Warning! 18+ "Lahirkan seorang anak untukku, maka perusahaan mendiang ibumu akan tetap berdiri." "Anak? Dasar laki-laki gila!" Damian didesak oleh orang neneknya untuk segera menikah dan memiliki seorang anak. Sayangnya, dia sama sekali tidak tertarik pada wanita. Bahkan, merasa jijik kepada mereka. Namun, fantasi liarnya tak bisa lepas dari tubuh Alexa. Di sisi lain, perusahaan mendiang ibu Alexa hampir dinyatakan bangkrut karena utang 4 milyar. Hanya Damian yang bisa menolongnya. Sanggupkan Alexa-yang keras kepala, bertahan hidup bersama pria yang arogan, temperamental, dan pemaksa? Ke mana takdir akan menuntun keduanya?
"Alexa Wiratama ... apa kau pikir aku akan menyentuhmu sampai kau harus menumpahkan parfum sebanyak itu?"
Bahu Alexa berjengit saat mendengar suara tegas seseorang yang membuka pintu kamar. Gerakan tangannya terhenti, urung menurunkan zipper gaun pengantin di punggung. Tubuhnya menegang dengan mata terbelalak menatap pria yang memakai setelan jas warna hitam beberapa meter di depan sana. Damian menatapnya dengan ekspresi yang tidak terbaca. Semerbak pengharum ruangan menyapa hidung Alexa. Aroma yang dianggap sebagai parfum tumpah ataupun semacamnya.
"Kamu-"
"Menjijikkan." Damian tersenyum miring, memotong kalimat Alexa, menatapnya dengan pandangan meremehkan. Dia benci wanita, menganggap mereka semua hanya makhluk materialistis yang merusak mata dan menyusahkan saja.
"Berapa yang kau inginkan, heh?!"
Alexa menarik napas dalam, menggertakkan gigi sambil mencengkeram gaun yang sejak tiga jam lalu membuatnya kesulitan berjalan. Pesta pernikahan yang digadang-gadang menjadi perhelatan paling mewah tahun ini, ternyata ajang mempermalukannya di depan ribuan tamu undangan. Damian tidak pernah datang, membiarkannya seorang diri di atas pelaminan.
"Kenapa diam?" Damian mengamati tampilan Alexa dari ujung kaki sampai kepala. Semua orang akan mengatakan kalau gadis di hadapannya itu sempurna, cantik tidak terkira. Tapi baginya, Alexa tidak jauh berbeda dengan kupu-kupu malam di luar sana yang menjual tubuhnya demi uang. Bahkan, Alexa lebih rendah dari itu.
"Kamu puas membuatku malu? Ini memang rencanamu sejak awal, bukan?!" Alexa menghentakkan kakinya di lantai.
Mahkota pengantin di kepala Alexa terlempar ke arah jendela kaca, menyuarakan denting sebelum teronggok di atas sofa tak jauh dari sana. Dada gadis 25 tahun itu bergemuruh oleh rasa marah yang tak bisa dibendung lagi gejolaknya. Dia ingin melempar apa saja yang ada dalam jangkauan tangan, tapi itu tidak pernah terjadi.
Bukannya menenangkan Alexa, Damian justru tersenyum licik mengingat drama yang telah dirancangnya bisa berjalan sebagaimana bayangan di dalam kepala.
"Kenapa? Marah?" Damian duduk di atas sofa, membungkus tangannya dengan sarung tangan steril sebelum melempar mahkota yang semula dipakai Alexa ke dalam tempat sampah di sebelah meja. Dia merasa jemarinya tidak pantas bersentuhan dengan barang-barang wanita. Siapa pun mereka.
"Kau menikah denganku hanya karena uang, kan? Jangan berpikir hubungan kita seperti pasangan lain pada umumnya. Tidak ada malam pertama, tidak ada romansa. Hentikan pikiran kotor di dalam kepalamu itu. Sampai kapan pun, aku tidak akan menyentuhmu. Jadi, jangan bermimpi untuk menjadi-"
"Kamu pikir aku mengharapkannya? Satu keberuntungan karena aku tidak perlu menjadi penghangat ranjangmu!"
Damian terkekeh, menatap Alexa yang wajahnya merah padam. Dia suka melihat keras kepala wanita di hadapannya. Menarik.
Di saat semua wanita berlomba-lomba mendapat perhatiannya, Alexa berbeda. Gadis itu seperti kucing yang mengeluarkan kuku tajamnya, menyerang siapa saja yang datang mengancam.
Alexa mengangkat gaunnya tinggi-tinggi, berniat meninggalkan kamar itu secepatnya. Pergi ke mana saja asalkan tidak bertemu muka dengan iblis berwujud manusia yang amat menyebalkan itu.
Sebaliknya, Damian merasa menemukan orang yang tepat. Dia hanya butuh seorang pewaris seperti kehendak nenek. Alexa sungguh kandidat yang tepat. Prestasinya di bidang akademik juga tidak diragukan lagi, dia memiliki otak yang cerdas. Kalau tidak, mana mungkin di usianya yang ke-22 dia sudah meraih gelar Magister.
Dalam sebuah studi kasus, ditemukan fakta bahwa kecerdasan seorang anak dipengaruhi oleh genetika bawaan dari ibunya. Sedangkan ayah mewariskan hal-hal seperti tinggi badan, sidik jari, lesung pipi, ataupun bentu fisik yang lain.
