"Mas mohon Zara, cuma kamu yang bisa membantu Mas" pinta Harry dengan suara penuh kerendahan hati. Dia berlutut di hadapan Zara, istrinya. Matanya memandang wajah cantik Zara yang dipenuhi dengan emosi, antara kemarahan, kekecewaan dan kesedihan.
Hanya jarum jam yang berdetak perlahan mengisi keheningan di antara dua jiwa yang terikat dalam tatapan diam.
Harry menahan erat tangan wanita di sampingnya, matanya memerah karena menyimpan beban yang tak terungkap, sementara Zara hanya terdiam, sibuk merenungkan apa yang ada dalam benaknya.
"Mas mohon, hanya sekali saja, setelah itu kita akan kembali hidup normal, Mas akan menerimamu kembali" Ucap Harry dengan nada membujuk
Mata Zara melotot, tak percaya dengan ucapan sang suami "Apa Mas sudah gila!? Mas tidak mencintaiku lagi? Permintaanmu itu keterlaluan, Mas, bagaimana kamu bisa meminta istrimu sendiri untuk melakukan itu?!" balas Zara dengan emosi memuncak sambil mencoba menahan air matanya.
"Sayang, Mas terpaksa. Mas mencintai Zara. Tapi, Mas juga tak ingin melihatmu menderita, itulah mengapa ini satu-satunya jalan untuk melunasi hutang kita" jelas Harry dengan nada penuh penyesalan.
"Dengan menjualku?!" Dengan kasarnya Zara melepaskan tangan Harry yang menggenggamnya
"Zara, Mas mohon..."
"Kalau begitu coba Mas jelaskan, kenapa Mas bisa berhutang sebanyak ini? Bahkan hutang disebuah bar?! Sejak kapan Mas mengenal tempat gelap itu?!" Derasnya air mata Zara tidak terbendung. Kekecewaan merambah dihatinya saat sang suami pulang dengan keadaan berantakan dan sebuah surat berisikan jumlah hutang yang dimilikinya.
"Mas khilaf sayang"
"Khilaf Mas bilang? Sampai kapan Mas akan terus menggunakan kata khilaf saat Mas sendiri sudah sadar jika yang Mas lakukan itu salah" Zara terdiam selama beberapa detik sebelum melanjutkan ucapannya "Aku kecewa, Mas. Kamu yang berbuat, namun aku yang harus bertanggung jawab" Ucap Zara dengan nada tenang yang mengundang makna berat
Harry mencoba menghapus air matanya, menangis, dan menunduk sambil berlutut di hadapan Zara. "Maafkan Mas, tapi apa bisa untuk sekali ini saja Zara bantu Mas" ucapnya dengan suara yang penuh penyesalan.
"Aku membencimu Mas!" seru Zara dengan penuh amarah.
"ZARA!!"
"Zara dengar Mas..."
Zara memasuki kamar dengan langkah yang berat. Dengan cepat, dia mengunci pintu kamarnya, lalu dengan kelelahan bersandar di pintu, merosot ke lantai sambil menangis dan meremas dadanya. Rasa sakit yang teramat dalam menghantam hatinya.
Harry, suaminya, berniat menjual dirinya kepada bos pemilik klub malam untuk melunasi hutang besar yang diakibatkan oleh kegemarannya berjudi dan minum alkohol.
Zara bertanya-tanya, mengapa Harry melakukan hal ini? Padahal setau Zara, Harry selalu jujur dan terbuka padanya namun ternyata, suaminya kecanduan judi, dan rumah tangga mereka dibangun dengan penuh kebohongan
Zara jadi berpikir, apa selama ini, Harry memberi nafkah dengan uang yang diperoleh dari kegiatan judi ilegal? Padahal, Harry sudah memiliki pekerjaan tetap di sebuah perusahaan industri, yang sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.
"Zara, maafkan Mas. Buka pintunya, Zara. Mas terpaksa melakukannya. Jika menolak maka Mas akan dibunuh, dan kamu akan dijadikan pelacur di klub itu untuk selamanya Zara" Terdengar suara Harry dari luar kamar.
"Apa Mas pikir aku peduli? Pergi!" jawab Zara dengan tegas.
"Tolong pikirkan, Zara. Apapun yang terjadi, cinta Mas padamu tidak akan berubah. Hanya semalam dan setelah itu hidup kita akan kembali normal" pintanya Harry dengan harapan.
'Gila' Satu kata yang berputar dalam pikiran Zara saat Harry mengucapkan itu. Derai air matanya mengalir dengan deras, suaminya benar-benar sudah berubah dan Zara seperti tidak mengenal sosok Harry saat ini.
"Zara?" Harry kembali memanggil namun Zara tetap tidak membuka mulutnya "Mas pergi dulu, pikirkan lah lagi permintaan Mas" Sambung Harry
Hening. Hanya terdengar langkah kaki menjauhi pintu kamar. Harry telah pergi, meninggalkan Zara yang terdiam seperti mayat hidup, hatinya terluka.
/0/24250/coverorgin.jpg?v=f742b725ae599210d293d306a214d2f0&imageMogr2/format/webp)
/0/20883/coverorgin.jpg?v=7c89e6cb9f689c9772f6ba97dbbc38d9&imageMogr2/format/webp)
/0/19051/coverorgin.jpg?v=e67300697797524500dadbc4d1e1b62a&imageMogr2/format/webp)
/0/24866/coverorgin.jpg?v=f7065baf7f62da0e74ee8bf6ac37822d&imageMogr2/format/webp)
/0/30473/coverorgin.jpg?v=6291851d125c9ec89171f9cd0e5c3e2e&imageMogr2/format/webp)
/0/17562/coverorgin.jpg?v=fd6917b8813600f0f03233640180efbf&imageMogr2/format/webp)
/0/16579/coverorgin.jpg?v=3a43b19fd5c47a295880ec8095314a64&imageMogr2/format/webp)
/0/26509/coverorgin.jpg?v=830b73a37413432e6f7ce9f1b5ade740&imageMogr2/format/webp)
/0/4454/coverorgin.jpg?v=ed5ebcf6d3a160941f315a46bdde27bf&imageMogr2/format/webp)
/0/14126/coverorgin.jpg?v=963c5609ae381918b2bdde934ae4e5ed&imageMogr2/format/webp)
/0/30884/coverorgin.jpg?v=4a77d47b55afc497dd9b8e9762d23874&imageMogr2/format/webp)
/0/16913/coverorgin.jpg?v=f78a9497cddd1f29b8744868d0fee469&imageMogr2/format/webp)
/0/18501/coverorgin.jpg?v=1c0a6787d21223048282c0da9b5c5c48&imageMogr2/format/webp)
/0/14508/coverorgin.jpg?v=98e8c4aaf99418b9b32d635dfec6f032&imageMogr2/format/webp)
/0/21621/coverorgin.jpg?v=fea238469818ea92d629a4bbbdbf5f64&imageMogr2/format/webp)
/0/8516/coverorgin.jpg?v=8f090e21d980d15f912bae56538d3c38&imageMogr2/format/webp)
/0/10879/coverorgin.jpg?v=832f849f50e9ff94dbfcfb8d619a6081&imageMogr2/format/webp)
/0/23384/coverorgin.jpg?v=db8feda2729d6caf5fcb3f0c19f0c99b&imageMogr2/format/webp)
/0/20158/coverorgin.jpg?v=e31fedc9b2e92637058c64cfe6927527&imageMogr2/format/webp)