29987/coverorgin.jpg?v=ae31e45a1e39dad40e590c256c3a2bf9&imageMogr2/format/webp)
/0/12594/coverorgin.jpg?v=20250122183335&imageMogr2/format/webp)
/0/23830/coverorgin.jpg?v=20250607090803&imageMogr2/format/webp)
/0/17239/coverorgin.jpg?v=fb9051abfe928fe97b10451bd3259ec7&imageMogr2/format/webp)
/0/5626/coverorgin.jpg?v=79f5e94995c9ef2e0230aa95e6050667&imageMogr2/format/webp)
/0/17105/coverorgin.jpg?v=40e37bfaac1da73a3d48e518acb5037d&imageMogr2/format/webp)
/0/5983/coverorgin.jpg?v=6f6e63590595f6e14b3827c458936f00&imageMogr2/format/webp)
/0/3066/coverorgin.jpg?v=20250120140603&imageMogr2/format/webp)
/0/4896/coverorgin.jpg?v=e4d73480546b66939e583eeaf04cb2d9&imageMogr2/format/webp)
/0/5888/coverorgin.jpg?v=88ed910bbcf55b640b1eb6eb4ed85c97&imageMogr2/format/webp)
/0/4290/coverorgin.jpg?v=f69af7fae1687f0e6c25f81bff95b97e&imageMogr2/format/webp)
/0/3583/coverorgin.jpg?v=420d23233a567bf114de59d69690b350&imageMogr2/format/webp)
/0/17215/coverorgin.jpg?v=20240316130058&imageMogr2/format/webp)
/0/5016/coverorgin.jpg?v=21b0a7ba6ac9ea3de009588d552d046a&imageMogr2/format/webp)
/0/14239/coverorgin.jpg?v=7b153e51ddb1d112039439ed209cb2e8&imageMogr2/format/webp)