"Hey, lahirkan seorang anak untukku, maka perusahaan mendiang ibumu akan tetap berdiri."
Langkah Alexa terhenti, seketika berbalik menatap Damian dengan kening berkerut.
"Anak?!"
Damian menghampiri Alexa, mengamati garis wajah yang masih tertutup make up tebal. Gadis di hadapannya memiliki postur tubuh yang cukup ideal. Badan ramping tapi tidak kurus kering, mata cerah dan memiliki tatapan tajam.
"Tidak buruk," komentarnya dalam hati.
"Lahirkan seorang anak untukku," ulang Damian, meraih sejumput rambut panjang Alexa yang tergerai dan menyesap aromanya setelah memejamkan mata.
Hal itu membuat napas Alexa tersekat di tenggorokan. Hidungnya dengan tidak tahu diri membaui parfum Damian. Embusan napas pria itu bahkan terdengar di telinga karena jarak mereka yang amat dekat.
"Kita akan berpisah setelah kau melahirkan. Ada kompensasi besar untukmu. Kau bahkan bisa melihat ayahmu yang tidak tahu diri itu membusuk di penjara kalau mau. Dia tidak akan menyusahkanmu lagi."
"Dasar laki-laki gila!" Alexa yang dikuasai kemarahan, tak memikirkan kalimat Damian. Dia muak melihat gestur tubuh pria itu yang terasa menjijikkan, seperti seorang Casanova yang menggoda mangsanya.
Debam pintu terdengar menggema. Alexa meninggalkan Damian di dalam kamar pengantin mereka. Logikanya mengurutkan semua kejadian malang yang harus dialami setelah seorang Damian Ferdinan Alvarez masuk ke dalam hidupnya.
Perusahaan yang hampir guling tikar, pernikahan yang tiba-tiba digelar, ditinggalkan sendiri di pesta resepsi, sekarang diminta melahirkan tanpa bersentuhan. Rasanya semesta begitu sengaja mengatur kesialan ini bertubi-tubi. Rasanya dia ingin kabur saja, tidak peduli dengan semua masalah yang terjadi. Akan lebih baik kalau dia hidup di tempat di mana tidak ada seorang pun yang mengenalinya.
Namun, langkah Alexa terhenti sebelum menuruni anak tangga. Dia masih ingat pengorbanan ibu semasa hidupnya. Wanita itu rela melakukan apa saja asalkan perusahaan tetap berada dalam genggaman tangannya. Sekarang, Hanya Damian yang bisa membantu agar perusahaan itu tetap berdiri. Haruskah dia menuruti obsesi gila pria itu? Melahirkan anak untuknya?
Bab 1 Prolog
25/08/2022
Bab 2 Empat Milyar
26/08/2022
Bab 3 Gadis Keras Kepala
26/08/2022
Bab 4 Inseminasi Buatan
27/08/2022
Bab 5 Tamu Tak Diundang
27/08/2022
Bab 6 Kecurigaan Oma
27/08/2022
Bab 7 Kelembutan Alexa
28/08/2022
Bab 8 Mengikuti Permainan
28/08/2022
Bab 9 Kelinci Buruan
29/08/2022
Bab 10 Sengaja Mempersulit
29/08/2022
Bab 11 Ide Gila
08/09/2022
Bab 12 Terobsesi pada Alexa
09/09/2022
Bab 13 Masih Perawan
12/09/2022
Bab 14 Untuk Pertama Kalinya
13/09/2022
Bab 15 Kesabaran Alexa
15/09/2022
Bab 16 Kerinduan yang Tak Terungkapkan
15/09/2022
Bab 17 Menebar Racun
17/09/2022
Bab 18 Bercak Darah
19/09/2022
Bab 19 Kedatangan Oma
21/09/2022
Bab 20 Rahasia Kelam
24/09/2022
Bab 21 Gairah Terpendam (++)
25/09/2022
Bab 22 Salah Tingkah
26/09/2022
Bab 23 Siasat Licik Damian
27/09/2022
Bab 24 Udang di Balik Batu
27/09/2022
Bab 25 Gaun Seksi Terkutuk
28/09/2022
Bab 26 Perangkap Alexa
29/09/2022
Bab 27 Kelemahan Seorang Pria
01/10/2022
Bab 28 Positif Hamil
02/10/2022
Bab 29 Masa Lalu Kelam
03/10/2022
Bab 30 Cemburu Buta
04/10/2022
Bab 31 Menyembunyikan Fakta yang Ada
05/10/2022
Bab 32 Memboikot Alexa
07/10/2022
Bab 33 Pengaturan Damian
08/10/2022
Bab 34 Sisi Liar Seorang Pria
08/10/2022
Bab 35 Tenggelam dalam Nostalgia
09/10/2022
Bab 36 Rubah Wanita
11/10/2022
Bab 37 Separuh Tubuhmu adalah Milikku
12/10/2022
Bab 38 Cinta Buta, Tanpa Logika
12/10/2022
Bab 39 Mimpi Buruk Alexa
13/10/2022
Bab 40 Perubahan Damian
14/10/2022
Buku lain oleh Hanazawa
Selebihnya