Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Dikejar Oleh Sang Miliarder
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Married By Accident
"Maaf aku belum bisa ngasih kamu keturunan, Fan," ucap seorang wanita yang saat ini sedang berada di pelukan Arfan Maulana sang suami dengan berurai air mata.
"Ssttt, sudahlah Mayang jangan bersedih seperti ini," Arfan mencoba menghibur Mayang sang istri.
"Tapi mama sangat ingin, Fan!" sentak Mayang frustasi, menarik tubuhnya dari dekapan Arfan.
"Apa kau tahu? Mama sering memandang anak-anak kecil yang lewat di depan rumah dengan sayang. Mama begitu bahagia saat melihat mereka, tapi langsung sedih saat ada ibu-ibu yang seumuran mama mengendong anak kecil," Mayang bercerita sambil menatap sang suami.
Arfan hanya menghembuskan nafas pelan, "lalu kita harus apa? Bukankah kita sudah periksa dan kita semua normal," Arfan masih mencoba menghibur Mayang, di tariknya kembali istri tersayangnya kedalam dekapannya.
Pikiran Arfan melayang pada beberapa tahun lalu, "Arfan, aku hamil," ucap seorang gadis berseragam putih abu-abu, mata gadis itu sembab.
"Bagaimana kalau kita gugurkan saja, kita sebentar lagi lulus sekolah dan aku belum siap menjadi ayah," jawab Arfan pada gadis itu.
"Aku juga masih harus kuliah dan meneruskan cita-citaku," sambung Arfan seraya memegang kedua bahu gadis itu.
"Kamu jahat, ternyata kamu hanya ingin menikmati tubuhku saja. Aku menyesal pernah mencintaimu!!" pekik gadis itu lalu menepis tangan Arfan yang memegang kedua bahunya, kemudian gadis itu berlari dan menangis meninggalkan Arfan yang merasa bimbang.
Tok tok tok, suara pintu di ketuk dari luar. Membuyarkan lamunan Arfan dari gadis masa lalunya. Gegas Mayang menghapus airmatanya dan mengurai pelukan itu, dan berjalan kearah pintu lalu membukanya. Nampak sosok gadis belia di depan Mayang, gadis itu terlihat menunduk.
"Ya?" tanyanya pada asisten rumah tangganya, "itu ada telepon dari teman non Mayang, tadi telepon keponsel non katanya ngga aktif," jawab art yang bernama Nia, Mayang mengangguk lalu berjalan kearah tempat tidur dan mengambil ponselnya.
Mayang mengeceknya lalu menepuk keningnya pelan, dia lupa punya kebiasaan saat mengecas ponsel pasti dia matikan. Mayang menoleh kearah Nia yang sedang memperhatikan suaminya.
Mayang tahu dan sering memergoki gadis itu selalu mencuri pandang pada suaminya, Mayang akui, Arfan sosok pria yang tampan memiliki mata hitam tubuh yang atletis, wanita mana yang tidak tergoda, pikir Mayang.
"Eheemm," Mayang berdehem membuat Nia salah tingkah, kemudian berjalan mendekat, tangannya sibuk menyalakan ponselnya, sementara matanya sesekali melirik kearah pria yang berstatus suaminya sedang memegang ponsel.
"Bilang ke temen saya kalau saya akan telepon dia lewat ponsel," kata Mayang pelan mencoba menetralkan desir rasa cemburu dan kesal saat art-nya menatap suaminya. Nia adalah anak mbok Sum salah satu art di rumah ini, Nia datang ke kota setelah lulus sekolah dan berniat mencari kerja.
Oleh ibunya, mbok Sum, Nia di minta tinggal sementara di rumah ini sampai anaknya mendapatkan pekerjaan. Tapi sudah izin terlebih dahulu pada majikan mbok Sum, beruntung mereka baik jadi Nia di izinkan tinggal sementara di rumah ini.
Nia gegas turun dan setengah berlari menuruni tangga, karena letak kamar mereka berada di lantai dua. Jemari lentik Mayang menari dengan lincah di layar ponselnya, mencari nama seseorang yang ingin dia hubungi.
Kakinya melangkah menuju tempat tidur, bibirnya tersenyum saat mendapati sang suami yang sedang menatap dirinya.
"Aku mau keluar sebentar, jemput mama," pamit Arfan yang kemudian berdiri dan mengecup kening Mayang, langkah Arfan terhenti kala istrinya menyebut nama seseorang.
"Safira!!!" pekik Mayang bahagia, "aku kangen, Saf," ocehnya. Tubuh Arfan membeku "Safira," cicit Arfan pelan. Nama itu mengingatkan dirinya pada seseorang.
"Tidak mungkin, nama Safira begitu banyak di dunia ini," ucap Arfan mencoba menepis perasaan ingin mengetahui sosok wanita yang istrinya hubungi.