/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
Senin pagi yang bersahabat, minggu kedua setelah libur kenaikan kelas. Sekolah SMA HARAPAN mulai ramai siswa angkatan lalu dan siswa baru untuk melaksanakan upacara sebagaimana mestinya.
Namun, seorang gadis hanya bisa berjinjit menatap di sela-sela gerbang tertutup rapat lantaran terlambat yang berakhir tidak bisa masuk ke area sekolah.
Avril, gadis yang masih berstatus murid putih abu itu semalam bergadang untuk menyelesaikan
drama favoritnya sehingga melupakan sekolah yang sudah kembali normal dan KBM di
mulai.
Kebiasaan tersebut bukan hal mudah untuk dilupakan begitu saja apalagi dirinya sudah menekuni di saat masa putih biru ketika ia
mengalami Write’s Block maka pengalihannya hanya bisa dengan menonton dan membaca online.
Benar-benar sial, di tutup rapat. Mana enggak ada yang jaga, apa gue pulang ya? monolongnya seraya berpikir keras agar bisa masuk tanpa dihukum.
Mendengar suara gerbang di buka yang disusul suara vokal itu berhasil mengalihkan Avril untuk menghentikan berpikir dan membuang jauh-jauh harapannya melihat bapak guru muda berdiri di depannya.
“Kamu telat lagi?”
Sebelum menjawab, Avril tersenyum lebar menunjukkan gigi putih kecilnya mendapatkan pertanyaan dari guru yang sudah dekat dengan Avril.
“Iya Pak, lagian Avril telatnya sampai gerbang ditutup cuman hari ini saja. Hari lainnya mepet bel doang,” jawabnya membela diri. Karakter cuek dirinya bersyukur bertemu dengan guru tersebut sehingga tidak canggung lagi.
Yang dikatakan Avril memang benar, dirinya selalu sengaja berangkat siang agar tidak bosan menunggu waktu belajar dimulai.
“Cepat masuk, ikut barisan yang telat!” perintah guru itu setelah membuka lebih lebar gerbang agar Avril bisa masuk. Tidak mau repot merespons muridnya mengelak, dalam hatinya ia membenarkan sehingga untuk kali ini membiarkan sebagai toleransi pertama dan terakhir.
Avril berkata, “Thank You, pak Erik ganteng.” Tidak menunggu respons lawan bicara, ia langsung lari menuju baris yang disuruh.
Berlari seribu langkah padahal jarak dari pintu
gerbang utama ke lapangan tidak sejauh dari rumahnya ke sekolah, tapi Avril terlalu malu menjadi pusat perhatian. Bahkan setelah baris dirinya tidak peduli ransel masih mengantung di kedua pundaknya sementara kedelapan lelaki yang telat sedari tadi menyimpan di tribune lapangan.
Pak Erik adalah guru favorit Avril karena pelajaran yang menyenangkan tidak membosankan seperti guru-guru lain, bercerita
menjelaskan materi sendiri panjang lebar tidak memedulikan muridnya mendengarkan atau tidak. Yang mereka pikir, dirinya sudah menyampaikan mau muridnya serap dan pahami itu adalah urusan belakang serta bukan urusannya.
Pak Erik yang melihat anak didiknya tidak menunggu respon darinya geleng-geleng kepala, sudah biasa. Sembari berjalan melanjutkan tugas
keliling lagi. Melangkahkan kakinya ke kelas-kelas atau ke tempat persembunyian
seperti di belakang.
Beberapa menit Avril mengikuti upacara datanglah seorang cowok dan langsung ikut barisan di samping Avril. Avril meliriknya
sebentar lalu fokus mengikuti acara upacara yang terasa lama padahal kepalanya terasa nyut-nyutan.
Akhirnya upacara selesai, yang sudah menghabiskan waktu setengah jam itu. Matahari tampak sangat bersemangat pagi ini sehingga
membuat Avril kepanasan dan dehidrasi. Semuanya dibubarkan untuk menunggu KBM kecuali barisan yang telat akan diberi hukuman seperti biasanya.
Hukuman lantaran telat bukan pertama kalinya
dilakukan, sudah menjadi ritual setiap sekolah menetapkan hukuman bagi yang tidak menaati aturan. Tetapi tetap saja ada yang melanggar karena aturan ditetapkan untuk dilanggar.
Pertanyaan Relate keluar dari mulut pak Jino
selaku guru BK kepada murid barisan yang terlambat., “Kenapa kalian bisa
telat?”
“Kesiangan,” jawab mereka serempak kecuali Avril hanya menganggukkan kepala saja seraya memegang dahinya mulai merasa pusing,
menyerang berkali-kali lipat.
“Iya Bapak juga tahu, karena apa? Bergadang?” tanya pak Jino lagi dan dijawab anggukan oleh mereka. “Lari sepuluh putaran!” perintahnya
tanpa basa-basi lagi sebagai hukuman lalu kembali direspons anggukan.
Setelah membuat satu barus mereka langsung berlari tanpa dikomando. Avril baris di belakang dengan lelaki yang paling kesiangan
menjadi penutup.
/0/6516/coverorgin.jpg?v=b7743a59d42f9ec4e09669625ca35fe9&imageMogr2/format/webp)
/0/22188/coverorgin.jpg?v=4f6b0ccb7ad527802d38d117e6ebad08&imageMogr2/format/webp)
/0/8482/coverorgin.jpg?v=895b3f8836708e13a7b45abf024eaa8d&imageMogr2/format/webp)
/0/16298/coverorgin.jpg?v=03367bf62e8269022f36944919d8b2a8&imageMogr2/format/webp)
/0/2709/coverorgin.jpg?v=07e5e78525664dd3080a36ee9ef3a2de&imageMogr2/format/webp)
/0/16417/coverorgin.jpg?v=acfa1c699f975e424d62fe219f50fdf8&imageMogr2/format/webp)
/0/5372/coverorgin.jpg?v=4eaf7c3a92872235760effad81f63dd7&imageMogr2/format/webp)
/0/8004/coverorgin.jpg?v=571ac2712872ce049b52fca5f42c3171&imageMogr2/format/webp)
/0/3623/coverorgin.jpg?v=f54b8723bde25d7c963d0c773b7bcb3d&imageMogr2/format/webp)
/0/16304/coverorgin.jpg?v=cceec5014ad6d8da23556a1c127c9c50&imageMogr2/format/webp)
/0/16328/coverorgin.jpg?v=d621b9f745cfe09fda0812c94cb92730&imageMogr2/format/webp)
/0/9210/coverorgin.jpg?v=635725120b5e334dd24e213c953a9dc7&imageMogr2/format/webp)
/0/14949/coverorgin.jpg?v=17739a5c922082348d1a124f2c1024cf&imageMogr2/format/webp)
/0/5064/coverorgin.jpg?v=452ee13c83c4b13e8f97a417724e0bd5&imageMogr2/format/webp)
/0/6005/coverorgin.jpg?v=75a354dc154877d293dfffe9ea6d2402&imageMogr2/format/webp)
/0/4331/coverorgin.jpg?v=26485793c73693ad6fb3d6d317a52d2e&imageMogr2/format/webp)
/0/18664/coverorgin.jpg?v=327f1070479f3e709a32c952a4cf3f13&imageMogr2/format/webp)