Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Kayli! Kayli! Ck! Ni orang dipanggil-panggil kemana sih!" gerutu Didah.
Wanita paruh baya itu terlihat penuh amarah. Sambil beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan dengan langkah ditekan. Didah mengedarkan pandangan dengan cepat, mencari sosok sang Menantu.
"Kayl-" Belum selesai ia memanggil nama Kayli, sang Menantu ternyata baru saja tiba di bingkai pintu depan dengan sekeresek besar sayuran ditentengnya.
"Ibu manggil aku?" tanya Kayli lembut.
"Dari mana aja kamu! Dipanggil-panggil ga nyautin! Budek ya!" cecar Didah sambil mencubit telinga Kayli penuh amarah.
"Tauk nih, lu dari mana sih? keluar kagak izin-izin? gua aduin ke Bang Gala tau rasa lu!" tambah Zara yang tak lain adalah adik Ipar Kayli.
Zara yang baru saja keluar dari kamarnya itu berjalan melewati Kayli, lalu menyenggol bahunya hingga ia terhuyung. Tanpa rasa bersalah, Zara malah mendecih saat melihat Kayli mengaduh.
"Lebay amat sih, kesenggol dikit juga jatoh," dengus Zara.
Tak menghiraukan Zara, Kayli melengos menuju dapur sambil mengambil tentengan yang ia bawa. Namun saat hendak melangkah, sang Mertua maju lantas menarik kerah baju belakangnya dengan paksa. Kayli pun terseok, lalu kereseknya pun melayang dan berhamburan.
Brukh!
"Emang budek ya ini mahluk! Lu udah cacat, bego, budek lagi! Dasar menantu bodoh!" bentak Didah sambil menoyor kening Kayli beberapa kali.
"Gua tanya elu dari mana? hah!" tanya Didah menuntut dengan tatapan nyalang penuh murka.
"Kay tadi udah izin sama Ibu. Trus Ibu jawab hem." Kayli menjawab dengan terbata tanpa berani mengangkat wajahnya lantaran takut pada sang Mertua.
“Waw, berani ya sekarang mengarang cerita, bagus lah! Jadi penulis aja sekalian sana! Hobi curhat-curhatan di buku diary kan lu? Dasar aneh. Bisa-bisanya anak laki gua nikahin mahluk beda kasta kayak lu!” Didah mengatupkan bibirnya dengan geligi gemeretuk menahan jengkel, tanpa melepaskan pandangannya dari Kayli.
“Kayli beli sayuran Bu, buat masak,” ucap Kayli pelan.
“Apa? Buat masak? Baru mau masak lu? Jam berapa ini? Gua udah kelaparan dari tadi! Yaudah lah! cepetan sono masak!” teriak Didah sembari geleng-geleng kepala tanda tak habis pikir.
Kayli pun bangkit setelah Didah melengos pergi dari hadapannya. Namun belum sampai beberapa langkah, Zara datang menghampirinya dengan wajah dongkol. Kayli yang berwajah bersih dan polos, melemparkan senyuman terbaiknya pada sang Ipar. Namun Zara malah menoyor bahu Kayli.
“Eh kocak! Mana sarapan?” bisiknya tepat didepan wajah Kayli.
Belum sempat Kayli membuka mulut, Didah berteriak dari arah ruang tamu. “Zara, Sarapan belom ada! Istri abangmu blom siapin makanan!” Zara pun menepuk jidat sambil mengerlingkan netra.
“Dasar emang kocak ya lu! Kok bisa ya, kembaran gue punya selera bokbrok kek elu!” Zara mengapit pipi Kayli dengan jemarinya yang berkuku panjang hingga Kayli meringis.
“Masak apa lu?” tanya Zara sambil melirik keresek belanjaan yang Kayli bawa.
“Apa? Jamur lagi!” teriak Zara frustrasi.
“Dasar sampah lu! Kan kemaren gua udah bilang gua gak suka jamur! Apalagi jamur kuping kayak gitu! Ih sumpah jijik gua liatnya!” Zara menghempaskan kayli hingga ia tersungkur.
“Ibu! Minta duit! Aku mau makan di luar!”
“Apa? Kan itu si Kayli masak! Ibu gak ada duit ah! Abangmu mana ada kasih ibu duit. Noh di kasihin bininya semua tuh,” omel Didah terdengar ketus dari arah ruang tamu.
…
Beberapa saat setelah Didah menyantap sarapan, Kayli pun membereskannya. Lalu Kayli pun mengisi perutnya dengan sisa makanan yang ia sembunyikan di bawah wastafel tempat cuci piring. Jika tidak begitu, ia akan mengosongkan perut seharian lantaran sang mertua tak pernah menyisakan makanan untuknya jika sang suami sedang tak ada di rumah.
Sebelum melahap nasi dan tumis jamur kuping yang ia buat, Kayli memotretnya terlebih dahulu untuk ia kirimkan pada Gala sang suami yang tengah bekerja di luar kota. Namun saat hendak menyuap suapan pertama, tiba-tiba terdengar suara teriakan Didah dari arah ruang depan memanggil-manggil namanya. "Kayli! Bawain air dingin! Ibu haus!"
Tapi karena Kayli terlalu lapar dan lemas, ia sengaja menulikan kupingnya lalu melanjutkan makannya. Dengan agak tergesa ia menyantapnya lantaran takut sang mertua murka. Dan benar saja, tak lama kemudian Didah datang dengan suara langkah yang dientak-entakkan. Lalu dibantingnya pintu dapur yang sengaja Kayli tutup.
Brakh!