Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
"Berengsek! Dasar perawan sialan! Jangan melawan kalau kau tidak mau mati!" Suara seorang pria terdengar berapi-api, tengah menggagahi seorang gadis cantik yang terbaring lemah di bawahnya. Tangan kekarnya itu mengunci tangan mulus sang gadis sehingga gadis tersebut tak bisa melawan.
"J-jangan … kumohon …." Suara gadis itu terdengar lirih. Peluh keringat bercampur air mata luruh bersamaan membasahi pipi lembutnya. Bola matanya yang berwarna biru itu tampak sayu. Namun, walau keadaannya berantakan, rupa elok nan menawan tak bisa enyah begitu saja dari wajahnya. Parasnya benar-benar serupa bidadari surga. Karena itulah, saat ini seorang pria berhidung belang dengan paksa menginginkan dirinya.
"Sudah jangan melawan. Ini pasti enak. Aku jamin kau bakalan ketagihan. Haha!" Kembali pria berandal itu bersuara sembari memamerkan seringai yang buas. Seakan tak sabar mencicip bibir merekah merona bagai kelopak lotus yang tercipta indah di wajah gadis itu.
"Bibirmu ini sangat seksi, sayang sekali kalau tidak ada yang mencicipinya. Mubazir!" Pria itu kembali tersenyum sengir.
Cih!
Gadis itu meludahi wajah sang pria, tetapi sang pria malah tersenyum sinis. Mengusap ludah tersebut dari pipinya kemudian menjilatnya tanpa rasa jijik.
"Umm … rasanya lezat, bagaimana kalau kau memberiku lebih?"
Dengan sigap pria itu mendekatkan wajahnya pada sang gadis. Bibirnya yang gelap itu menyambar bibir merona sang gadis dengan paksa.
"Emm … mmm …." Gadis itu tak bisa bersuara dengan leluasa dan terus mencoba mengelak. Namun pria di atasnya semakin buas melahapnya seakan bagai singa yang kelaparan.
"Aarghh!" Pria itu menghentikan aksi gilanya. Lidahnya terasa sakit saat si gadis menggigitnya secara tiba-tiba.
"Berengsek!" Ia menampar pipi gadis itu dengan keras.
"Aau … hiks … hiks…!" Isak tangis terdengar pilu dari mulut sang gadis.
"Berani sekali kau menggigitku!" Jemari lelaki itu mencengkram rahang sang gadis dan menahannya dengan sangat kuat. "Tinggal diam dan menikmati saja apa susahnya, sih?! Sepertinya kau tidak bisa diperlakukan baik-baik. Lihat apa yang akan aku lakukan sekarang!"
Dengan kasar, pria itu mulai melulusi kancing kemejanya sendiri yang sudah berantakan. Menariknya dan membuangnya begitu saja sehingga kulit sawo matang dengan perut rata tersebut terekspos.
"Lihat, apa kau tergoda denganku? Hah?" Seringai tajam kembali terukir dari sudut bibir pria itu.
Gadis itu semakin ketakutan. Tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan oleh lelaki bajingan itu lagi. Namun yang jelas, malam itu hidupnya akan hancur jika ia tetap diam dan tak melawan. Dan ruangan gelap yang sudah tak terawat itu akan menjadi saksi kehancurannya.
"Kenapa? Apa kau sudah tidak sabar? Ha?" Pria itu tertawa sadis. Terdengar pula bunyi resleting yang terbuka dari celananya.
"Jangan … tolong jangan lakukan itu padaku!" pinta gadis itu mengiba.
Bagai angin yang berlalu, permohonannya itu tak dianggap sama sekali.
Sang pria kini mulai kurang ajar, hendak menyobek pakaian yang dikenakan gadis di bawahnya. Tetapi dengan sigap gadis itu menggigit tangan si pria.
"Arghh!" Kembali pria itu naik pitam.
Sang gadis melirik sebuah batu yang tergeletak tak jauh dari tempatnya terbaring. Tangannya mencoba meraih. Begitu mendapatkannya, ia langsung memukulkan batu tersebut tepat ke arah bagian pelipis pria tersebut.
"Aarghh! Sakit!" Pria itu mengerang. Darah mengucur dari dahinya.
Selagi lelaki itu fokus pada kepalanya yang bocor, gadis itu memanfaatkan momen tersebut untuk bangkit. Lantas kabur dari sana.
"Hei … jangan lari!"
Gadis itu terus menggerakkan kakinya. Napasnya memburu. Hingga tiba di pintu gudang tua tersebut, ia melihat dua lelaki lain yang sedang berbincang-bincang. Ia tahu betul, kalau dua lelaki itu merupakan anak buah si pria yang telah mencoba menodainya tadi.